Mohon tunggu...
Desi Amalo
Desi Amalo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Serba-serbi Jurnalisme Online Menuju Borderless World

31 Maret 2017   20:53 Diperbarui: 1 April 2017   06:37 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemunculan awal dari Jurnalisme Online tergagas karena adanya sebuah kemajuan teknologi dalam hal media. Jurnalisme Online termasuk dalam kategori new media karena ia muncul setelah terdapat internet. 

Mulai terbentuk di Indonesia pada saat jatuhnya pemerintahan Soeharto di tahun 1998, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang di cari banyak pembaca. Itu pulalah yang mendorong lahirnya media-media online di Indonesia. Munculnya detik.com yang digarap dengan serius untuk menjadi sebuah media online pada 9 Juli 1998, membuat lahirnya sederetan nama lain seperti kompas.com, suarapembaruan.com, mediaindonesia.com, dan masih banyak lagi. Pada awalnya di Indonesia, media online hanya digunakan untuk memindahkan isi berita yang telah ditulis pada surat kabar ke situs online. Dengan kata lain produk atau konten berita yang ada pada surat kabar tidak berbeda dengan yang terdapat pada situs online.

Kebutuhan Manusia Millennnial

Cyber journalism juga lazim dikenal dengan nama online journalism adalah proses penyampaian informasi atau pesan yang menggunakan internet sebagai medianya sehingga mempermudah jurnalis dalam melakukan tugasnya. Ia mampu berkembang pesat di Indonesia karena berbanding lurus dengan pertumbuhan masyarakat milennial Indonesia, yang mengandalkan gawai. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X, 

Peneliti sosial sering mengelompokkan generasi yang lahir diantara tahun 1980 an sampai 2000 an sebagai generasi millennial (Ali, 2015). Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun.

Salah satu ciri masyarakat millennial adalah mereka tidak lagi percaya pada komunikasi yang bersifat searah, mereka cenderung mempercayai sebuah konten yang diulas atau ditulis secara pribadi oleh seseorang di internet daripada iklan. Atau biasanya disebut dengan user generated content. Menurut berita dari HITSSS.COM dalam artikelnya mengenai karakteristik generasi millennial mereka lebih memilih ponsel ketimbang TV yang menjadikan tantangan bagi media. Karena pada masa ini masyarakat tidak hanya mengenali surat kabar, majalah, radio atau televisi sebagai media massa, namun juga situs-situs berita di dunia maya yang biasa disebut portal berita. Perkembangan media online sejalur dengan makin merambahnya internet di setiap pelosok di Indonesia, serta merebaknya handphone yang bisa dengan mudah mengakses internet.

Menuju Borderless World

Internet adalah new media yang menjadi pondasi atau dasar dari jurnalisme online. Karena ia tersaji secara online di situs, web internet (Romli, 2012). Tersaji secara online membuat serta menawarkan sebuah pegalaman baru bagi khalayak, yaitu interaksi yang dapat terjalin. Sebelumnya dengan media konvensional hal ini tidak dapat terjadi, tetapi melalui new media dengan berbagai karakteristiknya dapat mewujudkan hal-hal baru. Disebutkan dalam new media menurut Lister dkk (2009) karakteristik dari new media seperti berikut,

  • Digital. Dimaksud dengan digital adalah segala data yang terkait dalam hal proses komunikasi diubah menjadi bentuk angka. Data berupa angka ini yang kemudian oleh sistem diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan, gambar, grafik, video.
  • Interactivity. interaktif, termasuk sebagai karakteristik media baru dikarenakan media lama yang bersifat pasif. Pasif karena tidak dapat secara aktif digunakan untuk bertukar informasi atau khalayak dapat berpartisipasi secara langsung.
  • Hypertextual. Diartikan sebagai tulisan yang mampu memberikan sambungan dari sebuah situs ke situs lainnya, sehingga mempermudah dalam melakukan pencarian data.
  • Virtual. Segala sesuatu yang berada di dalam suatu media seperti bentuk lingkungan, ruang, realitas dan identitas yang dibagun dari grafis komputer dan video digital di mana pengguna dapat berinteraksi.
  • Networked. Maksudnya segala hal beserta konten-konten di dalam jaringan dapat diakses dengan alat elektronik dan menjadi mudah dijangkau. Simulated.Maksudnya adalah dunia yang tergambar di dalam new media (virtual)merupakan miniatur atau gambaran sesungguhnya dalam suatu keadaan. Meskipun merupakan buatan manusia tetapi sesungguhnya merupakan bentuk gambaran dari obyek nyata.

Penerapan Karakteristik New Media di Jurnalisme Online           

Sesungguhnya jurnalisme online lahir karena adanya new media sehingga dapat dipastikan bahwa segala kegiatan dari jurnalisme online berdasarkan dari penerapan karakteristik new media. Jurnalistik online adalah jurnalistik generasi baru seiring dengan kemunculan media online (internet) sebagai salah satu media baru (komunikasipraktis.com, 2016).  Dikatakan juga merupakan jurnalisme generasi ketiga setelah jurnalisme cetak dan elektronik. Karakteristik pertama adalah digital, jelas bahwa jurnalisme online adalah kegiatan jurnalistik yang dilakukan pada basis online atau internet yang sudah memiliki sistem digital. 

Karena biasanya kegiatan jurnalistik ini ditulis dan kemudian disebarluaskan dalam portal online.  Yang kedua adalah interaktif, dengan berita yang sudah disebarluaskan melalui internet yang dapat dilakukan secara real-time atau ketika kejadian tersebut sedang terjadi. Dengan begitu bahan pembicaraan atau berita tidak keburu basi dan khalayak dapat melakukan pertukaran informasi untuk mengoreksi berita yang sebelumnya sudah ditulis. Contohnya dapat kita lihat pada Pilkada DKI kemarin dimana digadang-gadang sebagai ‘pilgub rasa pilpres’. Ketika sedang berlangsungnya debat antar paslon (pasangan calon) terdapat beberapa portal berita yang melakukan live report melalui twitter atau yang disebut dengan live tweet dimana semua orang dapat secara langsung mengomentari dengan cara me-reply dan memilih topik yang ingin ia baca dengan bantuan fitur tagar (tanda pagar).  

Karakteristik selanjutnya adalah hipertekstual, keunggulan ini dapat kita nikmati khususnya dengan mesin pencarian online google. Dengan mengetik sebuah topik yang kita inginkan maka dapat muncul berbagai sumber. Jurnalisme online memanfaatkan hal tersebut dengan judul mereka sebagai pencarian, meskipun terdapat oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan hal ini untuk menarik banyak klik biasanya disebut dengan click bait. Selanjutnya adalah virtual, atau dalam jurnalisme online yaitu roomchat, kolom komentar yang memberikan ruang atau wadah bagi pengguna untuk saling berinteraksi. Networked karena segala konten dibagikan ke dalam jaringan internet sehingga melalui segala bentuk alat komunikasi elektronik berita dapat diakses secara mudah. Dan karakteristik yang terakhir adalah simulated dimana dalam jurnalisme online ditunjukan ketika seorang jurnalis menuliskan berita yang disertai dengan gambar dan video rekaman dari sebuah kejadian. Secara real hal itu memang terjadi, tetapi kita hanya melihat bentuk grafis yang sudah disimulasikan oleh sistem digital yang kemudian hasil akhirnya berupa gambar dan rekaman video.

Dengan karakteristik-karaktersitik tersebut akhirnya membawa pengalaman baru untuk menikmati jurnalisme online, dibandingkan dengan jurnalisme lama. Terdapat juga beberapa hal yang membedakan antara jurnalisme online dan jurnalisme konvensional, yang semakin mendukung menuju dunia yang borderless.Pembeda tersebut tertuang dalam beberapa karakteristik.

Menurut Mike Ward dalam Journalism Online (2002) menyebutkan enam karakteristik dari jurnalisme online sekaligus yang membedakannya dengan media konvensional, yaitu:

  • Immediacy: kecepatan penyampaian informasi.
  • Multiple Pagination: Berupa ratusan page (halaman), yang terait satu sama lain, juga bisa dibuka tersendiri (new tab/window).
  • Multimedia: Menyajikan gabungan dari teks, gambar, audio, video dan grafis sekaligus.
  • Flexibility delivery platform: dapat ditulis kapan saja dan di mana saja.
  • Archieving: terarsipkan, dapat tersimpan lama dan dapat diakses kapan saja.
  • Relationship with reader: dapat melakukan kontak langsung dengan pembaca melalui kolom komentar.

Dengan karakteristik seperti Immediacy, dan multimedia adalah sesuatu yang tidak dapat dirasakan sebelumnya melalui jurnalisme konvensional. Borderless world disini akan bisa tercapai ketika orang dapat menikmati suatu kejadian secara real time meskipun ia tidak berada di tempat kejadian. Sebuah peristiwa yang terjadi di luar Indonesia pun melalui jurnalisme online dalam hitungan menit bahkan detik dapat tersebar secara luas ke seluruh dunia.

Citizen Journalism sebagai Produk Jurnalisme Online

Kecepatan sebuah berita diterima oleh khalayak tidak terlepas dari peranan para amatir yang senang disebut dengan jurnalisme warga atau nama kerennya adalah citizen journalism. Jurnalisme warga didasari oleh gagasan bahwa masyarakat yang tidak mengalami pelatihan maupun pendidikan jurnalisme profesional dapat memanfaatkan peralatan teknologi modern dan internet global untuk berkreasi, melengkapi maupun memeriksa fakta-fakta yang diberitakan dalam media (Gani, 2016). 

Dengan adanya kemajuan dari teknologi serta gawai yang canggih orang mulai demam jurnalisme warga. Dimana mereka berlomba-lomba untuk mencari sebuah berita yang bombastis dan memuatnya pada media sosial, tetapi terkadang berita yang diangkat tanpa melalui gate keeper sehingga belum dilakukan verifikasi lebih lanjut lagi.

Tetapi hal ini menjadikan jurnalisme warga memiliki dua sisi. Sisi baik atau keuntungannya adalah beragamnya bentuk pilihan dari tema berita, sudut pandang penulisan berita, sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif untuk sebuah informasi yang ingin didapatkannya. Masyarakat yang awalnya terpaku pada isu-isu yang terkadang tidak memiliki nilai proxymity dengan mereka harus rela menelan bulat-bulat info tersebut karena tidak memiliki pilihan. Tetapi beda hal dengan yang terjadi saat ini, melalui blog dan adanya jurnalisme warga seseorang dapat memilih informasi apa yang cocok untuk diakses oleh dirinya. 

Sedangkan sisi yang menjadi kelemahannya adalah nilai kebenaran dari jurnalisme warga yang terbit tanpa melalui gate keeper masih harus dipertanyakan. Kredibilitas sang penulis juga masih perlu dipertanyakan, karena melalui blog atau website sang pemilik bebas untuk menuangkan segala pemikirannya yang mungkin diakuinya sebagai sebuah produk jurnalistik yaitu berita. Melihat serta meninjau kembali apakah para citizen journal ini sudah mematuhi etika jurnalistik yang ada, ataukah belum.

Oleh karena itu terlepas dari keuntungan yang diberikan oleh Jurnalisme Warga sebagai produk jurnalisme online, perlu juga diingat bahwa masih terdapat banyak tantangan untuk mewujudkan Jurnalisme Warga yang sehat. Tren ini seharusnya menjadi sebuah kemajuan, tetapi juga perlu diingat masih perlu banyak tinjauan dan pertimbangan agar semakin menyempurnakan Jurnalisme Warga yang sesuai dengan etika. Dengan semakin membaiknya sistem dan tata kerja dalam jurnalisme Online maka akan membawa dampak yang baik menuju borderless word dimana warga melaporkan untuk warga. Dimana efesiensi dan juga nilai fungsional media semakin meningkat seiring perkembangan jaman dan teknologi. Orang tidak lagi merasa terkotak-kotak dalam dunia maya, tidak lagi terdapat kepentingan kelompok mayoritas saja yang diberitakan tetapi juga yang minoritas pun melalui medianya dapat terangkat.

Daftar Pustaka

Ali, hasanuddin. (2015). Generasi Millennial Indonesia: Tantangan dan Peluang Pemuda Indonesia. Diakses dari sini.

Asep syamsul m romli. (2012). jurnalistik online: panduan praktis mengelola media online. Bandung: penerbit nuansa cendikia.

Komunikasipraktis.com. (2016). Pengertian jurnalistik online. Diakses dari sini.

Lister, Martin, Jon Dovey. Seth Gidding and friends. (2009). New media: a critical introduction. Second edition.London: Routledge.

Mike Ward. Journalism Online. Oxford: Focal Press. 2002.

Hitsss.com (2017). Kenali lebih jauh karakteristik generasi millennial lewat 7 poin ini. Diakses dari sini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun