Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Tren Pemasaran Durian Kampung yang Bikin Dompet Tidak Kampungan

30 Desember 2023   22:31 Diperbarui: 31 Desember 2023   07:02 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret buah durian yang siap untuk dijual di kampung (dokumentasi pribadi)

Angin segar bagi petani yang memiliki kebun durian di kampung, ihwal nilai rupiah yang didapat dari buah durian itu sendiri mampu membuat merangsek perekonomian warga.

Kondisi ini bermula sejak buah-buah duren yang ada mulai berjatuhan sejak pertengahan Desember yang lalu. Hingga menjelang akhir tahun ini, menjadi puncak banyaknya buah yang berjatuhan.

Panen durian tahun ini untuk konteks di kampung saya memang terbilang cepat. Dari yang biasanya (normalnya) sekitar pertengahan Januari hingga Februari kini lebih awal di akhir tahun ini.

Kondisi demikian diduga kuat dipengaruhi oleh kondisi iklim alam yang tak menentu. Antara musim hujan dan kemarau akhir-akhir ini tampak tak beraturan.

Akibatnya pun macam-macam, termasuk salah satunya adalah pada tanaman. Sebut saja contoh nyatanya adalah musim bunga, buah dan panen pada tanaman durian di kampung saya. Dari yang biasanya panen di bulan Januari kini lebih awal yakni di Bulan Desember.

Pertanyaannya, apakah ini merupakan sesuatu yang menggelisahkan khususnya bagi para petani?

Bisa saja iya dan bisa juga tidak. 

Bagi petani durian, perubahan ini merupakan sesuatu yang menggembirakan. Ihwalnya ialah, berkat durian, pemasukan ekonomi keluarga sedikitnya bisa untuk membeli sekarung atau berkarung-karung beras yang nyatanya hingga kini harganya masih melangit.

Panen durian di musim paceklik ini, bagi para petani duren di kampung rasanya seperti oase di tengah gurun pasir.

Untuk diketahui, jenis durian yang ada dan dimiliki oleh semua petani di kampung adalah berjenis durian lokal dengan ciri-ciri pohonnya besar dan tinggi menjulang.

Lalu bagaimana dengan model harga dan pemasarannya?

Adapun model harga dan pemasaran buah durian di kampung sejatinya bergantung pada realitas permintaan dari para konsumen dan pasokan harga yang ditawarkan oleh para penadah durian.

Dalam hal ini, petani durian di kampung hanya berurusan langsung dengan para penadah terkait dengan nilai rupiah yang diperoleh dari buah durian milik mereka.

Sistem pembelian yang dilakukan oleh para penadah sebagaimana yang sudah terjadi selama ini adalah dengan sistem pukul rata.

Yakni, mereka memasok semua jenis dan ukuran durian dengan harga yang sama. Entah itu ukuran besar ataupun kecil semuanya mentok pada harga yang sama.

Keuntungan dari sistem pukul rata ini adalah, petani tidak perlu menyimpan buah durian dalam waktu yang lama, melainkan langsung dirupiahkan. Khusus dalam hal ini adalah untuk petani durian yang memiliki buah durian yang banyak. Apalagi dengan kondisi durian yang sudah matang, maksimal bisa bertahan selama tiga hari masih bisa disimpan, sedangkan kalau sudah lewat dari tiga hari, kebanyakan ada yang membusuk. 

Sedangkan kerugiannya ialah, petani tidak bisa bermain hakim sendiri alias menentukan harga secara penuh. Khususnya dalam memilah-milah harga durian seturut kondisinya masing-masing. Misalnya untuk yang berukuran besar tentu harganya agak beda dengan yang berukuran sedang dan kecil.

Terkait distribusi pemasaran buah durian selama ini sudah mampu tembus antar kota di seputaran pulau Flores yaitu mulai dari Labuan Bajo sampai ke Flores Timur. Juga antar pulau seperti ke Sumba dan Kupang. Dan antar provinsi yakni ke provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya ke Bima.

Kondisi dompet warga kampung sedikit merangsek, ihwal si duri manja alias duren kembali nge-tren di pasaran mulai di seputaran kampung hingga ke lintas Flores bahkan antar pulau dalam hal ini pulau Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Khusus untuk lintas Flores, kota yang paling ramai mengonsumsi buah duren adalah Labuan Bajo. Hal ini jelas karena status kota wisata super prioritas yang tiada hari tak pernah sepi dengan para pengunjung atau para wisatawan entah itu domestik maupun yang mancanegara. Dan juga tersebab banyaknya permintaan dari restoran-restoran dan hotel-hotel yang ada.

Sehingga sebagian besar mobil pengangkut yang masuk ke kampung sepanjang hari untuk mendistribusikan buah durian ke kota Labuan Bajo (kabupaten Manggarai Barat) tersebab tingginya permintaan akan buah durian.

Potret buah durian yang sudah diangkut di atas mobil pickup (dokumentasi pribadi)
Potret buah durian yang sudah diangkut di atas mobil pickup (dokumentasi pribadi)

Apalagi menjelang liburan natal dan tahun baru ini, permintaannya semakin naik, karena semakin banyaknya para wisatawan yang datang berlibur ke Labuan Bajo dan di kota-kota besar lainnya di pulau Flores, NTT.

Demikianlah situasi pemasaran durian di kampung saat ini. Sekalipun para petani masih belum leluasa dalam menentukan harga, namun setidaknya dengan nilai rupiah yang didapat mampu membuat kondisi dompet tidak kampungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun