Mohon tunggu...
Amanda Fadila
Amanda Fadila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia

Saya seorang penyuka bunga dan hujan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Sasatra Populer dan Sastra Serius

4 Juli 2024   16:33 Diperbarui: 4 Juli 2024   16:40 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sastra memiliki kemampuan unik untuk merangkum pengalaman manusia dalam kata-kata yang indah dan penuh makna. Dalam dunia sastra, terdapat dua kategori besar yang sering kali menjadi fokus diskusi: sastra populer dan sastra serius. Keduanya memiliki karakteristik dan daya tarik tersendiri yang mampu menyentuh pembaca dengan cara yang berbeda. Mari kita bandingkan dua puisi sebagai perwakilan dari kedua kategori ini: "Kenangan yang Tak Selesai" karya Boy Candra dari buku "Catatan Pendek untuk Cinta yang Panjang" dan "Hujan Bulan Juni" karya Sapardi Djoko Damono.

Sastra Populer: "Kenangan yang Tak Selesai"

Boy Candra adalah seorang penulis sastra populer yang karyanya sangat dikenal di kalangan generasi muda. Puisi "Kenangan yang Tak Selesai" adalah contoh sempurna dari karya sastra populer yang menggugah hati. Dalam puisi ini, Boy Candra mengangkat tema tentang kenangan dan rasa sakit yang masih membayangi kita, meskipun waktu telah berlalu.

Dalam bait-bait puisinya, Boy Candra mengekspresikan perasaan yang universal dan mudah dimengerti. Bahasa yang digunakan sederhana, dengan pilihan kata yang langsung dan eksplisit. Hal ini memungkinkan pembaca untuk langsung merasakan keterhubungan dengan puisi tersebut tanpa perlu interpretasi yang kompleks. Gaya naratif yang emosional membuat puisi ini terasa seperti percakapan intim yang menyentuh perasaan. Boy Candra menggambarkan perasaan hati dengan cara yang lugas, tanpa permainan simbolisme yang rumit. Pesan yang disampaikan adalah refleksi umum dari pengalaman manusia tentang cinta dan kehilangan, yang menjadikan puisi ini sangat relatable bagi banyak orang.

Kenang Yang Tak Selesai

Tak ada yang benar-benar bisa lupa,

hanya kenangan yang tersembunyi.

Kita hanya belajar menyisihkan rasa sakit,

membiarkan luka-luka itu sembuh sendiri.

Waktu mungkin memisahkan kita,

tapi kenangan tetap ada,

di sudut-sudut hati yang terdalam.

Sastra Serius: "Hujan Bulan Juni"

Di sisi lain, Sapardi Djoko Damono adalah ikon sastra serius yang dikenal dengan kedalaman dan kompleksitas puisinya. "Hujan Bulan Juni" adalah salah satu karya paling terkenal dari Sapardi yang menggambarkan kesabaran dan kebijaksanaan melalui metafora hujan. Puisi ini, meskipun pendek, penuh dengan simbolisme yang memerlukan interpretasi lebih mendalam.

Bahasa yang digunakan oleh Sapardi lebih berlapis, dengan banyak metafora dan simbolisme yang kaya. Misalnya, hujan bulan Juni dalam puisi ini mewakili kerahasiaan dan ketabahan. Gaya penulisan Sapardi cenderung kontemplatif dan reflektif, mengajak pembaca untuk merenungkan makna di balik setiap kata dan frasa. Tidak seperti puisi populer yang lebih langsung, puisi ini menuntut pembaca untuk memikirkan dan menggali lebih dalam untuk menemukan makna yang tersembunyi. Sapardi sering menggunakan fenomena alam sebagai metafora untuk perasaan manusia, menciptakan keindahan visual dan emosional yang kaya.

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan juni

dihapuskannya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Salah satu perbedaan utama antara sastra populer dan sastra serius adalah aksesibilitas. Puisi-puisi Boy Candra seperti "Kenangan yang Tak Selesai" mudah diakses dan dipahami oleh banyak orang. Dengan penggunaan bahasa sehari-hari dan tema yang umum, puisi ini dengan cepat membangun ikatan emosional dengan pembaca, terutama mereka yang tengah merasakan atau pernah merasakan patah hati. Sastra populer cenderung lebih langsung dalam penyampaiannya, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat segera diterima oleh pembaca.

Sebaliknya, puisi-puisi Sapardi Djoko Damono seperti "Hujan Bulan Juni" menuntut pembaca untuk merenung lebih dalam. Karya-karyanya dipenuhi dengan simbolisme yang memerlukan interpretasi dan pemahaman yang lebih mendalam. Puisi ini mungkin memerlukan pembacaan berulang untuk sepenuhnya menangkap pesan yang ingin disampaikan, memberikan pengalaman membaca yang lebih reflektif dan kontemplatif. Sastra serius cenderung lebih kompleks dengan penggunaan simbolisme yang kaya dan berlapis, menawarkan kedalaman makna yang dapat ditafsirkan beragam oleh pembaca.

Pendekatan emosional juga berbeda antara kedua jenis sastra ini. Sastra populer seperti karya Boy Candra menyentuh perasaan dengan cara yang langsung dan eksplisit, menggugah emosi pembaca secara instan. Ini adalah jenis puisi yang bisa membuat pembaca merasa terhubung dengan perasaan yang digambarkan sejak pertama kali membacanya.

Di sisi lain, sastra serius seperti karya Sapardi menggugah perasaan dengan cara yang lebih halus dan reflektif. Puisi-puisinya memberikan ruang bagi pembaca untuk menemukan makna emosional melalui simbolisme dan refleksi pribadi. Ini adalah jenis puisi yang mungkin membutuhkan waktu dan perenungan untuk sepenuhnya meresapi maknanya, tetapi menawarkan kepuasan mendalam ketika makna tersebut terungkap.

Baik sastra populer maupun sastra serius memiliki tempat penting dalam dunia sastra. Karya seperti "Kenangan yang Tak Selesai" dari Boy Candra memberikan kenyamanan dan refleksi langsung bagi pembacanya, dengan bahasa yang mudah dimengerti dan tema yang relatable. Sementara itu, "Hujan Bulan Juni" dari Sapardi Djoko Damono menawarkan kedalaman dan keindahan yang memerlukan refleksi lebih mendalam, memperkaya pengalaman membaca dengan simbolisme dan makna yang kompleks.

Kedua jenis sastra ini menunjukkan bahwa puisi dapat menjadi cermin yang menggambarkan berbagai spektrum pengalaman manusia, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Pada akhirnya, baik sastra populer maupun sastra serius, keduanya memberikan kontribusi yang berharga dalam menggali dan mengekspresikan perasaan serta pikiran manusia melalui kata-kata yang indah dan penuh makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun