Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Wonder Woman 1984 (Review)

31 Desember 2020   10:00 Diperbarui: 31 Desember 2020   10:09 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok by: kompaslifestyle

Assalamu'alaikum, Readers

Semoga belom telat aku membuat review film yang emang udah ditunggu-tunggu ini ya, Wonder Woman 1984.

Untuk aku sih ya, film skuel bertema heroik kayak gini ga terlalu banyak yang bisa dikulik. Karena mereka udah punya standar cerita, teknologi dan pastinya sinematography. Kalo ada bocor-bocor dikit yang mengganggu kenyamanan menonton tertutup dengan pesona sang hero, sehingga buat yang fanatik bisa diabaikan. Untuk reviewers film? Ada yang bisa mengabaikan, ada yang ga bisa ngabaikan sih ya. Masing-masing. Aku coba kulik dari........:

C E R I T A

dok by: skynews
dok by: skynews

Cerita dimulai dengan adegan seru, Diana Prince, Wonder Woman kecil dengan latar jaman gladiator yang berjuang untuk menjadi warrior. Dan menjadi peserta terkecil. Diana kecil harus merasakan kegagalan karena kelalaiannya, padahal disemua rintangan Diana lebih unggul dari peserta lainnya yang merupakan wanita dewasa.

Dari adegan ini, ga hanya Diana kecil yang mendapatkan pelajaran untuk bersikap sportif dan berani menerima kekalahan, tapi kita juga. Dan menjadi lebih baik untuk kedapannya.

Kemudian, Diana dewasa yang berada jauh dimasa Diana kecil, sayangnya kita ga dikasih bocoran untuk melihat bagaimana Diana kecil yang berada dijaman gladiator (kalo ga salah tahun-tahun sebelum masehi ya) bisa berada diera sekarang, pasnya ditahun 1984. Sesuai judul.

Sebenarnya alur cerita dengan mudah bisa ditebak. Dan siapa yang akan jadi musuh wonder woman pun terlihat dengan munculnya Kristen Wiig yang  dari wanita dewasa pinter, baik hati tapi kikuk kemudian berubah menjadi Cheeta dengan kemampuan yang bisa menyayingi Wonder Woman. Dan tokoh Maxwell Lord yang menjadi pasangan Cheeta sebagai musuh Wonder Woman.

Cerita dengan plot yang cukup cepat tapi ga kehilang tempo dan kesan yang ingin disampaikan.

CINEMATOGRAFI

dok by: Jawa pos
dok by: Jawa pos
Aku mau rangkum deh di part ini. Dari mulai setting, acting, camera, lighting dan CGI.

Aku suka banget settingnya. Kesan 1980-an nya sangat terwakili dengan cukup ditail. Dari bangunan, kondisi dijalanan dan orang-orang yang mejadi viguran. Mall-mall yang saat itu merupakan hal baru dan pastinya fashion yang digunakan pemain.

Acting, aku cuma bisa bilang semua pemain bermain sesuah dengan kapasitas dan karakternya. Ga ada yang over acting atau kurang. Bahkan untuk para figuran yang pada setting di daerah Timur Tengah pun bermain sesuai porsinya.

Camera dan Lighting. Aku suka menggabungkan keduanya, karena dua element film ini sangat berdekatan dan menentukan efek dihasil akhir film yang diproduksi. Beberapa scene benar-benar diberi efek cahaya yang keren tertangkap kamera. Kaya Scene pada ilustrasi diatas, terus pada scene  fight Wonder Woman dengan Cheeta diantara cadas dan tiang-tiang dengan kabel listrik. Yang aku kurang suka itu pencahayaan pada scenee saad Diana dan Steve Trevor berada dalam kabin pesawat dalam ketinggian jelajah. Menurut aku cahaya yang diberikan ga menimbulkan efek alami.

CGI. Jelas sih, film-film seperti ini pasti menggunakan CGI pada proses shooting dan editingnya. Seperti aku bilang tadi, scene berada dalam kabin pesawat dengan 2 awak tidak terkesan alami. Terasa banget itu buatan. Selebihnya sih enak banget untuk dinikmati.

O iya, hampir lupa. Jadi kesan 1980an ga cuma pada setting sama properti loh, tapi juga pada warna dasar film yang pake filter kuning untuk dapat kesan lampau dan atmospher yang dibangun di film ini pun terkasan jadulnya.

So, aku mau kasih ranking 8,5/10 buat film ini.

Pengen nonton lagi. Sebelum lupa, sebagai penutup. Biasanya nih, film-film kayak gini kalo kita nonton lebih dari seklai, dinonton berikutnya nemu aja cacat atau bocornya. Jadi, ya...gitu deh


Wonder Woman 1984

Sutradara

Patty Jenkins

Produser

  • Charles Roven
  • Deborah Snyder
  • Zack Snyder
  • Patty Jenkins
  • Stephen Jones
  • Gal Gadot

Skenario

  • Patty Jenkins
  • Geoff Johns
  • David Callaham

Cerita

  • Patty Jenkins
  • Geoff Johns

Berdasarkan

Wonder Woman  oleh  

  • William Moulton Marston
  • H. G. Peter

Pemeran

  • Gal Gadot
  • Chris Pine
  • Kristen Wiig
  • Pedro Pascal
  • Connie Nielsen
  • Robin Wright

Musik

Hans Zimmer

Sinematografi

Matthew Jensen

Penyunting

Richard Pearson

Perusahaan
produksi 

  • DC Films
  • Atlas Entertainment
  • The Stone Quarry
  • Mad Ghost Productions[1]

Distributor

Warner Bros. Pictures

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun