Konon, teko atau tete teko merupakan salah satu makanan pokok masyarakat, sebelum beras mulai dikenal oleh masyarakat hingga sekarang.
Biasanya, nenek moyang dulu, ketika mengonsumsi teko selalu ditemani dengan jagung dan sayur-sayuran seperti bayam dan labu kuning juga ikan, katak ataupun babi hutan sebagai lauk-pauk. Bisa dibayangkan saja, nikmatnya tak lagi sekedar nyundul langit.
Kini teko selain masih dijadikan sebagai makanan alternatif, juga kebanyakan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak dalam hal ini adalah babi.Â
Sebagaimana yang diketahui bahwa, babi merupakan salah satu ternak wajib bagi masyarakat. Selain karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi juga memiliki nilai yang sangat 'sakral' secara budaya.Â
Dan sebagai pasokan pakan utama dalam beternak babi, warga lokal biasanya memanfaatkan semua jenis ubi yakni ubi jalar, singkong dan juga ubi talas.Â
Tak heran, di setiap ladang atau kebun warga, wajib diisi atau ditanami dengan ketiga jenis ubi tersebut.
Khusus untuk ubi talas, hampir semua bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai asupan gizi untuk babi. Yaitu mulai dari isi ubinya, bonggol, batang hingga daun semuanya dijadikan pakan alternatif.Â
Dalam olahannya sebagai pakan babi, dapat dilakukan secara langsung dan alami seperti diiris atau dicincang terlebih dahulu dan langsung diberikan kepada hewan ternak atau juga direbus terlebih dahulu kemudian langsung disajikan kepada babi.
Selain sebagai pakan utama untuk ternak, ubi talas pun merupakan makanan keseharian warga lokal. Ia menjadi hidangan kebersamaan yang menghangatkan suasana persaudaraan di kampung.Â