Selain itu, distorsi waktu dapat memengaruhi pola tidur. Penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama pada malam hari, dapat membuat individu terjaga lebih lama dari yang direncanakan. Akibatnya, mereka mengalami gangguan tidur yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental, seperti kelelahan, penurunan konsentrasi, dan risiko gangguan mood seperti kecemasan atau depresi.
Dari perspektif sosial, penggunaan media sosial yang berlebihan juga dapat mengurangi waktu untuk berinteraksi secara langsung dengan keluarga atau teman. Meskipun media sosial memungkinkan komunikasi jarak jauh, interaksi ini sering kali dangkal dibandingkan dengan percakapan langsung, sehingga memengaruhi kualitas hubungan interpersonal.
Riset Kontemporer tentang Persepsi Waktu dalam Media Sosial
Beberapa penelitian terbaru telah menyoroti hubungan antara media sosial dan persepsi waktu. Sebuah studi oleh Shao et al. (2022) menemukan bahwa pengguna TikTok memiliki kecenderungan untuk meremehkan durasi waktu yang dihabiskan saat menonton video. Penelitian ini menunjukkan bahwa desain antarmuka yang menarik dan algoritma yang personalisasi berkontribusi pada time compression.
Studi lain oleh Montag et al. (2021) menyoroti peran dopamin dalam menciptakan adiksi terhadap media sosial. Mereka menemukan bahwa notifikasi dari media sosial meningkatkan aktivitas di sistem dopaminergik otak, yang tidak hanya memperkuat perilaku penggunaan media sosial tetapi juga memengaruhi persepsi waktu.
Penelitian ini menegaskan pentingnya memahami bagaimana teknologi memengaruhi fungsi otak dan perilaku manusia. Dengan semakin meningkatnya penggunaan media sosial, diperlukan lebih banyak riset untuk mengeksplorasi dampak jangka panjang dari distorsi persepsi waktu terhadap kesejahteraan individu.
Mengelola Persepsi Waktu dalam Media Sosial
Untuk mengatasi dampak negatif dari distorsi waktu, beberapa langkah dapat dilakukan. Salah satu solusi adalah dengan menggunakan fitur pengingat waktu yang tersedia di aplikasi media sosial. Fitur ini membantu pengguna menyadari durasi penggunaan mereka dan mengurangi risiko penggunaan berlebihan.
Selain itu, digital mindfulness dapat menjadi strategi efektif. Dengan melatih kesadaran penuh saat menggunakan media sosial, individu dapat lebih sadar terhadap waktu yang dihabiskan dan mencegah terjadinya distorsi. Misalnya, menetapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial atau mengambil jeda setelah setiap 30 menit penggunaan dapat membantu mengelola waktu dengan lebih baik.
Bagi pengembang aplikasi, ada tanggung jawab untuk mendesain platform yang lebih sehat bagi pengguna. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah menciptakan fitur yang mendorong pengguna untuk mengambil istirahat setelah durasi tertentu. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi pengguna, tetapi juga meningkatkan reputasi perusahaan sebagai penyedia teknologi yang bertanggung jawab.
Kesimpulan