Perbedaan merupakan keniscayaan yang tak akan hilang di lekang zaman. Dalam setiap individu atau golongan, akan selalu tersemat nama perbedaan. Entah perbedaan yang dimaksud adalah berbeda pada fisiknya, visinya, sikapnya, rasnya, agamanya, budayanya, ideologinya atau pencapaiannya.
Perbedaan tersebut menjadi fitrah utama lahirnya suatu individu atau golongan, yang memungkinkan dari banyak perbedaan tersebut akan terlahir semangat persatuan atau meluasnya perpecahan?.
Sebagai suatu Negara yang memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika”, masyarakat Indonesia perlu merawat dengan baik persatuan dalam berbagai keragaman. Tanpa adanya ikatan pada bingkai persatuan, maka akan terjadi perpecahan yang besar antar perorangan atau golongan. Dengan adanya perpecahan, sangat memungkinkan akan terjadi kehancuran pada suatu Negara.
Dalam benak suatu bangsa, istilah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh” tidak boleh luntur, bahkan perlu di rawat dalam ingatan dan perbuatan, agar implikasi dari istilah itu menjelma menjadi Negara yang memiliki persatuan yang kokoh dan terhindar dari yang namanya kehancuran.
Indonesia dengan hunian beragam penganut kepercayaan. Salah satunya dengan mayoritas pemeluknya agama Islam. Penganutnya perlu menjadi role model dalam menyikapi setiap perbedaan. Islam dengan semboyan “Rahmat bagi semesta Alam” merupakan suatu ikhtiar yang harus dicapai dalam menjaga persatuan dan perdamaian.
Soekarno, salah satu founding father Negara ini, menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Nasionalisme-Islamisme-Marxisme”, bahwa “Nasionalisme” itu ialah suatu itikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu “satu golongan, satu bangsa”.
Sikap Nasionalisme akan menumbuhkan kepercayaan diri, dari tidak adanya sikap respek dan kepedulian, berubah menjadi seseorang yang berjiwa patriot. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Patriot adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan Negara.
Kepercayaan akan diri sendiri itu, janganlah lantas dijadikan sebagai sebuah kesmbongan atau keangkuhan untuk memisah-misahkan ikatan persatuan. Orang Nasionalis dan Islamis memiliki perbedaan yang khas dalam sebuah golongan, pergerakan dan faham.
Perbedaan tersebut jangan membuat satu sama lain, dari kalangan Nasionalis atau Islamis menjadi kusut faham dalam ranah kekuasaan, yang akan menyebabkan hal-hal yang dapat mengkerdilkan dan mengikis keutuhan Nasionalisme Islam.
Tulisan ini menyuguhkan, bahwa setiap Nasionalis atau Islamis memiliki tanggung jawab bersama dalam membangun keutuhan suatu Negara. Perlu disadari diantara keduanya, mereka adalah bagian dari golongan yang menjadi tonggak utama penegak flatform kebangsaan dan kenegaraan di Indonesia.
Walaupun sesungguhnya, pada teguhnya prinsip sikap nasionalisme seseorang terhadap Negara atau agama dapat mengecilkan golongan yang menganggap kelompoknya tak merasa“satu golongan atau satu bangsa”atau seseorang yang memiliki faham fanatik buta terhadap suatu persatuan.Perlu disadari bahwa pergerakan golongan lain terhadap suatu Negara memiliki tekad yang sama yaitu “keinginan hidup menjadi satu”.
Bukannya mengharap, yang Nasionalis merubah fahamnya menjadi Islamis, ataupun sebaliknya yang Islamis merubah fahamnya menjadi Nasionalis,atau merubah faham Nasionalis dan Islamis dengan faham yang lainnya. Harapannya adalah semua golongan memiliki faham kerukunan dan persatuan.
Nasionalis dan Islamis sejati adalah mereka yang memiliki keinsyafan diri, semata-mata perbedaan adalah keniscayaan yang perlu dilengkapi satu sama lainnya, apalagi menyoal untuk membangun keutuhan pada suatu Negara. Keinsyafan diri itu, terlahir dari aliran nurani seseorang. Baginya, pengabdian pada Negerinya sendiri itu telah dipenuhi oleh rasa cinta.
Bukan hanya itu, selama adanya kerukunan dan persatuan antar perorangan atau golongan pada suatu Negara. Maka, Islam sebagai role modelmemiliki kemampuan untuk bisa menjadi teladan bagi Negara lain dalam membangun keutuhan suatu Negara.
Meneguhkan Nasionalisme Islam adalah salah satu prinsip, bahwa Islam memiliki satu kesatuan visi yang visioner dalam menjaga keutuhan bangsa dan menata suatu Negara yang baik.
Kaum Islamis tidak hanya di Indonesia atau asia. Kaum Islamis menyebar di penjuru dunia. Dengan memiliki Nasionalisme Islam pada diri seorang kaum Islamis, maka satu kesatuan pembaharuan sudah mulai bermuara pada hal terkecil yang akan berdampak besar pada arah kemajuan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI