Mohon tunggu...
Amania Khoiru Nisa
Amania Khoiru Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Jember

mahasiswa Perencanaan WIlayah dan Kota Universitas Jember.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kliwonan: Desa Wisata Batik

21 September 2022   22:18 Diperbarui: 21 September 2022   22:20 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batik bukanlah hal yang asing di telinga. Dikutip dari Wikipedia, batik merupakan kain khas Indonesia yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain yang ada, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan tersendiri.  Malam atau lilin malam sendiri merupakan jenis lilin yang berbentuk bongkahan yang berbahan dasar paraffin, digunakan dalam pembuatan batik tulis dan sudah dikenal masayarakat luas, khususnya pengerajin batik.

Ada banyak daerah yang terkenal sebagai produsen batik, dimulai dari Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Cirebon, Bali dan lainnya. Setiap daerah tentu memiliki ciri khas gaya batiknya, seperti Solo yang terkenal dengan motif sidomukti. Wilayah Solo juga terkenal memiliki kampong batik tertua di Indonesia, yaitu sejak 1546 atau tepatnya sejak masa pemerintahan Kerajaan Pajang yang dipimpin oleh Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan nama Joko Tingkir. Kampong ini bernama Kampung Batik Laweyan yang kemudian menjadi ikon bagi Kota Solo.

Tapi, tak  jauh dari Kota Solo, yaitu Kabupaten Sragen, juga menjadi penghasil batik yang terkenal dan unggul. Tepatnya berada di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen. Di Kecamatan Masaran sendiri memiliki beberapa desa yang aktif memproduksi batik -- batik yang berkualitas. Ada dua desa yang terkenal dengan produksi batiknya di Kecamatan Masaran, yaitu Desa Kliwonan dan Desa Pilang.  

Posisi Desa Kliwonan berjarak sekitar 12 kilometer di selatan pusat Kota Sragen dan sekitar 15 kilometer disebelah timur laut Kota Solo. Lokasinya sekitar 4 kilometer dari jalan raya Solo -- Sragen. Selain itu, keberadaan industri batik Desa Kliwonan yang berada di pinggiran kali membuat hasil karya nya terkenal dengan sebutan Batik Girli (pinggir kali).

Untuk menemukan desa ini, ancer -- ancer nya cukup mudah, yaitu dari pasar Masaran, di pertigaan belok kiri, lalu ikuti jalan selama kurang lebih 4 kilometer, maka akan sampai di tujuan. Sepanjang jalan akan disuguhi hamparan sawah yang masih asri dan menyejukkan mata. Dipinggir -- pinggir jalan pun juga akan di jumpai banyak toko -- toko batik baik besar atau pun kecil.

Ada sekitar 100 UKM berkembang yang memproduksi batik dan menyerap ribuan tenaga kerja. Tak hanya itu, sebanyak kurang lebih 1000 pengerajin memiliki pabrik kecil -- kecilan untuk memproduksi batik. Jika dilihat sekilas, Desa Kliwonan tidak begitu tampak sebagai sentra batik. Namun, jika melihat halaman belakang rumah penduduk, barulah tampak aktivitas produksi batik. Terlebih, hampir seluruh kelapa keluarga di desa ini memiliki pabriknya sendiri -- sendiri.

Gaya batik yang di produksi oleh Desa Kliwonan tentu berbeda dengan produksi batik di wilayah lainnya. Batik Kliwonan memiliki ciri khas motif flora dan fauna yang dituangkan dalam filosofi  "blaka suta", sebuah karakter yang semakna dengan sikap teruka serta apa adanya. Batik merupakan sebuah kejujuran yang harus diungkapkan dalam keterusterangan.

Secara umum, Desa Kliwonan memproduksi 3 macam batik berdasar cara pembuatannya, yaitu batik tulis, batik cabut atau semi tulis dan terakhir batik cap. Batik tulis dibuat dengan cara manual, menggunakan canting untuk nyerat malam pada corak kain yang digunakan. Batik cabut atau semi tulis merupakan jenis batik yang dalam proses pembuatannya menggunakan print dan dipadukan dengan mengghias corak batik secara manual dengan tangan. Yang terakhir, batik cap, yaitu batik yang dibuat menggunakan cap. Bentuknya seperti setrika dari tembaga, cap ini fungsinya sebagai pengganti canting sehinggga mempercepat proses pembuatan batik.

Adapun jenis kain yang digunakan dalam produksinya ada kain sutra yang ditenun menggunakan mesin ataupun secara manual, kain katun dan kain primisma. Khusus untuk kain primisma, sebagian besar pengrajin batik masih mempertahankan teknik tulis dalam produksinya. Teknik tradisional inilah yang masih dipegang pengrajin Kliwonan di era modern sehingga menambah nilai plus bagi karyanya.

Kualitas yang dihasilkan batik Kliwonan mampu bersaing dengan batik lainnya. Meskipu diproduksi di pedesaan dan industry rumahan, kapasitas batik yang dihasilkan tidak bisa dianggap enteng. Di tahun 2005, produksi batik katun mampu mencapai angka 50 ribu potong. Di tahun yang sama, batik jenis sutra dari alat tenun yang bukan mesin mencapai 365 ribu potong. Tak main -- main, batik produksi Desa Kliwonan peminatnya sudah skala Internasional.

Untuk menambah pemasukan, pemerintah mengubah Desa Kliwonan menjadi Desa Wisata Batik. Disini, wisatawan dapat melihat dari dekat bagaimana kain batik di produksi. Tidak hanya melihat, wisatawan juga dapat turut mencoba membuat katin batik sendiri. Jika tak keberata, wisatawan dapat turut serta turun ke kolam pewarnaan kain batik.

Jika mengunjungi desa ini, tak perlu bingung akan tinggal dimana. Masyarakat di Desa Kliwonan menyediakan guest house yang layak huni dan nyaman digunakan. Masyarakat Desa Kliwonan merupakan masyarakat yang ramah dan religious. Tercermin dari sikap masyarakatnya yang ramah, sopan, dan sopan terhadap tamu. Ajaran -- ajaran agama Islam yang merupakan agama mayoritas diterapkan dengan baik di desa ini.  

Namun tibanya pandemi pada 2020 silam yang memengaruhi roda ekonomi warga Indonesia juag berdampak pada Desa Kliwonan. Banyak pabrik yang mau tidak mau mengalami kemunduran sehingga perputaran keuangan menjadi terkendala dan omzet menurun.

Dilansir dari Solopos.com, pada pertengahan Juni 2021, Pemerintah Kecamatan ( Pemcam ) Masaran, meluncurkan program Sade Sapu ( Satu Desa Satu Produk ). Program ini bertujuan membantu tumbuh kembang usaha mikro kecil menengah ( UMKM ), khususnya dalam menghadapi covid-19. Peluncuran program Sade Sapu ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara paguyuban pelaku UMKM dengan Badan Usaha Milik Desa ( BUMDes ). Desa Kliwonan terpilih sebagai salah satu dari tiga desa yang menjadi pilot percontohan. Setelah meneken nota kesepahaman, BUMDes diharap dapat menjadi mitra kerja bagi UMKM yang ada di desa dalam mengembangkan usaha yang dimilikinya.

Keberadaan paguyuban sangatlah penting. Fungsinya supaya para produsen batik mau bekerja sama dan bersaing secara sehat. Tanpa adanya paguyuban, pengrajin akan bekerja secara individu dan tidak mempedulikan yang lainnya.

Jika mengunjungi Desa Kliwonan, ada beberapa cinderamata yang ditawarkan, seperti kerajinan kain perca batik, berupa tas, dompet cantik, bantal hias, dan selimut. Selain itu juga ada Ada kerajinan grabah ndeso terbuat dari tanah liat hitam yang menciptakan tekstur kasar, namun antik dan eksotis. Grabah ndeso dapat berbentuk tempayan air, pot bunga, dan kuali. Terakhir, juga dapat mengunjungi Galleri Batik Sukowati dan Sentra Bisnis Batik Sragen (SBBS) di jantung Kota Sragen,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun