Mohon tunggu...
Amanda Alliez
Amanda Alliez Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

"The Hidden Story of Kota Udang"

23 Mei 2018   19:11 Diperbarui: 24 Mei 2018   21:20 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata "Cirebon", mungkin sudah tak asing lagi di telinga orang Indonesia, salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota yang berada di pesisir utara Pulau Jawa ini nampaknya dipandang sebelah mata dibandingkan dengan kota dan kawasan lain di Indonesia, seperti Lombok, Papua, Raja Ampat, dan Bali yang tampaknya menguasai dunia perjalanan di bumi nusantara ini.

Tapi, apakah anda tahu pulau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya, ternyata  mempunyai tempat wisata yang tersembunyi, yang bahkan penulis(19 tahun) sendiri tidak pernah menginjakkan kaki ketempat sebegitu indahnya

Tak usah dirisaukan jika anda ingin pergi berlibur ke kota kecil memukau itu, karena kami telah menginjakkan dan mengibarkan bendera kami di kota tersebut. Tersurat hari kamis, 3 mei 2018 perjalanan Cirebon dimulai

CIREBON I'M COMING

Peradaban Umat Kristiani Di Cirebon

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)

Perjalanan pertama, Angkatan 2017-2018 ATVI disodorkan dengan keindahan taman budaya  hati tersuci, kita tahu bahwa kota Cirebon kuat dengan agama islamnya, benar adanya bukti sebuah kesultanan islam ternama di Jawa Barat pada abad ke 15 hingga 16 Masehi, namun dibalik itu semua ada bukti masuknya kultur kristiani, yang berbentuk bukti dari tempat ini.

Tempat yang sering digunakan untuk merayakan natal bersama bagi umat kristiani di Cirebon ini ternyata pengurusnya tidak sama sekali menerima upah. Terbukti dari foto bapak yang mengenakan topi cokelat andalannya dengan senyum sumringah, tengah menjelaskan bagaimana taman ini terbentuk, dia memilih mengabdi di tempat ini.

Dijelaskan juga oleh bapak yang berumur sudah separuh baya bahwa tidak semua pekerja disini beragamakan kristiani,berbeda dengan pengurus yang tak diberi upah, pegawai yang beragama lain dengan kultur disini,mereka menerima upah, namun tak sekalipun mereka membedakan dan saling menghargai satu sama lain.

Tempat yang diawani oleh pepohonan dan taman, yang selalu disiram setiap minggunya oleh pegawai disini, nampaknya memberi kesan hangat bagi siapapun yang memasuki taman ini.

Sesuai dengan namanya Taman Budaya Hati, ternyata tak hanya sebutan hati, namun dibangun dengan arsitek bebatuan yang membentuk amor, mungkin, jika anda memasuki kawasan ini, tak akan tampak amor tersebut, namun jika dilihat dari atas, akan terlihat jelas membentuk amor. Indah tak dapat dijelaskan bagaimana arsitektur ini membuatnya sedemikian rupa.

Sesuai dengan namanya yang terdengar begitu suci pun, nampaknya bukan hanya sekedar nama, terlihat dari 13 batu yang menggambarkan perjalanan Yesus Kristus hingga ia kembali, kata pak Wempi " awas jangan diinjak, itu suci batunya" terdengar dari ujung sana, yak benar ia tengah menyampaikan ke salah satu anak ATVI yang tengah menali sepatunya. Yah udah tau juga suci neng nengg, masa iya dipijak. heheheh

Berlari ke kultur islam nih gaiz!

Mungkin setelah melihat keindahan arsitek dari gereja dan Taman Budaya Hati Tersuci, tiba saatnya ketempat sakral nan suci, yak benar ke Keraton Kesepuhan. Tempat bersejarah ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Islam di Cirebon.

Terlihat jelas jika anda masuk kekeraton kesepuhan, diwajibkan untuk menjaga lisan kalian, mungkin banyak sudah perumahan disekitar Keraton Kesepuhan, namun tak diperbolehkan juga kita untuk berkata-kata kasar, selain tempat sakral, tentu saja menjaga kesopanan adalah yang nomor satu.

Bangunan putih melambangkan kesucian dari tempat ini, menariknya dari tempat ini juga ada sebuah Kereta Kencana Singa Barong yang merupakan kendaraan yang dahulu dipakai oleh para raja dan sultan Cirebon. Dibuat pada tahun 1549, kereta ini adalah hasil karya dari Panembahan Losari yang kerap digunakan untuk acara Kirab 1 Muharam dan juga pelantikan sultan-sultan.

Disayangkan, kendala waktu dan juga panasnya terik matahari yang sangat tak berrsahabat itu, membuat ATVI 2017-2018 memutuskan untuk bersantai dan mengambil beberapa foto diluar kawasan keraton kesepuhan.

Sedih, namun apadaya, mungkin dilain kesempatan.

Gerabah Cirebon? Udah punah kali

Mendengar kata gerabah di Cirebon mungkin sudah agak tak asing lagi ditelinga seniman Indonesia, khususnya yang sering melihat pameran, pameran hasil dari gerabah, ratusan bahkan jutaan rupiah dibobol habis oleh pembuat gerabah ini.

Namun tahukah jika gerabah yang berharga jutaan itu, dulunya adalah tempat untuk makanan khusus Kota Cirebon Empal Gentong??. Benar sekali, dilansir oleh beberapa blog tentang kepunahan gerabah disebabkan oleh meningkatnya penjualan plastik pada jaman itu.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)

Ibu Marina, 50 tahun,menjelaskan bahwa didesa Sitiwimangun ini dulunya hampir seluruh penduduk memperoleh penghasilan dengan membuat gerabah, bahkan dulu mempunyai julukan "sikil item" di karenakan banyaknya abu yang jatuh di kaki mereka ketika mereka membakar gerabah bersama-sama.

Namun apalah daya, boro-boro mau membakar gerabah bersama, untuk mewarisi keanak sendiri saja tak bisa, lebih tertarik bermain ponsel dan berinteraksi di dunia imaji, ketimbang melestarikan salah satu kebudayaan Indonesia ini.

Lebih parahnya lagi, bahkan ekonomi mereka kini dikuasai oleh perakit ban-ban, sungguh bayangkan betapa banyaknya kultur budaya di Indonesia yang mulai satu persatu terkikis oleh  media sosial?.

Tenang Masih Ada SI TRUSMI dan SI BONDET

Mendengar kata batik trusmi, sudaah pasti tak diragukan kualitas dan bagusnya  batik khas cirebon ini, keindahan sang pembatik dengan menggambar di atas kain, tak usah diragukan lagi, lihai sudah mereka meniup, membatik dan mewarna sang kain putih bersih.

Inilah nampaknya salah satu kebudayaan Indonesia yang masih melekat di Kota Cirebon yang terus menerus dibuat, dimulai dari remaja belia hingga nenek tua semuanya meniup lilin mereka dan siap membatik.

Selain membatik nampaknya perikanan di Kota cirebon pun masih merajalela, bondet salah satunya, tempat pelelangan ikan di Cirebon yang umurnya sudah bisa dikatan tua, namun hebat masih berfungsi dengan baik dan masih dilakukannya penjualan ikan.

Memang, ada isu tentang pelelangan ikan yang sudah tak berfungsi lagi, dan hanya tersisa satu saja TPI di kawasan Bondet, namun tak apa itu tak mempengaruhi perekonomian nelayan disini, semuanya masih ditahap biasa saja.

Semoga si Trusmi dan Bondet tak ikut punah dengan gerabah, meski sedikit perlu adanya pelestarian, dikarenakan mereka kultur budaya kita

Kejawanan juga indah kok!

Selalu tersirat di kepala jika kita mendengar pantai, maka kita akan melihat pasir putih yang idah dan gelombang yang cantik setiap matahari menyinari sang gelombang. Namun hal ini tak terjadi dengan Kejawanan sendiri.

Ketika kita masuk kedalam kawasannya, disuguhi oleh dok kapal lama yang dicat rapih dengan warna warna yang cerah, tak lupa bohlam yang menghiasi dok kapal tersebut, akan membuatnya semakin cantik jika dihidupkan dimalam hari, suasananya mungkin akan terlihat romantis.

Beda dengan dimalam hari nuansa romantis, di dini hari disuguhi dengan pemandangan sunrise dipagi hari, bebatuan dan air laut yang membuat nuansanya semaki menjadi jadi, matahari yang hendak naik dan tertutup awan, itulah gambaran masa itu. Indah bukan?

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Tempat bersejarah bagi Indonesia? Tentu ada

Purbakala? Tentu saja hal yang menyeramkan jika didengar, tersirat di kepala manusia-manusia buas yang hendak mencari makanan dengan menggunakan bebatuan, inilah kawasan dimana tempat manusia tersebut meninggalkan sejarah mereka , bebatuan inilah salah satu tempat peninggalan sejarah mereka. Batu Cipari namanya.

Selain peninggalan batu di jaman purba, beralih ke era dimana Cirebon tak berada di purbakala lagi, kini beralih ke kawasan detik-detik proklamasi, Perjanjian linggarjati.

Ditampilkan semua tempat-tempat yang berkejadian pada masa itu, dari meja mereka berunding hingga tempat tidur Soekarno dan petinggi penjajah.

Di dua tempat itu memang mempuyai dua perbedaan yang sangat significan,  Batu Cipari yang mengunsur ke pra-sejarahannya dan sedangkan linggarjati mengunsur setelah dari prasejarah dan sudah melalui tahap perumusan negara Indonesia.

Travel membosankan? Kedai Travel Jawabannya

Mungkin banyak orang akan membenci travel guide atau tour guide jika ia sedang berjalan keluar kota atau keluar negri, namun travel satu ini bisa menjadikan salah satu solusi dalam permasalahan tersebut.

Terlihat  dari gambar dibawah, sangat terlihat akrab bukan mereka?.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Sang guide yang nampaknya bisa mencairkan susana setiap kitadilanda haus dan lelah, nampaknya sangat cocok dengan perilaku anak anak jurnalis yang mempunyai selera humor rendah.

tak usah dirisaukan lagi untuk pergi ke kota ini, ayo mari kita jelajahi dan berbagi pengalaman bersama di kota udang ini!!!

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun