Mohon tunggu...
Amanda Nasution
Amanda Nasution Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer bloger
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

https://www.linkedin.com/mwlite/me

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ceritaku Sore Itu tentang Sebuah Senyum

13 Mei 2020   08:27 Diperbarui: 13 Mei 2020   08:35 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu, pasnya sih hari Minggu, aku dan 5 'anak-anak online-ku' sepakat untuk melanggar larangan berkumpul. Ga sekedar berkumpul untuk buka puasa sih, tapi lebih karena ada hal yang ingin kami bagikan dari komunitas kami, ke sebagian kecil orang-orang yang kami anggap layak dikasih. 

Rencana ini tidak serta merta hari itu juga. Melakukan penggalangan dana secara online adalah langkah kami untuk bisa berbagi ke lebih banyak orang-orang.

Langit Jakarta tak bersahabat saat kami mulai beranjak dari restoran Bensunda yang berada di daerah Gandaria itu. Awan hitam menutupi langit yang harusnya biru itu, biru karena polusi yang jauh berkurang karena work from home, ini sisi baik dari kedatangan mrs. Corona. 

Langit mendung tidak menyurutkan niat yang udah disiapkan selama dua minggu ini. Selain kami juga kangen ngobrol dan makan bareng, berbagi menjadi agenda utama kami.

doc by bxb_protect
doc by bxb_protect

Ga banyak yang kami bagikan, baik dari sisi item mau pun dari sisi jumlah. Karena memang kan semampu kami. Nasi kotak, mie instan dan beras, teriring doa, semoga semua ini cepat berlalu dan semua kembali hidup normal. Atau bahkan kalau bisa sih menjadi lebih baik. 

Begitu bahagianya ketika kami bertemu dengan seorang lelaki, tidak terlalu tua sebenarnya, dengan gerobak barang bekas yang dia tarik, menerima tas kresek yang kami berikan dari atas mobil.

Mobil kembali melaju berlahan, membelah jalanan dibilangan Jakarta Selatan. Setiap kami bertemu dengan mereka yang duduk dipinggir jalan dengan gerobak atau apa pun itu, lalu kami serahkan tas kresek yang berisi nasi kotak dan teman-temannya selalu ada iringan doa dari mereka yang kami aamiin kan setulus hati. 

Beberapa orang aku mendengar nada bahagia dan sangat tulus doa terucap dari bibir mereka. Aku tidak melihat langsung, karena mobil terus bergerak, tapi aku yakin senyum dibibir mereka merekah. 

Seperti aku dan anak-anakku di dalam mobil yang juga menyimpan senyum. Bahagia saat mereka juga merasakan bahagia dan bisa sedikit membantu kondisi mereka. 

Cuma sedikit, tapi insya Allah menjadi berkah buat semua. Aamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun