Peristiwa Malari 1974: Gerakan Mahasiswa Orde Baru
Peristiwa Malari bisa dikatakan sebagai titik awal perlawanan terhadap Soeharto secara  besar-besaran, ditandai dengan adanya aksi pembakaran, perusakan, dan kerusuhan yang menyebabkan beberapa korban meninggal dan luka-luka. Sebelum Malari memang telah ada aksi mahasiswa menggugat, aksi Golongan Putih dan sebagainya. Tetapi tidak mampu  mengikut sertakan massa dalam jumlah yang cukup signifikan. Namun peristiwa Malari bagi generasi muda yang lahir pada tahun 1973 tidak cukup dikenal dengan baik. Bagi mereka, peristiwa Malari adalah "Peristiwa ribut-ribut di Monas".Â
Ada juga yang melihat peristiwa Malari sebagai konspirasi para jenderal yang tidak memiliki sandaran politik dalam struktur kala itu, dengan memakai mahasiswa untuk dijadikan alat politik terhadap para petinggi Orde Baru saat itu. Apa pun yang dikatakan oleh generasi muda, namun bagi para pelaku Malari, peristiwa Malapetaka 15 Januari itu adalah momentum awal memanfaatkan kontradiksi di kalangan militer untuk mempertajam kekuatan- kekuataan pro status quo dengan kekuatan yang pro perubahan bagi kepentingan rakyat banyak.
Latar Belakang Peristiwa Malari
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya Peristiwa Malari, seperti Situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil di Indonesia pada akhir Orde Lama, kemarahan rakyat terhadap pemerintahan Orde Lama yang dianggap korup dan represif, krisis ekonomi yang berkepanjangan dan inflasi yang tinggi. ketidakpuasan terhadap kebijakan politik dan luar negeri pemerintah seperti konfrontasi dengan Malaysia, Munculnya gerakan mahasiswa yang kritis terhadap pemerintah.
Kronologi Peristiwa Malari
15 Januari 1974: Demonstrasi mahasiswa di Jakart, Bentrokan antara mahasiswa dan aparat keamanan. Jatuhnya korban jiwa, baik dari mahasiswa maupun aparat keamanan.
Kerusuhan dan penjarahan di beberapa tempat di Jakarta.
16 Januari 1974: Situasi mereda, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran diri Presiden Soekarno.