Fakta menunjukkan bahwa penduduk atau umat yang bernaung di tiga kabupaten dalam hal ini Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur masih dirundung kemiskinan.
Sebagaimana yang dirilis oleh BPS NTT data tingkat kemiskinan yang melanda wilayah di tiga kabupaten tersebut menurut data tahun 2021 yakni 21, 63 %.
Akar Persoalan
Setelah menganalisis akar persoalan kemiskinan tersebut maka  pihak Gereja lokal menemukan beranekaragam penyebab, salah satunya adalah dari bidang pertanian seperti kebergantungan dan kecanduan umat (masyarakat) terhadap penggunaan dan pupuk kimia dan penggunaan produk-produk kimia (herbisida) dalam membasmi gulma pada areal perkebunan atau persawahan.
Bertolak dari jargon "Kembali ke Alam", Gereja mewartakan sebuah pola 'baru' dalam sistem pertanian masyarakat (umat).Â
Pola tersebut dibangun dari yang paling mendasar dulu yakni, kesadaran dan mentalitas sembari berkaca dari pola yang telah terjadi sebelumnya dan yang masih berlangsung hingga kini.
Kebergantungan masyarakat terhadap produk-produk kimia, semakin ke sini justru meresahkan. Tidak hanya dari sisi ekonominya melainkan juga terhadap keberlangsungan kehidupan organisme di dalamnya.
Demi melancarkan pertumbuhan padi di sawah, petani mau tidak mau harus butuh finansial yang banyak untuk pengadaan pupuk dan pemberantasan gulma.Â
Selain berkualitas rendah rendah terhadap kesehatan tubuh juga produktivitas tanaman menjadi terganggu.
Telah lama lahan pertanian menjadi rusak parah akibat perlakuan kimia  tersebut.Â
Tanah dan kehidupan di dalamnya menjadi hancur.