Mohon tunggu...
Amanda Saqinah
Amanda Saqinah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Halo nama saya Amanda Saqinah, biasa dipanggil Manda, hobi ku membaca novel, menulis diary, olahraga, memasak, bahkan aku berkeinginan untuk memilki hobi travelling semoga terealisasikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis ISBN di Indonesia: Solusi ESBN untuk Masa Depan Penerbitan Pendidikan

16 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 16 Oktober 2024   12:05 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pontianakpost.jawapos.com

Indonesia sedang mengalami krisis akibat terbatasnya kuota ISBN (International Standard Book Number). Krisis ini dimulai ketika Badan Internasional ISBN di London menegur Perpustakaan Nasional (Perpusnas) karena jumlah produksi buku yang dianggap tidak wajar. Pada 2020-2021, Indonesia menerbitkan 208.191 judul buku dengan ISBN, padahal kuota ISBN yang diberikan pada 2018 hanya 1 juta nomor.

Dalam 4 tahun terakhir, Indonesia telah menerbitkan 623.000 buku dengan ISBN, yang menyisakan hanya 377.000 nomor untuk 6 tahun ke depan. Jika tidak ada langkah pengendalian, Indonesia hanya mampu menerbitkan sekitar 67.340 judul buku per tahun sebelum kehabisan ISBN. Biasanya, kuota ISBN suatu negara bisa bertahan hingga satu dekade atau lebih. Namun situasi ini mengancam kelangsungan penerbitan buku di Indonesia. 

Dampak bagi Dunia Pendidikan
Krisis ini tidak hanya berdampak pada penerbit dan penulis, tetapi juga sangat memengaruhi guru dan dosen. Dalam dunia pendidikan, ISBN menjadi salah satu syarat penting untuk kenaikan pangkat dan perolehan angka kredit untuk para pengajar, baik di sekolah maupun perguruan tinggi diwajibkan menerbitkan buku dengan nomor ISBN sebagai bukti karya ilmiah mereka untuk diakui secara resmi.


Beberapa fakta penting terkait ISBN di dunia pendidikan Indonesia adalah:

1. ISBN merupakan syarat untuk mendapatkan penilaian kredit dalam kenaikan pangkat bagi pengajar, sesuai dengan ketentuan kementerian atau lembaga pendidikan terkait.
2. Pengajar harus memiliki ISBN pada buku yang mereka terbitkan agar karya tersebut diakui secara resmi dan dinilai layak untuk publikasi.
Dengan situasi krisis ini, guru dan dosen menghadapi tantangan besar dalam memenuhi persyaratan kenaikan pangkat. Tanpa ISBN, karya mereka tidak akan memenuhi syarat untuk diakui oleh lembaga terkait.

Solusi ESBN: Masa Depan Penerbitan Buku Pendidikan

Untuk mengatasi masalah ini, ada usulan penggunaan ESBN (Educational Serial Book Number), sistem penomoran unik yang dirancang khusus untuk mengidentifikasi buku-buku pendidikan. ISBN dapat digantikan dengan ESBN untuk selama masa krisis ini, tetapi hanya untuk buku-buku dan karya ilmiah di bidang pendidikan.

ESBN dirancang oleh Konsortium ESAA Project European Commission ID2021048 tahun 2021 yang bekerja sama dengan berbagai organisasi nasional dan internasional. Sistem ini memberikan kode 14 digit yang terdiri dari kode negara, nomor buku unik, tahun publikasi, dan jenis buku, sehingga mudah diidentifikasi.

Mengapa ESBN Penting?

ESBN sangat relevan untuk buku pendidikan karena menyediakan sistem identifikasi yang standar dan mudah digunakan. Buku yang dilengkapi dengan ESBN dapat didistribusikan, dikatalogkan, dan diakses dengan lebih efisien. Beberapa manfaat ESBN antara lain:

- Standarisasi: Sistem ESBN memberikan standar universal untuk mengidentifikasi buku-buku pendidikan, sehingga mengurangi kesalahan dan kebingungan dalam pencarian atau pembelian buku.

- Akses Lebih Mudah: ESBN mempermudah distribusi buku pendidikan, terutama bagi siswa dan pengajar di daerah terpencil.

- Pelacakan Buku: ESBN memungkinkan pelacakan penggunaan buku, membantu lembaga pendidikan merencanakan kebutuhan pengadaan buku di masa mendatang.

- Kuota publikasi tidak limit: Tidak ada batasan untuk publikasi, asalkan kontennya berkaitan dengan pendidikan. ESBN dirancang khusus untuk mengidentifikasi buku-buku pendidikan seperti buku teks, modul, dan bahan ajar lainnya, sehingga penerbit dapat menerbitkan sebanyak mungkin buku pendidikan tanpa terpengaruh oleh kuota ISBN yang terbatas. Hal ini membantu memastikan bahwa kebutuhan akan sumber daya pendidikan bisa tetap terpenuhi. 

Penutup

Krisis ISBN di Indonesia membawa dampak besar bagi dunia penerbitan. Namun, dengan solusi inovatif seperti ESBN, ada harapan baru bagi para guru atau dosen untuk bisa menerbitkan buku mengenai pendidikan yang diakui secara resmi, meskipun kuota ISBN terbatas. Hal ini juga dapat membantu para pengajar dalam pengajuan kenaikan pangkat dan angka kredit tanpa mengurangi kualitas atau validitas karya yang diterbitkan. Dan ESBN menjadi jawaban untuk menjaga kelangsungan penerbitan buku pendidikan di Indonesia selama masa krisis ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun