"Jika kamu sudah menentukan tujuan cintamu, raihlah. Jika gagal, kamu tidak pantas menyebutnya cinta."
Tersinggung dengan judul? Wajar, karena kamu adalah satu dari mayoritas orang yang terlanjur mengagungkan opini ini: apapun yang terjadi, cinta tetaplah cinta. Bisa hidup bersama atau tidak, cintamu padanya akan kekal untuk selamanya.
Jujur saja, kamu pasti pernah merasakan sakit hati berkelanjutan karena terlalu terobsesi dengan mindset itu. Ketika kamu gagal mendapatkan cinta sesorang, kamu mengumpat dan menyalahkan keadaan. Mengumpat dengan alasan-alasan tidak jelas tentang kegagalanmu, menyalahkan keadaan karena ketidakberhasilanmu.
Ketika kamu memperjuangkan seseorang dan gagal mendapatkannya, kamu hanya akan berpaling pada orang yang mencintaimu setulus hati
Cinta itu rumit. Bila saatnya tiba, cinta akan mengubah kebiasaanmu yang berantakan menjadi lebih rapi, atau sebaliknya, jalan hidup yang sudah kamu tata dengan baik menjadi rusak tidak beraturan. Pertanyaannya, apakah itu cinta?
Tergantung. Terlepas akan seperti apa hidupmu nanti, kalau pada akhirnya kamu mendapatkan dia dan hidup bersama tanpa paksaan, ya itulah cinta. Garis bawahi kata ‘hidup bersama’ dan ‘tanpa paksaan’. Dua hal inilah yang menjadikan perasaanmu sah disebut cinta.
Anggaplah sekarang kamu sudah hidup dengan seseorang dan bahagia. Apakah kamu masih ingin mencoba mendapatkan orang-orang yang kamu perjuangkan sebelum dia? Tentunya tidak. Dia akan menutup lubang hatimu dengan cara yang luar biasa, hingga kamu lupa pernah mati-matian mengejar harapan semu yang sekarang entah kemana.
Yup.. seperti apapun indahnya, masa lalu tidak akan pernah menjadi cinta. Ia tidak lebih dari sebuah harapan saja, bukan cinta yang sekarang kamu hadiahkan padanya. Kalau kamu yakin pernah mendapatkan cinta dan sekarang mati-matian ingin melupakan, kamu sedang melakukan kesalahan yang pertama. Ketahuilah, cinta tidak akan pernah melupakan.
Cinta tidak akan rela dia meninggalkanmu dan memberikan hatinya pada yang lain
Cinta butuh pengorbanan. Benar.., tapi kalau pengorbananmu berakhir pada kehilangan, itu bukan cinta. Ada satu hal konyol yang terlanjur kamu anggap benar yaitu, “aku akan melakukan segala cara agar dia bisa bahagia. Dengan membiarkan dia hidup bersama orang lain pun, aku rela”.
Kalau memang benar cinta, kamu tidak akan rela dia pergi meninggalkanmu sendiri. Seperti itulah, cinta memang harus memiliki. Move on yang terlalu lama hanyalah ego terselubung yang ingin mempertahankan kegagalan, meski kamu tidak pernah mengakuinya.
Setelah mengerti kalau cinta harus memiliki, kamu akan lebih berhati-hati membuka hati
Tidak banyak orang yang cukup sabar menunggu cintanya datang di hari pernikahan. Mencari cinta itu asik, maka banyak orang yang lebih memilih berpetualang mencari pasangan hidup dengan konsekuensi sakit hati lagi dan lagi.
---
Salam,
Amanes Marsoum (Konsultan cinta dan penulis di inovasee.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H