Mohon tunggu...
Muammar Ziaul Haq
Muammar Ziaul Haq Mohon Tunggu... Lainnya - ASN yang mendukung pemerintahan yang sah. Muslim yang menghormati kamu minoritas.

Learn from yesterday Live for today Hope for tomorrow

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ada yang Lebih Berbahaya daripada Corona!

3 April 2020   10:53 Diperbarui: 3 April 2020   11:40 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kepanikan Covid-19 (Sumber:Metro.co.uk)

Sudah takutkah kita sekarang?

Mereka bilang hantu Covid-19 ini  membunuh sistem imun kita, menyerbu paru paru dan membuatnya sulit untuk bernafas. Seketika menjadi suatu pandemi yang menghambur meluas bagaikan kebakaran dan menyulut malapetaka. 

Tidak hanya itu, Covid-19 meneror keluarga serta teman teman kita entah itu kaya, miskin, tua, muda, terlupakan, hingga terkenal. Kenyataan yang sedemikian tragis mengarah pada suatu kegilaan, mereka bilang kegilaan ini belum pernah terjadi sebelumnya. 

Social Distancing hingga lockdown berhasil menggelisahkan banyak orang, terdiam terkurung didalam rumah dalam tekanan. Perbatasan ditutup seirama dengan negara negara mendeklarasikan keadaan darurat. 

Perekonomian mulai loyo dengan pusat perbelanjaan kosong, pasar saham jatuh, pekerjaan terbengkalai. Siapa yang menyangka bahwa ibadah hari minggu hingga sholat jumat ditiadakan? 

Dunia sudah gila! Mungkin sekarang kita baru akan memaklumi fenomena seperti orang rela baku hantam hanya sekedar berebut tisu toilet, sesemprot hand sanitizer bukanlah sesuatu yang mahal dibanding uang jutaan, hingga orang bersin di muka yang berhak dianugerahi "yarhamukallah" sekarang justru akan menyebabkan ke"parno"an di lingkungan sekitar kita.

Terbukti virus corona berhasil memberikan kepanikan yang luar biasa kepada kita yang baru ingat bahwa "sekedar" mencuci tangan hingga bersih, olahraga rutin, istirahat yang cukup, mengkonsumsi makanan bergizi ternyata memiliki peran yang signifikan. 

Rangkaian kegiatan mendasar tersebut pun kini memekik-mekik meraung raung di sekitar kita. Sebelumnya, orang terlalu sibuk dengan urusan masing masing sehingga harus corona sendiri yang turun tangan untuk memberitahu. Hal tersebut merupakan cerminan bahwa manusia itu kerap lupa akan hal hal "tidak penting" disekitarnya. 

Padahal Corona bukanlah apa-apa dibanding wabah ini!

Khalayak manusia pun gentar dan bergidik menghadapi Corona dibanding "virus" yang sekian lama telah menjangkit yang sebenarnya lebih berbahaya dari corona itu sendiri.  

Justru "virus" ini menyebar setiap menit melebihi bahaya pandemi, hidup jelas di sekitar kita, dan sulit sekali untuk terdeteksi hingga kebanyakan dari kita menganggapnya suatu yang umum.  

Begitu umumnya sampau media yang digunakan oleh "virus" itu untuk menyebar adalah suatu yang sangat biasa, berupa layar TV, smartphone, radio, media cetak dan lainnya. 

Padahal, dokter bahkan mengatakan jika kita membiasakan jempol kita untuk terus-menerus scroll down,  hanya akan membuat kita terinfeksi kembali, menyerang otak dan ketika itu bermutasi sekejap berubah menjadi kebencian, ketakutan, kegelisahan hingga saling menyalahkan. 

Siapa yang menyebarkanya? China sebagai pusat episentrum covid-19? Italia?  Iran? Spanyol? Atau mungkin Amerika Serikat yang berhasil membiakan corona pada lebih 100.000 nyawa? 

Masih belum jelaskah kita bahwa masing masing dari kita dapat dengan mudah memiliki andil menyebarkan virus yang berbahaya ini? Darimana pun asal kita, dibelahan dunia manapun antibodi yang bisa mengendalikannya hanyalah kejernihan berpikir dari masing masing orang sendiri,  itulah  "virus" kepanikan!

Jangan takut!

Jangan biarkan kepanikaan menjalarkan kegelisahan, mengahamburkan ketakutan dan mengedarkan kecemasan! Ironisnya yang kita dengar dan lihat di media hanya mempertontonkan semakin banyaknya korban jiwa, tenaga medis berguguran, roda perekonomian yang susah bergerak, keresahan masyarakat yang tidak bisa menjalani hidup normal,dan berita miring penggugah rasa pesimis lainnya. 

Alangkah lebih bijak dan baiknya kita memusatkan pada berita baik pada tragedi ini, semisal jumlah pasien yang sembuh, upaya melawan kesepiaan yang dilakukan masyarakat, atau melihat fakta menarik dimana negara negara yang semula saling bersikap dingin dan bermusuhan kini bahu membahu bersama memerangi si bengal covid 19 ini.

Selalu waspada itu harus, kendati begitu jangan biarkan ketakutan dan kepanikan terus menerus mengahantui kita. Ketakutan sangatlah mudah tersebar. 

Jika mengalami gejala dari "virus" kepanikan ini, rekomendasi saya bila perlu segera pindah channel berita yang memicu gejala tersebut. Seperti tiap tragedi yang telah terjadi di dunia ini, kita bisa membiarkan "virus" kepanikan ini menghancurkan kita atau menggunakannya untuk memperbaiki hubungan dengan sana keluarga, menghapus semua dendam konyol yang kita miliki. Sebenarnya dalam kondisi seperti ini yang kita punya hanyalah satu sama lain. Basmi virus ini dengan hal hal prduktif yang tidak bisa kita lakukan ketika hari biasa dengan tertawa, bercanda, atau mungkin mencoba untuk mngenal meditasi.

Social distancing merupakan pilihan terbaik yang bisa kita lakukan untuk saat ini. Selain berusaha meratakan kurva yang ada, mari kita perluas hati dan biarkan social distancing meningkatkan imun sistem kita. 

Selain berhati-hati ketika hendak menaruh tangan kita saat ingin menyentuh sesuatu (meletakan tangan kita sembarangan), tapi juga ketika kita menaruh perhatian kepada minimal orang terdekat kita. Jadikan momen tragis ini untuk menyadari sesuatu yang seharusnya penting, beritahu orang dekat kita bahwa kita peduli pada mereka, saling menguatkan dan support satu sama lain. 

Jika tida daam satu ruangaan segera telpon! katakan kata kata yang semisal dengan "aku selalu ada untukmu" dengan cara sendiri sendiri. Kebersamaan  yang akan menjunjung kita melawan kepanikan.

Vaksin dari ketakutan dan kepanikan yang kita alami adalah kepedulian dan perhatian. Karena sejatinya kepanikan dan ketakutan hanya akan membuat semua orang melupakan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun