Jika penyebab terjadinya dari kasus kekerasan seksual dianalisis dengan menggunakan kacamata antropologi melalui teori konvergensi. Teori konvergensi mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu bakat atau pembawaan dari lingkungan dan sekolah. Teori ini mengakui bahwa manusia sejak lahir telah mempunyai bakat atau potensi-potensi dasar yang dapat dikembangkan. Kemudian bakat-bakat tersebut berkembang bergantung pada dimana lingkungan masyarakat dan sekolah individu tersebut berada. Sebagai makhluk sosial, proses perkembangan suatu individu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, entah itu faktor yang berasal dari luar individu maupun dari dalam individu.
Dengan begitu, dapat dikatakan seorang pelaku dari tindak kekerasan seksual dapat dipengaruhi dimana lingkungan mereka berada yang kemudian menimbulkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang tak jarang dapat membahayakan orang lain pula. Budaya patriarki yang masih menjamur di negara kita masih memegang kendali yang kuat menjadi salah satu penyebab perempuan seringkali menjadi santapan empuk bagi pelaku-pelaku kekerasan seksual. Melekatnya budaya patriarki di kalangan masyarakat indonesia secara tak langsung telah melahirkan stereotip tertentu terhadap perempuan. Adanya budaya patriarki menempatkan adanya ketimpangan kuasa antara perempuan dan laki-laki yang tidak setara dalam tatanan masyarakat. Mahasiswi yang sebagai seorang perempuan sekaligus sedang mengampu pendidikan di perguruan tinggi tidak mendapatkan tempat yang aman bagi mereka. Sehingga sudah menjadi seharusnya kita mendampingi korban hingga terbukti sebaliknya.
Daftar Pustaka
Â
Gordon, Harriet. (2018). A Foucauldian-Feminist Understanding of Patterns of Sexual Violence in Conflict. The Philosophical Journal of Conflict and Violence. DOI: 10.22618/TP.PJCV.20182.1.171002.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H