Mohon tunggu...
amandaaprielhendry
amandaaprielhendry Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Psikologi,Universitas Brawijaya

Biopsikologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Mengapa Waktu Terasa Menghilang di Era Serba Media Sosial

5 Desember 2024   13:25 Diperbarui: 5 Desember 2024   13:33 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto seseorang yang menghabiskan waktu dengan bermedia sosial (sumber : Freepik))

Persepsi Waktu dalam Media Sosial: Mengapa Kita Terjebak di Dunia Digital?

Ada yang ngerasa ga sih kalau kita lagi asik main HP, kita sampai ga sadar dengan waktu? Dan kita ngerasa waktu cepat banget berlalu nya. Sebagai anak psikologi aku bakal memberikan penjelasannya yang jelas nih. Okey, mari kita simak penjelasannya!

Di era sekarang media sosial merupakan elemen penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Seperti, Instagram dan Tiktok yang menjadi asupan kita setiap hari. Dari pagi hingga malam, banyak individu yang menghabiskan waktu untuk memeriksa notifikasi, menjelajahi feed, atau menonton video pendek. Namun, aktivitas ini sering kali membuat pengguna kehilangan kesadaran terhadap waktu. Fenomena ini disebut dengan distorsi persepsi waktu, yaitu ketidaksesuaian antara waktu subjektif (yang dirasakan individu) dan waktu objektif (yang sebenarnya terjadi). Dalam dunia media sosial, fenomena ini memiliki dampak yang luas terhadap kesehatan mental, produktivitas, dan perilaku sosial. Contohnya aku sendiri yang merasakannya hingga akhirnya berdampak dengan aktivitas aku sebagai mahasuswa. 

Mekanisme Biopsikologis di Balik Persepsi Waktu

Persepsi waktu merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai area otak, seperti korteks prefrontal, ganglia basal, dan sistem dopaminergik. Area-area ini berfungsi sebagai "jam internal" yang membantu manusia mengestimasi durasi waktu. Ketika seseorang menggunakan media sosial, mekanisme ini dapat terganggu karena keterlibatan sistem penghargaan otak.

Sistem penghargaan di otak, terutama yang dikendalikan oleh dopamin, sangat aktif selama interaksi dengan media sosial. Notifikasi, likes, dan komentar memicu pelepasan dopamin, menciptakan sensasi kesenangan dan memotivasi individu untuk terus menggunakan aplikasi tersebut. Namun, aktivitas ini juga dapat "membajak" fungsi waktu internal otak. Ketika dopamin dilepaskan secara berlebihan, otak kehilangan kemampuan untuk melacak waktu secara akurat, sehingga individu merasa waktu berjalan lebih cepat dari yang sebenarnya. Fenomena ini sering terjadi ketika seseorang terjebak dalam infinite scrolling atau menonton video pendek secara berurutan, seperti yang ditawarkan oleh TikTok atau Instagram Reels.

Media Sosial dan Fenomena Time Compression

Salah satu bentuk utama distorsi waktu dalam media sosial adalah time compression, yaitu ketika waktu subjektif terasa lebih pendek daripada waktu objektif. Misalnya, seseorang mungkin merasa hanya menggunakan media sosial selama 10 menit, padahal kenyataannya ia telah menghabiskan waktu lebih dari satu jam. Fenomena ini terjadi karena media sosial dirancang untuk menarik perhatian pengguna secara terus-menerus melalui aliran konten tanpa akhir.

Infinite scrolling, fitur yang memungkinkan pengguna menggulir konten tanpa batas, menjadi salah satu penyebab utama time compression. Saat pengguna terus menggulir tanpa jeda, otak sulit mendeteksi titik akhir aktivitas, sehingga durasi waktu terasa lebih singkat. Selain itu, video pendek berdurasi 15 hingga 60 detik juga berkontribusi pada distorsi waktu. Konten semacam ini memicu rasa penasaran yang konstan, mendorong pengguna untuk menonton video berikutnya tanpa henti.

Dampak Psikologis dan Sosial

Distorsi persepsi waktu dalam media sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan individu. Salah satu dampaknya adalah gangguan produktivitas. Ketika waktu yang dihabiskan untuk media sosial tidak disadari, individu cenderung menunda pekerjaan atau tugas penting. Hal ini sering kali menimbulkan stres dan rasa bersalah, terutama jika pekerjaan yang ditunda berdampak pada kehidupan profesional atau akademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun