Virus ASF kembali mengguncang relung batin para peternak babi se-Indonesia, khususnya yang ada di kampung saya. bagaimana tidak, jejak traumatis atas kematian babi massal yang terjadi dua tahun lalu ihwal penyerangan dari makhluk renik ini belum benar-benar hilang, kini ia kembali datang dengan penuh kejutan dan menyulutkan kembali jejak traumatis yang pernah ada.
Dilansir dari kupang.antaranewa.com, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun kemarin mencatat sebanyak 122.000 ekor babi yang mati akibat serangan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF). Jumlah tersebut merupakan total keseluruhan yang diambil dari 22 kabupaten yang ada.Â
Untuk diketahui Demam Babi Afrika (bahasa Inggris: African Swine Fever, disingkat ASF) adalah penyakit menular pada babi yang disebabkan oleh virus African swine fever. Virus ini dapat menginfeksi anggota famili suidae, baik babi yang diternakan maupun babi liar. Penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dengan tingkat kematian yang tinggi.
Sungguh sesuatu yang sangat mengenaskan. Di tengah menguatnya ancaman kematian akibat wabah virus corona, makhluk renik yang satu ini pun muncul seakan-akan membuat lubang penderitaan semakin menganga dan curam.
Pada awal munculnya yaitu dua tahun lalu, lima ekor babi di rumah saya tak luput dari serangan virus ASF tersebut. Kelimanya mati secara tiba-tiba. Beruntun setelah itu, puluhan ekor babi milik paman saya pun tak luput seekor pun. Dan beruntun semua babi yang ada di kampung saya semuanya tewas tan terselamatkan.
Jika dibandingkan dengan ancaman virus corona yang nyatanya sangat menakutkan karena telah meregangkan jutaan nyawa manusia di dunia, di kampung saya justru virus ASF inilah yang dirasa paling mengerikan.Â
Sekalipun pelbagai upaya penyelamatan telah dilakukan seperti, memberikan asupan obat-obatan baik itu secara tradisional maupun secara medis, namun semuanya tetap sia-sia belaka. Yang tersisa hanyalah kandang-kandang kosong yang membisu tak berpenghuni.
Semua warga kampung pun hanya bisa menahan diri dalam rupa-rupa emosi yang meluap.Â
Ada yang menangis meratapi babi-babi yang mati, kecewa dan stres bahkan tak ayal ada yang sampai protes sejadi-jadinya kepada pihak pemerintah ihwal tidak adanya solusi yang didapat dari mereka. Dan lain sebagainya.Â
Juga sering terjadi 'adu bibir' alias baku ribut antar tetangga yang berawal dari tuduh-menuduh. Kalau-kalau babi yang tewas karena adanya faktor kesengajaan. Seperti secara sengaja memberikan daging babi yang telah mati terpapar. Atau diracuni dan sebagainya. Â