Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Sumbangan Gereja Lokal di Manggarai Dalam Upaya Mengembalikan Pola Pertanian Organik dan Berkelanjutan

14 Januari 2024   23:29 Diperbarui: 19 Januari 2024   10:44 3972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret ketika pihak Gereja lokal bersama dengan petani melakukan panen padi organik perdana di Lembor, Manggarai Barat, NTT (voxntt.com)

Kampanye tentang pertanian organik semakin gencar dilakukan akhir-akhir ini. Hal ini dilakukan seiring sulitnya akses petani untuk mendapatkan pupuk kimia sekalipun yang berkelas subsidi.

Kondisi ini tidak hanya sekali atau baru saja terjadi, melainkan berkali-kali bahkan ber musim-musim khususnya dikala musim menanam tiba. Khusus dalam hal ini adalah bagi petani sawah.

Menangkal situasi ini, maka secara khusus pihak Gereja sejak beberapa dekade yang lalu telah mengkampanyekan kepada masyarakat (umat) terkait pengalihan akan penggunaan pupuk yaitu dari yang kimia (pupuk pabrikan) dan kembali ke alam atau organik.

Akan tetapi, untuk menerapkan sesuatu yang baru tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ia membutuhkan perjuangan yang panjang, proses demi proses hingga sebuah kesadaran baru khususnya tentang pentingnya pertanian organik agar benar-benar tumbuh dan mengakar dalam diri semua petani.

Untuk mewujudkan pengalihan tersebut maka Gereja tak henti-hentinya untuk mengubah paradigma umat (masyarakat) melalui jargon "Kembali ke Alam". 

Potret ketika pihak Gereja lokal bersama dengan petani melakukan panen padi organik perdana di Lembor, Manggarai Barat, NTT (voxntt.com)
Potret ketika pihak Gereja lokal bersama dengan petani melakukan panen padi organik perdana di Lembor, Manggarai Barat, NTT (voxntt.com)

Jargon tersebut demikian kuat diperbincangkan dalam setiap agenda pertemuan tokoh-tokoh Gereja dan di setiap pelayanan karitatif Gereja di tengah umat/masyarakat, seperti lewat khotbah, katakese, seminar dan lain sebagainya.

Sebagaimana yang telah dan masih dicanangkan sejak awal tahun 2023 yang lalu bertemakan "Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan: Sejahtera, Adil dan Ekologis (Ekonomi SAE)". 

Tema ini diusung sebagai wujud dari perhatian dan keberpihakan Gereja Lokal terhadap situasi dan kondisi umat setempat khususnya dari segi ekonomi.

Gereja hadir secara partisipatif serta mengumat. Artinya bersama umat (petani) untuk bangkit bersama demi tercapainya perekonomian yang berkelanjutan.

Fakta menunjukkan bahwa penduduk atau umat yang bernaung di tiga kabupaten dalam hal ini Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur masih dirundung kemiskinan.

Sebagaimana yang dirilis oleh BPS NTT data tingkat kemiskinan yang melanda wilayah di tiga kabupaten tersebut menurut data tahun 2021 yakni 21, 63 %.

Akar Persoalan

Setelah menganalisis akar persoalan kemiskinan tersebut maka  pihak Gereja lokal menemukan beranekaragam penyebab, salah satunya adalah dari bidang pertanian seperti kebergantungan dan kecanduan umat (masyarakat) terhadap penggunaan dan pupuk kimia dan penggunaan produk-produk kimia (herbisida) dalam membasmi gulma pada areal perkebunan atau persawahan.

Bertolak dari jargon "Kembali ke Alam", Gereja mewartakan sebuah pola 'baru' dalam sistem pertanian masyarakat (umat). 

Pola tersebut dibangun dari yang paling mendasar dulu yakni, kesadaran dan mentalitas sembari berkaca dari pola yang telah terjadi sebelumnya dan yang masih berlangsung hingga kini.

Kebergantungan masyarakat terhadap produk-produk kimia, semakin ke sini justru meresahkan. Tidak hanya dari sisi ekonominya melainkan juga terhadap keberlangsungan kehidupan organisme di dalamnya.

Demi melancarkan pertumbuhan padi di sawah, petani mau tidak mau harus butuh finansial yang banyak untuk pengadaan pupuk dan pemberantasan gulma. 

Selain berkualitas rendah rendah terhadap kesehatan tubuh juga produktivitas tanaman menjadi terganggu.

Telah lama lahan pertanian menjadi rusak parah akibat perlakuan kimia  tersebut. 

Tanah dan kehidupan di dalamnya menjadi hancur.

Kenyataan inilah yang tentunya bertolak belakang dengan pewartaan Kitab Suci.

Dan untuk menanggapi situasi ini, maka pihak Gereja lokal terjun langsung ke hadapan penderitaan umat/masyarakat tersebut melalui program pertanian berkelanjutan/organik melalui pelatihan pertanian organik untuk kesuburan tanah seperti:

Pertama, pembuatan pupuk eco enzym/pupuk jadam dengan bahan-baha dasar yang sanga sederhana, yakni campuran dari berbagai jenis buah-buahan, gula merah dan lainnya lalu disemprotkan pada setiap jenis komoditas pertanian yang ada. 

Untuk membuktikan hasilnya, bersama petani sawah, pihak Gereja coba mengaplikasikannya pada beberapa hektare padi sawah yang ada.

Dan terbukti berhasil dari beberapa kali percobaan seperti produktivitas padi menjadi semakin meningkat berkali-kali lipat dari sebelumnya.

Potret proses pembuatan pupuk eco enzym bersama dengan umat di paroki (dokumentasi pribadi)
Potret proses pembuatan pupuk eco enzym bersama dengan umat di paroki (dokumentasi pribadi)

Kedua, melalui pembuatan pupuk organik padat dan cair di setiap wilayah pelayanan Gereja.

Berkaitan dengan ini, pihak Gereja bekerja sama dengan pemerintah melalui penyuluh pertanian setempat untuk bersama-sama mengajak dan mempengaruhi masyarakat akan pupuk organik. 

Untuk membuktikan hal ini, bersama petani-petani setempat, Gereja berupaya untuk mengembangkan pertanian organik pada beberapa komoditas yang sesuai dengan keadaan alam setempat seperti pada tanaman jagung, sayur-sayuran, sorgum dan sebagainya. Hingga terbukti telah berdampak langsung pada produktivitas tanaman yang justru meningkat.

Sekalipun dalam pelaksanaannya selalu saja menuai tantangan yang banyak seperti salah satunya adalah hampir sebagian besar umat yang berprofesi petani masih enggan dalam hal mengubah pola pertaniannya karena membutuhkan pembuktian dan tidak ingin melalui proses yang panjang.

Akan tetapi terhadap tantangan ini, Gereja tidak pernah berhenti untuk terus berkiprah melalui keterlibatan langsung selain dalam pembuatan pupuknya melainkan juga dalam penggunaannya pada beberapa jenis komoditas unggulan seperti padi, jagung, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Masifnya perhatian dan keterlibatan Gereja dalam menangkal penderitaan umat/rakyat khususnya dalam bidang pertanian ini, secara tidak langsung telah melestarikan Kembali keharmonisan kehidupan yang sebelumnya rusak parah akibat penggunaan pupuk kimia dan bahan-bahan herbisida dan juga kesejahteraan hidup para petani menjadi semakin meningkat.

#Salam Pertanian Organik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun