Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena hijrah dan penggunaan hijab di kalangan umat Muslim, khususnya di kalangan generasi muda, telah muncul sebagai tren yang sangat mencolok. Media sosial berfungsi sebagai platform utama untuk menampilkan perubahan gaya hidup ini, di mana banyak selebriti dan influencer yang memilih untuk berhijrah dan mengenakan hijab. Namun, fenomena ini memunculkan pertanyaan yang penting: Apakah hijrah dan hijab ini benar-benar mencerminkan niat tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah, ataukah sekadar tren gaya hidup atau fashion semata?
Hijrah secara harfiah berarti "berpindah" atau "berhijrah. " Dalam konteks agama Islam, hijrah berarti meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan dosa untuk menuju kehidupan yang lebih baik sesuai dengan syariat Islam.Â
Hal ini tercantum dalam Al-Qur'an:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "(QS. Al-Baqarah: 218).Â
 Hijrah tidak hanya sekadar perubahan fisik atau status sosial, melainkan sebuah transformasi spiritual yang berdasar pada niat ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah.Â
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia raih atau karena seorang wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu kepada apa yang ia tuju. "(HR. Bukhari dan Muslim).Â
Hadits ini dengan jelas menunjukkan bahwa hijrah sejati adalah hijrah yang didasarkan pada niat tulus kepada Allah, dan bukan sekadar untuk mengejar popularitas atau pengakuan sosial.
Hijab dalam Islam menjadi kewajiban bagi setiap wanita Muslim, yang telah diperintahkan langsung oleh AllahÂ
Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:Â
"Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. ' Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "( QS. Al-Ahzab: 59).
Ayat ini menegaskan bahwa hijab bukan sekadar busana, melainkan simbol ketaatan kepada Allah dan komitmen untuk menjaga kehormatan diri.Â
Rasulullah juga bersabda:Â
"Wanita adalah aurat, maka jika ia keluar, setan akan memperindahnya (di mata lelaki). "(HR. Tirmidzi).Â
Namun, dalam realitas saat ini, hijab sering kali diinterpretasikan sebagai bagian dari tren fashion. Banyak yang mengenakannya bukan karena kesadaran penuh akan kewajiban, tetapi lebih didorong oleh alasan estetika atau keinginan mengikuti tren. Ada yang mengenakan hijab sambil tetap memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tertutup, atau bahkan memadukannya dengan pakaian ketat yang tidak sesuai dengan syariat. Trend hijrah dan hijab pasti memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita kritisi.
Kecenderungan hijrah yang datang secara cepat dan sementara dapat mengaburkan makna sejatinya, dan dapat berisiko menciptakan sebuah budaya permukaan yang hanya mengejar penampilan tanpa substansi. Hijrah sering kali dipahami secara sempit sebagai perubahan fisik belaka, tanpa diimbangi dengan upaya untuk memperbaiki akhlak dan pemahaman agama. Sebaliknya, hijrah yang hakiki harus meliputi transformasi dari dalam hati dan perilaku.Â
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. "(QS. Al-Ankabut: 69).
Fenomena hijab kini sering dikaitkan dengan bisnis dan komersialisasi, di mana nilai-nilai spiritualnya tergeser oleh kepentingan ekonomi. Hijab dipasarkan sebagai produk fashion dengan beragam model, yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip syariat. Hal ini dapat memudarkan makna hijab sebagai simbol ketaatan dalam Islam. Media sosial menjadi sarana di mana hijrah dan hijab sering kali dipamerkan. Dalam beberapa situasi, keduanya malah dijadikan alat untuk mengejar popularitas atau menambah banyak pengikut. R
Rasulullah telah memperingatkan kita tentang bahaya riya (pamer) dalam sebuah hadits:Â
"Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil. " Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah? " Beliau menjawab, "Riya. " (HR. Ahmad).
Untuk menghidupkan hijrah dan hijab sebagai bentuk ketaatan yang nyata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Setiap ibadah, termasuk hijrah dan hijab, harus berlandaskan niat yang tulus. Hal ini sejalan dengan hadits tentang pentingnya niat (HR. Bukhari dan Muslim). Â Hijrah dan hijab sepatutnya diiringi dengan usaha untuk mendalami ilmu agama.Â
Rasulullah bersabda:Â
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim. "(HR. Ibnu Majah). Â
Hijrah dan hijab jangan sampai menjadi ajang pamer atau sekadar mengikuti tren. Fokuslah pada upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan kepada pujian manusia. Fenomena hijrah dan hijab yang saat ini menjadi tren memiliki sisi positif dan negatif. Di satu sisi, hal ini bisa meningkatkan kesadaran umat Muslim akan pentingnya menjalankan syariat Islam. Namun, di sisi lain, ada risiko bahwa hijrah dan hijab hanya menjadi sekadar tren gaya hidup atau fashion, yang dapat menjauhkan maknanya dari nilai-nilai spiritual.Â
Sebagai seorang Muslim, marilah kita terus berusaha menjaga niat, memperbaiki akhlak, dan menjalankan perintah Allah dengan tulus. Hijrah dan hijab bukanlah tujuan akhir, melainkan langkah awal menuju kehidupan yang lebih baik dan penuh keberkahan. Semoga kita semua termasuk dalam golongan yang berhijrah dan berhijab dengan niat yang benar, serta diridhai oleh Allah.
Penulis: Muhammad Fathur Rahman (mahasiswa Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H