Mohon tunggu...
Amaranggana Ratih Mradipta
Amaranggana Ratih Mradipta Mohon Tunggu... Lainnya - history graduates, bachelor of literature

culture, culinary, events and travel enthusiast.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[Senin Plesiran] Melihat Masa Prasejarah Jawa di Museum Sangiran

19 Agustus 2024   14:29 Diperbarui: 19 Agustus 2024   14:31 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[dokumen pribadi penulis]

Baru-baru ini saya kembali mengunjungi Museum Purba Sangiran Klaster Krikilan, ternyata sudah banyak yang berubah dari museum ini. Saya sempat bingung karena tidak bisa masuk langsung ke museum, kendaraan harus parkir di lokasi yang sudah disediakan, sekitar 600 meter dari  museum. 

Saya kemudian membayar biaya transportasi ke museum yang disediakan oleh warga, sebesar Rp. 6.000 bolak-balik, dengan menggunakan seperti truk bak terbuka. 

Lalu pak supir menginformasikan kepada saya, nanti akan diantar kembali ke tempat parkir dengan menggunakan sepeda motor. Pengalaman yang cukup baru bagi saya, tapi semoga saja dengan cara ini bisa meningkatkan perekonomian warga sekitar.

Tiket masuk Museum Purba Sangiran adalah Rp. 15.000, namun per 01 September ada perubahan peraturan, tiket masuknya menjadi Rp. 5.000 saja. Sayang sekali, metode pembayaran tiket yang disediakan di Museum Purba Sangiran ini hanya tunai. 

Setelah membayar, saya kemudian sempat ditawari pendamping yang siap menjelaskan mengenai koleksi yang ada, namun karena saya ingin eksplorasi sendiri, kali ini saya tidak ingin didampingi. 

Kondisi museum pada saat saya berkunjung cukup sepi, mungkin karena saya berkunjung pada perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia, jadi masih banyak warga yang berkegiatan di kampung masing-masing.

Pada ruang pamer 1 ada teknologi video mapping interaktif yang menjelaskan tentang terbentuknya formasi Sangiran. Perubahan ini sangat menarik dan inovatif, membuat pengalaman berkunjung ke museum menjadi tidak membosankan. Saya melihat anak-anak turut mencoba teknologi ini. Sudah banyak juga televisi yang berisi penjelasan tambahan dari koleksi purbakala disini. 

Masih di ruang pamer 1, saya juga melihat ada layar interaktif yang memuat informasi mengenai tempurung yang ditemukan di situs Sangiran. Anda bisa menyentuh layar pada salah satu tempurung, dan kemudian akan tersaji informasi mengenai tempurung tersebut.

 Ada juga penemuan baru di situs Sangiran, yaitu tengkorak dan gigi geraham badak purba yang ditemukan pada tahun 2020. Anda juga bisa memindai kode yang ada di koleksi, untuk melihat 3D model dari tengkorak tersebut, sangat informatif.

Pada ruang pamer 2, anda akan melihat proses pembentukan bumi dan temuan-temuan pada tiap lapisan tanah. Anda juga akan bertemu dengan tokoh-tokoh arkeolog Indonesia dan mancanegara, seperti Darwin, Eugene Dubois, von Koenigswald, Prof. Soejono dan lain-lain. 

Selain itu, anda juga bisa memegang langsung beberapa koleksi fosil di museum ini. Ternyata, tekstur fosil hampir mirip dengan tekstur batang pohon, namun sedikit lebih halus. 

Menurut saya, ruang pamer 2 ini sangat mengasyikan, sebab ada beberapa display koleksi yang menampilkan replika kegiatan arkeolog dan juga fosil asli manusia purba. Saya jadi bisa membayangkan rasanya menjadi arkeolog yang sedang menggali dan mencermati koleksi di situ secara langsung.

Ruang pamer 3 sejujurnya kurang begitu mengesankan bagi saya, sebab perjalanannya hanya pendek. Di ruang pamer 3, saya bisa melihat koleksi tempurung Homo erectus dan Homo floresiensis, serta diorama penggambaran kehidupan kebudayaan mereka dahulu.

Saya cukup terkesan dengan beberapa perubahan yang ada di Museum Purba Sangiran ini, namun tentu ada beberapa masukan yang menurut saya perlu untuk pengembangan museum. 

Ruang pamer 1 sangat menarik dan interaktif karena menggunakan beberapa teknologi terkini, seperti layar interaktif dan video mapping. Pencahayaan di ruang 1 juga sangat baik, sehingga pengunjung dapat melihat berbagai koleksi dengan jelas. Ruang pamer 2 menurut saya memiliki pencahayaan yang kurang baik, beberapa bagian ruangan sangat redup dan informasi koleksi perlu diperbarui. 

Misalnya pada video terjadinya alam semesta, yang saya ingat betul ada karena saya melihatnya ketika saya berkunjung di tahun 2015, sedang dalam perbaikan. Ada juga vitrin yang memuat mengenai informasi hewan purbakala yang malah diisi dengan boneka kelinci. Sejujurnya ruang pamer 2 memiliki potensi penyajian informasi yang sangat besar, namun sayang sekali kurang tergarap dengan baik. 

Saya sangat menyarankan bagi calon pengunjung untuk menyewa jasa pemandu, agar informasi yang diberikan semakin jelas. Mungkin dengan menyewa pemandu juga, anda bisa diajak langsung ke sekitar Museum Purba Sangiran, seperti Sumber Air Asin Pablengan untuk melihat langsung lapisan tanah yang ada di situs Sangiran ini. Jadi, apakah anda tertarik untuk menyusuri lorong waktu dan bertemu dengan manusia-manusia purba di Museum Purba Sangiran?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun