Mohon tunggu...
Konstan Aman
Konstan Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Awasan Ketika Mengalami Kerumunan di Kampung

5 November 2022   14:17 Diperbarui: 5 November 2022   14:27 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret kerumunan Warga kampung di atas bagasi Oto kol, ketika terjadi seremoni adat perkawinan di Manggarai. (Kredit Foto: Facebook: Saverius) 

Kalau sudah demikian, maka pertandingan sudah seperti Rusia VS Ukraina. Entah itu antara pemain dengan pemain, penonton dan pemain, penonton dengan wasit dan dengan-dengan lainnya. 

Dan kalau sudah begini, maka otomatis pelaku dan korban selalu ada. Semuanya saling beradu otot. Sekalipun tidak sampai mengorbankan nyawa. Namun bila dibiarkan terus maka peristiwa Kanjuruhan pun pasti akan terus berulang menghiasi wajah sepak bola kampung.

Anehnya kalau sudah terjadi baku pukul, selain memicu citra buruk di kampung lainnya, juga memunculkan kebanggaan tersendiri. Semacam sebuah prestasi tersendiri bagi yang berhasil menciptakan terjadinya pertikaian tersebut. Karena namanya sudah 'mendunia' di kampung. 

Sebagai Awasan

Oleh karena itu, melihat kedua fenomena tersebut, maka hal-hal berikut perlu dikaji sebagai awasan ketika suatu saat Anda dan kita pun turut bergabung dalam kerumunan di kampung.

Pertama, bangun kesadaran penuh bahwa saya sedang berada "di sini dan saat ini" dan di sekitarku banyak pribadi-pribadi lainnya. Terutama kesadaran akan tujuan dan inti dari kerumunan yang terjadi. 

Kedua, tidak langsung tergiur buta dengan aksi-aksi yang terjadi terutama di kampung, seperti minum tuak atau sopi dan rokok. Usahakan untuk pikiran selalu menaruh pikiran satu atau dua langkah ke depan.

Misalnya ketika ikut menenggak sopi, kira-kira setelah itu apa yang terjadi. Kalau baik-baik saja ya tidak apa-apa. Tapi kalau malah sebaliknya mending tidak usah nurut saja. 

Atau pikiran kita hendaknya selalu tertuju pada inti atau tujuan dari terciptanya kerumunan tersebut. Jangan sampai karena hal sepele, semuanya jadi berantakan dan batal seketika. Terutama yang berkerumun dalam kendaraan dan di lapangan ketika terjadi turnamen bola kaki. 

Ketiga, perhatian dan arahan dari para tetua adat dan pemangku kepentingan hendaknya selalu diutamakan. Karena nasihat atau petuah dari mereka sangat berguna bagi setiap orang yang turut ada.

Keempat, kalau sudah terjadi persilihan atau bentrok di tengah kerumunan, maka langkah selanjutnya ya langsung pulang saja. Atau menghindar dengan menarik diri dari kerumunan. Atau sebisanya langsung menghubungi pihak keamanan kalau memungkinkan.

Kelima, jika poin pertama di atas diwujudkan secara baik maka, hal negatif selanjutnya pasti dengan sendirinya terhindar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun