Oleh karena itu, kondisi rahang yang longgar (loose jaw) merupakan bentuk adaptasi morfologi spesies. Hal tersebut karena rahang yang sangat panjang dan bertenaga lemah mampu untuk tertutup dengan mudah dan cepat, hal ini terkait dengan pengurangan hambatan pada rahangnya. Tanpa rahang bawah yang panjang maka perilaku makan tidak akan efektif.  Tanpa adanya penglihatan yang tajam, bantuan otot dan membran pada mulutnya, juga fotofor dan bioluminesensi maka aktivitas memangsa akan terhambat dan sulit dilakukannya.
Referensi:
Douglas, R. H., M. J. Genner, A. G. Hudson, J.C. Partridge, & H-J. Wagner. 2016. Localisation and origin of the bacteriochlorophyll-derived photosensitizer in the retina of the deep-sea dragon fish Malacosteus niger. Scientific Reports 6 (1): 1 – 12.
Herring, P. J, & C. Cope. 2005. Red bioluminescence in fishes: on the suborbital photophores of Malacosteus, Pachystomias and Aristostomias. Marine Biology 148 (2005): 383 – 394.
Kenaley, C. P. 2012. Exploring feeding behaviour in deep-sea dragonfishes (Teleostei: Stomiidae): jaw biomechanics and functional significance of a loosejaw. Biological Journal of the Linnean Society 106 (2012): 224 –240.
Nature Picture Library. 2016. Black dragonfish (Malacosteus niger) deep sea species with a light organ beneath its eye. Atlantic Ocean off Cape Verde. Captive. 1 hlm. https://www.naturepl.com/stock-photo-black-dragonfish-malacosteus-niger-deep-sea-species-with-a-light-nature-image01543210.html#: 29 Desember 2021. pk. 10.17.
Sutton, T. T.  2005. Trophic ecology of the deep-sea fish Malacosteus niger (Pisces:Stomiidae):An enigmatic feeding ecology to facilitate a unique visual system?. Deep-Sea Research I 52 (2005): 2065 – 2076.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H