Mohon tunggu...
Konstantinus Aman
Konstantinus Aman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis, Petani dan Guru Kampung (PPG)

Pewarta suara minor dari kampung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dilema Orangtua dalam Menentukan Nasib Anak

20 Februari 2020   00:54 Diperbarui: 21 Februari 2020   16:00 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Hyper parenting (Tirto.id)

Hampir pasti bahwa, kedua keadaan tersebut yakni orangtua dan anak sama-sama saling menyandera telah menjadi fakta umum yang kerap tidak disadari oleh keduanya. 

Dan secara empirik, keadaan tersebut justru melahirkan chaos tersendiri baik bagi orangtua maupun anak. Sering terjadi konflik mulai dari ketidakcocokan dalam hal-hal sepele hingga memuncak pada aspek yang luas yakni terkait kebebasan dan pilihan pribadi.

Akibatnya, tak sedikit orangtua yang menderita penyakit psikologis seperti fobia yang berlebihan pada nasib anak. Sedangkan pada anak, sering depresi hingga stres karena merasa diri diisolasi oleh orangtua mereka.  

Konflik demikian, apabila ditelusuri secara komprehensif ternyata penyebabnya adalah kedua hal tadi yakni karena saling "penyanderaan"  yang tidak disadari baik pada orangtua maupun anak.

Dalam konteks ini seyogianya kita merenungkan kembali kata-kata termasyur Khalil Gibran yakni:

"Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. Mereka adalah putra dan putri kehidupan yang mendambakan dirinya sendiri. Mereka datang melalui Anda tetapi bukan dari Anda, dan walaupun mereka besertamu, mereka tidak menjadi milikmu. Anda boleh memberi mereka cintamu tetapi bukan pikiranmu, karena mereka mempunya pikirannya sendiri. Anda boleh menyediakan tempat bagi tubuh mereka, tetapi bukan jiwanya, karena jiwanya mendiami rumah masa depan, yang tidak mungkin Anda kunjungi, bahkan tidak dalam mimpimu. Anda boleh berusaha menjadi seperti mereka, tetapi janganlah menjadikan mereka seperti Anda. Sebab, kehidupan tidak menuju ke belakang dan tidak pula tinggal pada hari kemarin. Anda adalah busur dari mana anakmu dilepaskan bagaikan panah hidup". (dikutip dari dari tulisan K. Bertens dalam buku Sketsa-Sketsa Moral).

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun