Mohon tunggu...
Amanda Keara
Amanda Keara Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Cinta untuk Pak Ken

8 Desember 2015   09:01 Diperbarui: 8 Desember 2015   09:10 2184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membunuh Pelan-Pelan

DirektoratJenderalPajak (DJP)berhakmendapataspekpersamaan dalam konteks ini adalah persamaan kesempatan (equality of opportunity) bagi para DJP-ers untuk membuktikan bahwa mereka bisa mencapai target. Tentu saja dengan target yang realistis. Target yang dihitung kenaikannya berdasarkan realisasi tahun sebelumnya, bukan dari target tahun sebelumnya. Kondisi sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2015, target yang tercapai hanya pada tahun 2008. Kemudian tahun 2016 target naik lagi 5% menjadi Rp 1546.7 T. Wow, ga salah nih?

Realisasi yang diperkirakan tercapai di 2015 hanya pada angka  Rp 890.3 T. Lalu bulan ini hanya tinggal beberapa hari saja. Apakah ini kesalahan dari pegawai pajak sehingga penerimaan tidak tercapai? Atau salah pemerintah yang menentukan target terlalu tinggi? Di negara ini, ada beberapa intansi yang bila personilnya (dianggap) salah lantas di “Dorrr”. Namun, di Ditjen Pajak bila target penerimaan tidak tercapai lalu Dirjen-nya yang mundur, dan bukan menyalahkan anak buah. Hal ini mencerminkan sikap ksatria seorang pimpinan, sebagai bentuk tanggungjawab.

Tapi apakah hal ini tidak dapat disalahgunakan dan dijadikan permainan oleh beberapa pihak tertentu, di awal tahun target pajak sengaja di “tinggi” kan untuk membunuh karir orang-orang yang menjabat di Intansi ini karena jelas target tersebut tidak akan tercapai? Silahkan pembaca mengambil kesimpulan sendiri.

Tak Kenal Maka Tak Sayang

Jabatan Plt. Dirjen Pajak saat ini dilaksanakan oleh bapak Ken Dwijugiasteadi, asli dari internal DJP. Selaku pihak eksternal saya sangat berharap bahwa dengan dipimpin oleh Pak Ken, timbul rasa ikatan(esprit de corps) diantara sesama pegawai pajak. Ikatan yang kuat untuk sama-sama mencapai tujuan organisasi. DJP pasti BISAkan!

Suatu percakapan sore yang saya bayangkan bila suatu saat akan ada berkesempatan bercakap dengan pak Ken, kira-kira seperti ini

Saya: “Pak, bolehkah saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan?”

Pak Ken: “Sure, kenapa tidak? Jawabnya sambil menoleh ke arah saya (ciee..)”

Saya: “Nampaknya bapak memberikan titik konsepsi Bapakpadatatahubungan yang impersonal terhadap orang-orang yang ada di dalamorganisasi maupun diluar organisasi.”

Pak Ken: "Ya, dengan memberikan titik berat pada hubungan impersonal itu usaha kerja sama diantara pegawai ini akan mencapai rasionalitas,” Pak Ken menjawab dengan nada tegas.

Saya: “Apakah rasionalitas itu tidak bisa dicapai tanpa impersonalitas?”

Pak Ken: “Sulit, sebab keduanya menurut saya bertentangan, tidak bisa disejajarkan.”

Saya: “Menurut saya, impersonalitas dari tata hubungan manusia berarti meninggalkan sifat-sifat manusia sebagai manusia. Dengan kata lain, tidak memanusiakan manusia.”

Pak Ken: “Maksudnya bagaimana?”

Saya: “Jika semuanya harus impersonal dan tidak memberikan kesempatan pada hal-hal yang bersifat personal tampil, konsepsi bapak tidak akan populer di organisasi ini. DJP adalah organisasi yang besar, pegawainya masih lebih banyak yang guyub dan hubungan pribadi antara mereka masih dilakukan, tiba-tiba masuk kerja di kantor harus mengubah secara drastis ke tata hubungan impersonal, akan mengalami beberapa guncangan, pak. Dan itu tidak jadi rasional jadinya, melainkan sebaliknya. Sebab guncangan itu ada kemungkinan tidak akan menghasilkan apa-apa.”

Pak Ken: “Jadi menurut kamu bagaimana sebaiknya?

Pak Ken bertanya. Pertanyaan yang benar-benar pertanyaan dari seorang “guru” yang mengundang keluarnya pendapat dan bukan membuat menangkal dan bahkan mematikan pendapat orang lain.”

Saya: “Menurut saya, konsepsi Bapak akan lebih operasional jika memadukan keduanya, impersonal dan personal. Keseimbangan keduanya dalam kehidupan birokrasi sangat menunjang tercapainya rasioanalitas. Manusia bagaimanapun tetap manusia, Pak. Untuk mencapai suatu tujuan kadang-kadang ekspresi personalnya akan lebih banyak mengandalkan peraturan yang berlaku, bisa diperhalus dengan penampilan yang hubungan yang bersifat impersonal. Saya berhenti menunggu reaksinya.”

Pak Ken: “Bagaimana realisasi bentuk keseimbangan antara impersonal dan personal tadi?”

Saya: “Itu diserahkan pada masing-masing birokratnya. Maksud saya masing-masing birokrat harus mengetahui kapan impersonal diterapkan dan kapan personal dipakai dalam menghadapi setiap perkara. Untuk yang personal mungkin Bapak bisa roadshow ke beberapa kantor pelayanan untuk sekedar “ngopi” bareng tanpa protokoler, lalu sampaikan pesan kepada para staff agar bersama mewujudkan tujuan organisasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target pajak tahun ini.”

Pak Ken: “Wah, boleh nanti akan saya pertimbangkan masukannya”, dek. Terimakasih ya.” Jawabnya sambil melihat jam tangannya. Saya pun melihat jam saya. Masya Allah sudah hampir jam 5 sore.

Saya: “You are welcome, Pak.” Sambil pamit dan bergegas melanjutkan kuliah.

Pesan Cinta

Pak Ken, semoga Plt. Dirjen Pajak kali ini akan dilanjutkan secara definitif, bukan dengan cara open bidding seperti yang terjadi sebelumnya. Dirjen pajak yang berasal dari kalangan internal tentunya akan lebih memahami kondisi yang terjadi di dalam organisasinya dan tentunya akan lebih memiliki rasa keterikatan pada organisasi yang dipimpinnya. Akan lebih berjiwa ksatria dan in-line dengan tujuan organisasi yang sesungguhnya, menjadi badan yang mandiri bukan hanya sekedar “ganti baju”, itu harapan saya.

 

Salam,

Amanda Keara

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun