Mohon tunggu...
Amandha Mutiara Herfiana
Amandha Mutiara Herfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Universitas Airlangga

Mahasiswa S1 di Universitas Airlangga yang memiliki minat dalam dunia pendidikan terutama pengembangan sumber daya manusia terhadap anak-anak yang mengalami keterbatasan ekonomi untuk mengikuti sekolah serta memiliki minat dalam dunia entertainment yang telah saya tekuni sejak 2019.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Kekerasan Seksual terhadap Mahasiswi Melalui Teori Antropologi

28 November 2022   12:00 Diperbarui: 28 November 2022   12:04 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika penyebab terjadinya dari kasus kekerasan seksual dianalisis dengan menggunakan kacamata antropologi melalui teori konvergensi. Teori konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu bakat atau pembawaan dari lingkungan dan sekolah. Teori ini mengakui bahwa manusia sejak lahir telah mempunyai bakat atau potensi-potensi dasar yang dapat dikembangkan. Kemudian bakat-bakat tersebut berkembang bergantung pada dimana lingkungan masyarakat dan sekolah individu tersebut berada. Sebagai makhluk sosial, proses perkembangan suatu individu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, entah itu faktor yang berasal dari luar individu maupun dari dalam individu.

Dengan begitu, dapat dikatakan seorang pelaku dari tindak kekerasan seksual dapat dipengaruhi dimana lingkungan mereka berada yang kemudian menimbulkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang tak jarang dapat membahayakan orang lain pula. Budaya patriarki yang masih menjamur di negara kita masih memegang kendali yang kuat menjadi salah satu penyebab perempuan seringkali menjadi santapan empuk bagi pelaku-pelaku kekerasan seksual. Melekatnya budaya patriarki di kalangan masyarakat indonesia secara tak langsung telah melahirkan stereotip tertentu terhadap perempuan. Adanya budaya patriarki menempatkan adanya ketimpangan kuasa antara perempuan dan laki-laki yang tidak setara dalam tatanan masyarakat. Mahasiswi yang sebagai seorang perempuan sekaligus sedang mengampu pendidikan di perguruan tinggi tidak mendapatkan tempat yang aman bagi mereka. Sehingga sudah menjadi seharusnya kita mendampingi korban hingga terbukti sebaliknya.

Daftar Pustaka

 

Gordon, Harriet. (2018). A Foucauldian-Feminist Understanding of Patterns of Sexual Violence in Conflict. The Philosophical Journal of Conflict and Violence. DOI: 10.22618/TP.PJCV.20182.1.171002.

https://komnasperempuan.go.id/siaran-pers-detail/peringatan-hari-perempuan-internasional-2022-dan-peluncuran-catatan-tahunan-tentang-kekerasan-berbasis-gender-terhadap-perempuan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun