AKRASIA. Bukan, ini bukan nama kofisyop kekinian yang muncul bertebaran. Akrasia adalah istilah yang diciptakan oleh filsuf Socrates dan Aristotle yang secara erat bisa dikaitkan dengan 'penyakit' klasik manusia dari zaman dahulu kala: Procrastination alias suka menunda. Â
Akrasia is the state of acting against your better judgement. Iya, manusia (baca: kita) lebih suka menunda sesuatu dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat daripada melakukan hal positif yang seharusnya dilakukan.Â
Contohnya, scrolling linimasa di medsos dan keasyikan membaca komentar netizen, browsing banyak artikel sampai akhirnya malah lupa apa informasi yang awalnya mau dicari (salahkan si hyperlink hehe) rajin 'berjalan' di youtube/blog orang lain padahal jumlah langkah kaki kita setiap hari cuma 5 ribuan (yang disarankan minimal 10 ribu langkah lho), dan lain-lain.Â
![Source: Unfold](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/02/04/procrastination-5e38ef0bbaf25d762a37b602.jpg?t=o&v=770)
Mengapa begitu? salah satu alasannya adalah manusia cenderung menyukai yang serba instan. Kita sulit untuk membayangkan diri kita suatu saat di masa mendatang bisa jadi jauh lebih baik kalau kita fokus di masa kini untuk melakukan hal-hal yang seharusnya demi mencapai target.Â
Hmm, lucu sih... di kasus ini kita seakan sulit untuk membayangkan diri kita lebih sukses di masa mendatang kalau kita bisa sukses menghilangkan kebiasaan buruk suka menunda ini.Â
Tapi di kasus penyakit zaman kekinian yaitu overthinking & cemas berlebihan, kita justru gampang banget terlalu fokus memikirkan apa yang bakal terjadi di masa mendatang, padahal seharusnya kita bisa lebih mindful & be in present moment, yaitu tidak terjebak oleh kekhawatiran di masa depan dan lebih menikmati masa kini (present moment). 'Hadir di sini, kini,' kalau kata psikolog dan praktisi meditasi favorit saya. Â
Kalau manusia zaman dahulu saja juga suka menunda, apalagi kita yang sekarang kebanyakan udah 'diperbudak' oleh  layar berukuran 4-6 inci itu yah? Saya sempat berpikir seperti itu untuk mencari pembenaran.
Tapi masa iya sih kontrol diri kita selemah itu? sudah tahu menunda itu buruk kok masiiih aja dilakukan? Nah ternyata menunda itu bukan disebabkan karena kita tidak pintar mengatur waktu, tapi karena, mudahnya, disebabkan oleh Bad Mood.Â
Akhirnya ya, ada penjelasan yang lebih ilmiah kenapa kita tuh susah banget kontrol diri sendiri sementara kadang ngatur orang lain lebih mudah hihi...Jadi, menurut  Dr. Tim Pychyl, seorang profesor psikologi & anggota kelompok Procrastination Research di Carleton University, Ottawa,  "Procrastination is an emotion regulation problem, not a time management problem,".
Tada... pernyataan ini kurang lebih menjawab penasaran saya, kenapa kalau emosi sedang terkontrol (mood bagus), saya mampu jadi rajin dan produktif sekali dan sebaliknya kalau mood dari pagi udah hancur, banyak hal di to-do-list yang terabaikan.Â
Apa aja sih emosi negatif yang bisa memancing penyakit suka nunda ini? boredom, anxiety, insecurity, frustration, resentment, self-doubt, antara lain. Jadi, jangan lantas mencap diri pemalas kalo kita suka nunda, coba deh cek kesehatan emosi (emotional well being) kita.Â
Lalu, hubungan menunda dengan emosi negatif gimana yah? gini, misalnya self-doubt atau sering meragukan kemampuan diri sendiri.Â
Pas dikasih tugas oleh atasan untuk menelpon dan meng-approach klien nyebelin yang banyak maunya, kita langsung sakit perut dan malah sibuk berberes meja kantor berjam-jam dengan dalih nanti saat menelpon si klien, kita bisa lebih semangat berbicara karena meja kerja kita sudah rapi, padahal sih kita hanya mau menunda kegiatan yang bikin kita 'mulas' tersebut.
Bagaimana cara menjaga kesehatan emosi agar kita bisa mengurangi menunda? Studi tahun 2012 di Kanada yang dilakukan oleh Fuschia M. Sirois menunjukkan bahwa orang yang gemar menunda itu mengalami tingkat stress yang tinggi dan memiliki kadar self-compassion yang rendah.Â
Konsep self-compassion atau berbelas kasih pada diri sendiri mungkin masih asing bagi banyak orang. Intinya, kita harus berhenti menyalahkan diri sendiri atas kegagalan atau ketidakpuasan kita dalam menjalani hidup.
Kita harus menghargai setiap inci proses pembelajaran yang kita lakukan. Hal ini mungkin tidak mudah jika kita hidup di lingkungan pertemanan atau keluarga yang selalu mencap negatif dan meremehkan kita.Â
Jika tidak mungkin 'bangkit' sendiri, berkonsultasilah dengan pihak yang kompeten atau minta dukungan dari orang-orang yang menyayangi dan sangat memahami kita.
Jika tekanan stres psikologis yang kita rasakan sudah berkurang dan motivasi kita untuk melakukan hal yang seharusnya dilakukan sudah lebih tinggi, maka kita bisa menciptakan sesuatu yang mempersulit kita untuk melakukan hal-hal yang menyebabkan kita sering menunda.Â
Misalnya menyembunyikan aplikasi medsos di folder HP yang lebih tersembunyi, memasang time limit pada aplikasi yang bikin kita lupa waktu itu, ataupun mempermudah melakukan hal-hal yang terasa berat dilakukan, misalnya tidur dengan sudah memakai celana training agar ketika bangun esok harinya, kita bisa langsung berolahraga.Â
Yuk, mari kita coba, mumpung masih bulan kedua di tahun 2020 ini. Jika hari ini kita gagal, coba lagi esok harinya, karena every day is a new beginning :)
sumber:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI