Rasulullah juga bersabda:Â
"Wanita adalah aurat, maka jika ia keluar, setan akan memperindahnya (di mata lelaki). "(HR. Tirmidzi).Â
Namun, dalam realitas saat ini, hijab sering kali diinterpretasikan sebagai bagian dari tren fashion. Banyak yang mengenakannya bukan karena kesadaran penuh akan kewajiban, tetapi lebih didorong oleh alasan estetika atau keinginan mengikuti tren. Ada yang mengenakan hijab sambil tetap memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tertutup, atau bahkan memadukannya dengan pakaian ketat yang tidak sesuai dengan syariat. Trend hijrah dan hijab pasti memberikan dampak positif, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya mendekatkan diri kepada Allah. Namun, ada beberapa hal yang perlu kita kritisi.
Kecenderungan hijrah yang datang secara cepat dan sementara dapat mengaburkan makna sejatinya, dan dapat berisiko menciptakan sebuah budaya permukaan yang hanya mengejar penampilan tanpa substansi. Hijrah sering kali dipahami secara sempit sebagai perubahan fisik belaka, tanpa diimbangi dengan upaya untuk memperbaiki akhlak dan pemahaman agama. Sebaliknya, hijrah yang hakiki harus meliputi transformasi dari dalam hati dan perilaku.Â
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
 "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. "(QS. Al-Ankabut: 69).
Fenomena hijab kini sering dikaitkan dengan bisnis dan komersialisasi, di mana nilai-nilai spiritualnya tergeser oleh kepentingan ekonomi. Hijab dipasarkan sebagai produk fashion dengan beragam model, yang kadang-kadang bertentangan dengan prinsip syariat. Hal ini dapat memudarkan makna hijab sebagai simbol ketaatan dalam Islam. Media sosial menjadi sarana di mana hijrah dan hijab sering kali dipamerkan. Dalam beberapa situasi, keduanya malah dijadikan alat untuk mengejar popularitas atau menambah banyak pengikut. R
Rasulullah telah memperingatkan kita tentang bahaya riya (pamer) dalam sebuah hadits:Â
"Sesungguhnya hal yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil. " Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik kecil, wahai Rasulullah? " Beliau menjawab, "Riya. " (HR. Ahmad).
Untuk menghidupkan hijrah dan hijab sebagai bentuk ketaatan yang nyata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: Setiap ibadah, termasuk hijrah dan hijab, harus berlandaskan niat yang tulus. Hal ini sejalan dengan hadits tentang pentingnya niat (HR. Bukhari dan Muslim). Â Hijrah dan hijab sepatutnya diiringi dengan usaha untuk mendalami ilmu agama.Â
Rasulullah bersabda:Â