Karena biasanya kegiatan jurnalistik ini ditulis dan kemudian disebarluaskan dalam portal online.  Yang kedua adalah interaktif, dengan berita yang sudah disebarluaskan melalui internet yang dapat dilakukan secara real-time atau ketika kejadian tersebut sedang terjadi. Dengan begitu bahan pembicaraan atau berita tidak keburu basi dan khalayak dapat melakukan pertukaran informasi untuk mengoreksi berita yang sebelumnya sudah ditulis. Contohnya dapat kita lihat pada Pilkada DKI kemarin dimana digadang-gadang sebagai ‘pilgub rasa pilpres’. Ketika sedang berlangsungnya debat antar paslon (pasangan calon) terdapat beberapa portal berita yang melakukan live report melalui twitter atau yang disebut dengan live tweet dimana semua orang dapat secara langsung mengomentari dengan cara me-reply dan memilih topik yang ingin ia baca dengan bantuan fitur tagar (tanda pagar). Â
Karakteristik selanjutnya adalah hipertekstual, keunggulan ini dapat kita nikmati khususnya dengan mesin pencarian online google. Dengan mengetik sebuah topik yang kita inginkan maka dapat muncul berbagai sumber. Jurnalisme online memanfaatkan hal tersebut dengan judul mereka sebagai pencarian, meskipun terdapat oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan hal ini untuk menarik banyak klik biasanya disebut dengan click bait. Selanjutnya adalah virtual, atau dalam jurnalisme online yaitu roomchat, kolom komentar yang memberikan ruang atau wadah bagi pengguna untuk saling berinteraksi. Networked karena segala konten dibagikan ke dalam jaringan internet sehingga melalui segala bentuk alat komunikasi elektronik berita dapat diakses secara mudah. Dan karakteristik yang terakhir adalah simulated dimana dalam jurnalisme online ditunjukan ketika seorang jurnalis menuliskan berita yang disertai dengan gambar dan video rekaman dari sebuah kejadian. Secara real hal itu memang terjadi, tetapi kita hanya melihat bentuk grafis yang sudah disimulasikan oleh sistem digital yang kemudian hasil akhirnya berupa gambar dan rekaman video.
Dengan karakteristik-karaktersitik tersebut akhirnya membawa pengalaman baru untuk menikmati jurnalisme online, dibandingkan dengan jurnalisme lama. Terdapat juga beberapa hal yang membedakan antara jurnalisme online dan jurnalisme konvensional, yang semakin mendukung menuju dunia yang borderless.Pembeda tersebut tertuang dalam beberapa karakteristik.
Menurut Mike Ward dalam Journalism Online (2002) menyebutkan enam karakteristik dari jurnalisme online sekaligus yang membedakannya dengan media konvensional, yaitu:
- Immediacy: kecepatan penyampaian informasi.
- Multiple Pagination: Berupa ratusan page (halaman), yang terait satu sama lain, juga bisa dibuka tersendiri (new tab/window).
- Multimedia: Menyajikan gabungan dari teks, gambar, audio, video dan grafis sekaligus.
- Flexibility delivery platform: dapat ditulis kapan saja dan di mana saja.
- Archieving: terarsipkan, dapat tersimpan lama dan dapat diakses kapan saja.
- Relationship with reader: dapat melakukan kontak langsung dengan pembaca melalui kolom komentar.
Dengan karakteristik seperti Immediacy, dan multimedia adalah sesuatu yang tidak dapat dirasakan sebelumnya melalui jurnalisme konvensional. Borderless world disini akan bisa tercapai ketika orang dapat menikmati suatu kejadian secara real time meskipun ia tidak berada di tempat kejadian. Sebuah peristiwa yang terjadi di luar Indonesia pun melalui jurnalisme online dalam hitungan menit bahkan detik dapat tersebar secara luas ke seluruh dunia.
Citizen Journalism sebagai Produk Jurnalisme Online
Kecepatan sebuah berita diterima oleh khalayak tidak terlepas dari peranan para amatir yang senang disebut dengan jurnalisme warga atau nama kerennya adalah citizen journalism. Jurnalisme warga didasari oleh gagasan bahwa masyarakat yang tidak mengalami pelatihan maupun pendidikan jurnalisme profesional dapat memanfaatkan peralatan teknologi modern dan internet global untuk berkreasi, melengkapi maupun memeriksa fakta-fakta yang diberitakan dalam media (Gani, 2016).Â
Dengan adanya kemajuan dari teknologi serta gawai yang canggih orang mulai demam jurnalisme warga. Dimana mereka berlomba-lomba untuk mencari sebuah berita yang bombastis dan memuatnya pada media sosial, tetapi terkadang berita yang diangkat tanpa melalui gate keeper sehingga belum dilakukan verifikasi lebih lanjut lagi.
Tetapi hal ini menjadikan jurnalisme warga memiliki dua sisi. Sisi baik atau keuntungannya adalah beragamnya bentuk pilihan dari tema berita, sudut pandang penulisan berita, sehingga masyarakat memiliki berbagai alternatif untuk sebuah informasi yang ingin didapatkannya. Masyarakat yang awalnya terpaku pada isu-isu yang terkadang tidak memiliki nilai proxymity dengan mereka harus rela menelan bulat-bulat info tersebut karena tidak memiliki pilihan. Tetapi beda hal dengan yang terjadi saat ini, melalui blog dan adanya jurnalisme warga seseorang dapat memilih informasi apa yang cocok untuk diakses oleh dirinya.Â
Sedangkan sisi yang menjadi kelemahannya adalah nilai kebenaran dari jurnalisme warga yang terbit tanpa melalui gate keeper masih harus dipertanyakan. Kredibilitas sang penulis juga masih perlu dipertanyakan, karena melalui blog atau website sang pemilik bebas untuk menuangkan segala pemikirannya yang mungkin diakuinya sebagai sebuah produk jurnalistik yaitu berita. Melihat serta meninjau kembali apakah para citizen journal ini sudah mematuhi etika jurnalistik yang ada, ataukah belum.
Oleh karena itu terlepas dari keuntungan yang diberikan oleh Jurnalisme Warga sebagai produk jurnalisme online, perlu juga diingat bahwa masih terdapat banyak tantangan untuk mewujudkan Jurnalisme Warga yang sehat. Tren ini seharusnya menjadi sebuah kemajuan, tetapi juga perlu diingat masih perlu banyak tinjauan dan pertimbangan agar semakin menyempurnakan Jurnalisme Warga yang sesuai dengan etika. Dengan semakin membaiknya sistem dan tata kerja dalam jurnalisme Online maka akan membawa dampak yang baik menuju borderless word dimana warga melaporkan untuk warga. Dimana efesiensi dan juga nilai fungsional media semakin meningkat seiring perkembangan jaman dan teknologi. Orang tidak lagi merasa terkotak-kotak dalam dunia maya, tidak lagi terdapat kepentingan kelompok mayoritas saja yang diberitakan tetapi juga yang minoritas pun melalui medianya dapat terangkat.