Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Porang dan Ingar Bingar Petaninya Di Kampung

30 Januari 2025   10:12 Diperbarui: 30 Januari 2025   10:12 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang petani milenial di kampung tengah ber-selfie membelakangi tanaman Porang miliknya di kebun (sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ingat bingar petani porang di kampung kembali menggeliat pasca hujan deras yang dalam beberapa hari terakhir terus mengguyur.

Hujan yang mengguyur tiada henti seakan-akan membuat batin semua petani yang ada dag dig dug, alias galau karena terpaksa berjarak sebentar dengan lahan-lahan yang baru saja sudah dihijaukan oleh tanaman porang tersebut.

Oleh karena itu, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang petani porang milenial di atas pasca hujan kemarin kembali nge-gas, menyisir seluruh area porang sambil mengevaluasi keadaan yang terjadi.

Untuk diketahui, sebagian besar pola tanam yang berlaku masih menganut sistem lama. Alias yang penting lahan kosong masih ada dan langsung siap ditanam sambil menghitung-hitung waktu panen tiba.

Biasanya, umbi porang mulai dipanen ketika berusia dua tahun ataupun lebih tergantung dari usia bibit yang ditanam serta proses tanam dan perawatannya.

Sehingga sentuhan-sentuhan dari pola baru ke arah yang lebih modern ataupun sekelas budidaya tampaknya masih absen.

Hal ini bukan tanpa alasan, yakni selain sifat dari tanaman ini yang cukup adaptif dengan struktur atau topografi tanah yang ada, iklim yang ada juga tersebab oleh keyakinan petani akan tingkat kesuburan tanah yang masih alami dan terjaga.

Selain itu juga yang paling besar pengaruhnya adalah berguru pada pengalaman-pengalaman sebelumnya, yaitu, beberapa petani sempat dijuluki sebagai miliarder berkat panen Porang yang ada, meskipun kala itu harga porang masih bercokol pada angka-angka yang relatif kecil.

Sedangkan motivasi lainnya yang paling termutakhir ialah, ihwal mewabahnya tren-tren nge-konten, menyebabkan hampir semua petani sangat rajin berkebun, biar ikut-ikutan nge-trend di medsos. Mereka tidak hanya menaruh perhatian penuh pada kebun porangnya juga memantik perhatian publik digital terkait aktivitas kesehariannya yakni berkebun.

Itulah sekiranya beberapa motivasi dasar dari petani untuk semakin bersemangat untuk terus menanam Porang.

Alhasil, percakapan yang paling mengemuka diantara para petani yang paling sering nampak adalah kalkulasi terkait jumlah porang yang sudah ditanam dengan target yang mau dicapai darinya alias pendulangan rupiah yang siap dikantongi ketika panen tiba.

Selebihnya juga adalah terkait teknik-teknik penanaman seturut versi masing-masing plus berdasarkan tutorial yang berseliweran pada berbagai media sosial yang ada.

Itulah kiranya ingar bingar dari para petani terkait dengan tanaman porang di kampung. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun