Saya: “Apakah rasionalitas itu tidak bisa dicapai tanpa impersonalitas?”
Pak Ken: “Sulit, sebab keduanya menurut saya bertentangan, tidak bisa disejajarkan.”
Saya: “Menurut saya, impersonalitas dari tata hubungan manusia berarti meninggalkan sifat-sifat manusia sebagai manusia. Dengan kata lain, tidak memanusiakan manusia.”
Pak Ken: “Maksudnya bagaimana?”
Saya: “Jika semuanya harus impersonal dan tidak memberikan kesempatan pada hal-hal yang bersifat personal tampil, konsepsi bapak tidak akan populer di organisasi ini. DJP adalah organisasi yang besar, pegawainya masih lebih banyak yang guyub dan hubungan pribadi antara mereka masih dilakukan, tiba-tiba masuk kerja di kantor harus mengubah secara drastis ke tata hubungan impersonal, akan mengalami beberapa guncangan, pak. Dan itu tidak jadi rasional jadinya, melainkan sebaliknya. Sebab guncangan itu ada kemungkinan tidak akan menghasilkan apa-apa.”
Pak Ken: “Jadi menurut kamu bagaimana sebaiknya?
Pak Ken bertanya. Pertanyaan yang benar-benar pertanyaan dari seorang “guru” yang mengundang keluarnya pendapat dan bukan membuat menangkal dan bahkan mematikan pendapat orang lain.”
Saya: “Menurut saya, konsepsi Bapak akan lebih operasional jika memadukan keduanya, impersonal dan personal. Keseimbangan keduanya dalam kehidupan birokrasi sangat menunjang tercapainya rasioanalitas. Manusia bagaimanapun tetap manusia, Pak. Untuk mencapai suatu tujuan kadang-kadang ekspresi personalnya akan lebih banyak mengandalkan peraturan yang berlaku, bisa diperhalus dengan penampilan yang hubungan yang bersifat impersonal. Saya berhenti menunggu reaksinya.”
Pak Ken: “Bagaimana realisasi bentuk keseimbangan antara impersonal dan personal tadi?”
Saya: “Itu diserahkan pada masing-masing birokratnya. Maksud saya masing-masing birokrat harus mengetahui kapan impersonal diterapkan dan kapan personal dipakai dalam menghadapi setiap perkara. Untuk yang personal mungkin Bapak bisa roadshow ke beberapa kantor pelayanan untuk sekedar “ngopi” bareng tanpa protokoler, lalu sampaikan pesan kepada para staff agar bersama mewujudkan tujuan organisasi dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target pajak tahun ini.”
Pak Ken: “Wah, boleh nanti akan saya pertimbangkan masukannya”, dek. Terimakasih ya.” Jawabnya sambil melihat jam tangannya. Saya pun melihat jam saya. Masya Allah sudah hampir jam 5 sore.