Mohon tunggu...
Amanda Stevany
Amanda Stevany Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Hobby Bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Film

Persamaan dan Perbedaan Film Warkop DKI dengan Film Pretty Boys

11 September 2022   22:30 Diperbarui: 11 September 2022   22:33 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesampainya di Jakarta mereka benar-benar berjuang untuk menggapai impian mereka, walaupun pada awalnya mereka hanyalah menjadi seorang tukang masak dan pelayan di restoran. Hal tersebut berubah disaat mereka bertemu Roni yang mulai membawa mereka ke dalam dunia industri pertelevisian. 

Setelah masuk ke dalam industri pertelevisian, cerita mereka semakin menarik dan lucu. Walaupun sudah masuk ke pekerjaan yang mereka inginkan, ternyata masih banyak tantangan yang harus mereka lalui. 

Perbedaan Paradigma Film 

Menurut Harmon paradigma adalah cara dasar untuk memahami, berpikir, mengevaluasi, dan melakukan dalam kaitannya dengan sesuatu yang konkret tentang realitas (dalam Astuti, 2022 hl 17). Sehingga paradigma dalam film berfokus kepada konsep dan narasi dari sebuah film yang ada. 

Paradigma dari Film Warkop DKI Gengsi Dong dan Pretty Boys cukup berbeda. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan paradigma empiris pada film Warkop DKI Gengsi Dong dan paradigma kritis pada film Pretty Boys. 

Warkop DKI Gengsi Dong menunjukkan paradigma empiris melalui alur cerita yang dibuat. Melalui kejadian-kejadian yang terjadi di dalam film menunjukkan adanya fakta-fakta yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari kita. 

Cerita dengan menggunakan paradigma ini membuat kita para penonton lebih mudah mengerti cerita dari sebuah film, karena secara tidak langsung kita pasti pernah mengalami kejadian yang sama dengan film Warkop DKI Gengsi Dong.

Berbeda dengan Warkop DKI Gengsi Dong, film Pretty Boys mengandung paradigma kritis. Secara terselubung maksud dari film ini bertujuan untuk mengkritik atau mengungkapkan bagaimana industri pertelevisian di belakang layar. 

Film juga memperlihatkan adanya pihak-pihak yang menuntut banyak kepada talent, artis, maupun cast dalams sebuah acara pertelevisian. Hal tersebut dilakukan karena pentingnya rating maupun pundi-pundi uang bagi beberapa pihak. 

Sehingga film menunjukkan bahwa etika maupun nilai dari sebuah produksi itu sangat penting, karena jika tidak terlaksana dengan baik, maka acara akan berakhir dengan berantakan. 

Genre 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun