Mungkin para orang tua memiliki trauma masa lalu dan pengalaman negatif, individu yang memiliki pengalaman masa kecil yang traumatis terkait dengan pengasuhan anak atau hubungan keluarga yang disfungsional mungkin memilih childfree untuk menghindari mengulangi pola negatif tersebut.
Ketakutan akan mewariskan masalah mental individu dengan riwayat masalah kesehatan mental mungkin khawatir mewariskan kondisi tersebut kepada anak-anak mereka, sehingga mereka memilih untuk childfree. Yang terakhir pengalaman negatif dengan anak-anak seperti pelecehan atau pengabaian, dapat menyebabkan individu mengembangkan ketakutan atau kebencian terhadap anak-anak, sehingga mereka memilih childfree.
Faktor Aspek Kepribadian Behaviorisme
Selanjutnya yang mempengaruhi keputusan pilihan untuk childfree adalah aspek kepribadian behaviorisme. Behaviorisme adalah aliran yang berfokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur, dan bagaimana perilaku tersebut dipelajari dan dimodifikasi melalui interaksi dengan lingkungan. Aliran ini menekankan pada faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku, seperti penguatan, hukuman, dan stimulus. Menurut behaviorisme, keputusan childfree berdasarkan prinsip-prinsip belajar dan pengkondisian.
Penguatan dan hukuman yaitu ketidakhadiran penguatan positif individu childfree mungkin tidak merasakan pengalaman positif yang kuat terkait dengan memiliki anak, seperti kebahagiaan, kebanggaan, atau rasa terpenuhi. Sedangkan kehadiran penguatan negatif individu mungkin mengalami pengalaman negatif yang terkait dengan memiliki anak, seperti stres, tanggung jawab finansial, atau keterbatasan waktu luang.
Dan hukuman ketakutan akan konsekuensi negatif dari memiliki anak, seperti persalinan yang sulit, masalah kesehatan anak, atau keretakan hubungan, dapat mendorong individu untuk memilih childfree.
Dalam pengkondisian klasik terhadap asosiasi negatif adalah  pengalaman masa kecil yang negatif terkait dengan anak-anak, seperti pengasuhan yang kasar atau trauma, yang dapat memicu asosiasi negatif dengan memiliki anak di masa depan. Ada juga stimulus yang memicu faktor-faktor eksternal, seperti melihat anak-anak yang rewel di tempat umum, dapat memicu kecemasan atau stres pada individu childfree, memperkuat pilihan mereka untuk tidak memiliki anak.Â
Ada juga pengkondisian operan yang melakukan penguatan perilaku childfree pada lingkungan sosial yang mendukung pilihan childfree dapat memperkuat perilaku ini melalui penguatan positif, seperti pujian, penerimaan, atau rasa hormat. Bisa terjadi juga karena hukuman perilaku memiliki anak seperti stigma sosial atau tekanan dari keluarga untuk memiliki anak dapat bertindak sebagai penguat negatif, mendorong individu untuk memilih childfree.
Terdapat pembelajaran observasional untuk melihat model childfree, Terkadang individu yang memilih untuk childfree mungkin terinspirasi oleh teladan orang lain yang telah memilih childfree, dan mereka mungkin meniru perilaku dan keyakinan mereka. Dan menghindari model orang tua, individu childfree mungkin secara tidak sadar menghindari meniru perilaku orang tua yang mereka anggap tidak ideal atau tidak bahagia.
Dalam sudut pandang agama islam, tujuan pernikahan sendiri adalah salah satu cara untuk meneruskan keturunan. Childfree dianggap bertentangan dengan tujuan ini. Terdapat juga di dalam hadis Nabi, ada beberapa hadis Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan umat Islam untuk memiliki banyak keturunan. Dan juga tanggung jawab terhadap umat, umat islam memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan agama islam. Childfree dikhawatirkan dapat menyebabkan berkurangnya jumlah umat islam di masa depan. Yang berarti agama islam tidak menganjurkan kita untuk memilih keputusan childfree.
Referensi :Â