Mohon tunggu...
AMANDA CITRABELLA
AMANDA CITRABELLA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Prespektif Lulusan Sarjana yang Menganggur terhadap Minat Kuliah dan Kualitas Sumber Daya Manusia Selaku Penentu Masa Depan Bangsa Indonesia

14 November 2024   19:53 Diperbarui: 14 November 2024   20:03 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


PENDAHULUAN

                  Prespektif merupakan cara pandang terhadap suatu objek atau tindakan menafsirkan informasi untuk menggambarkan dan memahami lingkungan. Prespektif seringkali menjadi penentu seseorang dalam mengambil tindakan, pasalnya masih banyak dari mereka yang lebih mendengarkan apa kata orang dibanding mengikuti kata hatinya. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juli 2024, terjadi peningkatan signifikan dalam angka pengangguran di antara lulusan sarjana, dengan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 5,18%, naik dari 4,8% pada tahun 2023. Namun jika melihat data secara keseluruhan, kelompok lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi penyumbang terbesar terhadap angka pengangguran, dengan tingkat pengangguran mencapai 9,31% pada tahun 2023. Lulusan sekolah menengah atas (SMA) mencapai 8,15%, sementara diploma/sarjana hanya mencapai angka sebesar 4,78%. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Hal ini dikarenakan semakin tinggi kualitas seseorang maka peluang bekerja semakin luas. Namun, dengan adanya prespektif lulusan sarjana yang pengangguran, masyarakat Indonesia menganggap bahwa pendidikan tidak penting karena tidak menjamin seseorang dalam mendapatkan pekerjaan. Jika hal ini ada terus menerus, maka akan berdampak pada poduktivitas, politik, sosial, dan ekonomi negara. 

ISI

                Masalah pengangguran merupakan polemik bagi suatu negara. Salah satu faktor yang terkait dengan pengangguran adalah alumni tingkat pendidikan tertentu seperti dari sekolah menengah maupun perguruan tinggi yang tidak terserap dalam pasar tenaga kerja. Lulusan sekolah menengah atas dihadapkan pada persaingan yang tidak berimbang dengan lulusan sekolah menengah kejuruan dari segi keterampilan. Ketersediaan lapangan kerja untuk menyerap lulusan SMA masih sangat sedikit dibanding dengan lulusan SMK. Di sisi lain, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak dapat memberikan jaminan kesuksesan dalam meraih pekerjaan sesuai dengan harapan. 

Kuliah Hanyalah Pengangguran dengan Gaya

               Ungkapan tersebut sering muncul dari orang-orang yang tidak menempuh bangku kuliah dan merasa dirinya lebih baik dari pada yang berkuliah. Mereka merasa lebih baik dari segi ekonomi karena telah memiliki pekerjaan dan berpenghasilan, sehingga membuat mereka memandang para sarjana yang belum mendapatkan pekerjaan lebih buruk karena menyia-nyiakan waktu. Terlebih lagi biaya UKT yang dapat mencapai puluhan hingga ratusan juta tidak jarang membuat segelintir orang menganggap bahwa kuliah hanya menghabiskan uang tanpa ada jaminan pekerjaan. Kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan karena terdapat faktor lain seperti ketimpangan antara lapangan pekerjaan dan angkatan kerja. Isu bahwa beberapa orang berhasil tanpa gelar sarjana memang benar adanya. Namun, menyimpulkan bahwa kuliah sama dengan pengangguran bisa memberikan pandangan yang sempit tentang nilai pendidikan tinggi. Kuliah merupakan bentuk investasi diri untuk berkontribusi terhadap masyarakat. 

              Meskipun pasar tenaga kerja semakin kompetitif, peluang mendapatkan pekerjaan masih terbuka lebar selama sarjana tersebut mampu menggabungkan gelar yang diperoleh dengan pengalaman relevan. Pada dasarnya arti pengangguran adalah tidak bekerja dan berpenghasilan. Tidak sedikit mahasiswa yang hanya berkuliah tanpa bekerja, jadi bisa dibilang mahasiswa juga pengangguran. Namun arti lain dari pengangguran yang tidak melakukan apaapa sangat tidak relevan bagi mahasiswa. Tidak adil jika mahasiswa disamakan dengan pengangguran yang orang pikir hanya rebahan dan hidup tanpa tujuan. Lagi pula lulusan sarjana memang tidak menjamin atas pekerjaan tapi memperbesar peluang mendapatkan posisi yang menjanjikan di industri, karena seorang sarjana memiliki pengetahuan dan keahlian lebih banyak daripada lulusan lain. 

Apakah Hidup Hanya Sebatas Persoalan Uang? 

             Mayoritas mahasiswa setelah lulus kuliah adalah mencari pekerjaan, memang itu salah satu tujuan pendidikan, yakni meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Namun hal itu akan menjadi salah ketika tujuan kuliah 'hanya' untuk bekerja. Hakikat berkuliah tidak hanya untuk mencari pekerjaan, tetapi jauh dari pada itu. Kesalahan paling fatal dan sudah menjalar dalam pola pikir masyarakat kita adalah menganggap bahwa berkuliah untuk mencari kerja. Untuk itu kita harus luruskan paradigma kita bahwa kuliah bukan untuk mencari pekerjaan saja, melainkan kita sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan hidup, menjadi pelaku dalam kegiatan hidup, dan mengubah kemampuan diri agar sesuai dengan kebutuuhan hidup melalui peningkatan kualitas diri agar dapat bersaing mengikuti perkembangan zaman. Ingat, kita kuliah dan menjadi mahasiswa memiliki tanggung jawab yang besar, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk lingkungan dan sesama agar terjadi perubahan ke arah yang lebihi baik. Maka singkirkan jauhjauh pemahaman bahwa kuliah itu hanya untuk mencari kerja. 

Indonesia Susah Maju Karena Keinginan dari Masyarakatnya Sendiri

              Banyak orang berpendapat bahwa kuliah itu tidak penting. Hal ini didasarkan pada banyaknya fakta yang menunjukkan bahwa wisuda tidak menjamin orang untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang layak maupun penghidupan yang layak. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa banyak lulusan sarjana yang gamang dengan hidup mereka sendiri. Banyak dari mereka yang kurang beruntung dalam mendapatkan pekerjaan dan bahkan banyak yang tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah selesai kuliah. Fakta ini akhirnya menggiring orang sampai pada kesimpulan kuliah itu tidak penting. Toh, kuliah tidak menjadi jaminan orang akan sukses di masa depan. Jika sumber daya manusianya lemah dan minim pengetahuan, negara kita akan semakin jauh untuk mengejar ketertinggalan kemajuan zaman, sehingga kekayaan alam Indonesia akan tergerus habis dihisap oleh negara-negara asing. Kita dapat melihat bagaimana negara dapat tumbuh menjadi negara hebat yang sejahtera dengan menguasai ekonomi, pertahanan, dan teknologi berkat pendidikan. Indonesia harus berbenah lebih keras lagi membuat gebrakan tegas dengan fokus pembangunan pada aspek pendidikan yang berkarakter dan maju. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun