Mohon tunggu...
Amaliya Rufaida
Amaliya Rufaida Mohon Tunggu... -

promise to believe

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuriulum Berdiferensiasi Bagi Anak Berbakat Akademik

16 Juni 2015   11:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:01 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

PENDAHULUAN

 

Anak berbakat secara umum ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Tidak semua anak berbakat mampu mewujudkan kemampuannya. Ketidakberhasilan ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ialah sistem pendidikan di Indonesia yang belum banyak memberikan fasilitas bagi perkmbangan anak berbakat. Agar mampu membantu warga Indonesia untuk mampu bersaing snagat diperlukan sistem pendidikan yang mampu membangun keunggulan. Selain membangun keunggulan juga diperlukan individu-individu yang memiliki potensi dan prestasi yang cemerlang, salah staunya adalah anak berbakat akademik.

Sistem pendidikan seperti proses pembelajaran serta kurikulum juga mampu mendukung keunggulan anak berbakat akademik. Anak-anak berbakat membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi agar dapat mewujudkan potensinya. Dalam pelayanan pendidikan bagi anak berbakat akademik, pada kenyataannya mengalami hambatan seperti program akselerasi yang tidak tepat sasaran, tidak semua sekolah disiapkan untuk melayani anak berbakat akademik, dan tidak semua sekolah memahami prosedur identifikasi anak berbakat akademik.

Berdasarkan uraian di atas, akan membahas mengenai sistem pendidikan bagia anak berbakat akademik.

 

PEMBAHASAN

Anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemapuan-kemampuan yang unggul. Martison dalam SC. Utami Munanadar (1982; 7) memberikan batasan anak berbakat yaitu mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional memiliki kemampuan yang sangat menonjol, sehingga memberikan prestasi yang tinggi. Anak-anal ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi agar dapat mewujudkan potensinya.

Anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, juga menunjukan penonjolan kecakapan khusus yang bidangnya berbeda-beda antara anak satu dengan anak yang lainnya. Anak-anak berbakat memiliki karakteristi belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakan secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta, mudah memahami dalil-dalil dan formula-formula, tajam kemampuan analisisnya, gemar membaca, peka terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, kritis dan memiliki rasa ingin yang sangat besar (Rensuli, dalam Dedi supriadi 1992).

Pelayanan pendidikan bagi anak berbakat akademik merupakan investasi bagi bangsa Indonesia karena mereka dapat memberikan keuntungan yang besar pada masa mendatang. Howley dan Pandavis melihat pelayan pendidikan bagi anak berbakat akademik merupakan upaya untum menyiapkan pemimpin di masa mendatang (Reni, dalam Aston 2008).

Penangan anak-anak berbakat akademik dengan program pengayaan dan percepatan banyak memiliki kelemahan yang merugikan bagi anak itu sendiri sehingga dikembangan pendekatan pengajaran alternatif yaitu berdeferensiasi. Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan siswa berbakat dilayani di dalam kelas regular. Program ini menawarkan serangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat akademik dengan tujuan menggali dan mengarahkan pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan profil belajar yang berbeda-beda.

Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, maka proses belajar mengajar harus bervariasi sesuai dengan tingkat individualitas siswa, sehingga siswa dapat belajar tanpa disertai kebosanan, kejenuhan dan frustasi. Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka pelajari.

Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kurikulum digunakan secara fleksible sesuai dengan kebutuhan guru dan karakteristik peserta didik yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya (Kaplan, 1977). Kurikulum dapat di diferensiasi melalui materi (content), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan lebih majemuk.

Kurikulum pendidikan anak berbakat intelektual adalah kurikulum reguler yang dimodifikasi dan/atau diimprovisasi sesuai dengan potensi anak berbakat dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini, dan masa yang akan datang.

Menurut Mukti dan Sayekti (2003:37), pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:

  1. Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.

Materi pelajaran hendaknya menunjang tercapainya tujuan instruksional, sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan siswa, terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan, mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual, Pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar.

  1. Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.

Kesiapan dan perkembangan belajar siswa dievaluasi untuk dijadikan dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa.

  1. Pengelompokan siswa secara fleksibel.

Siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya.

  1. Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer).

Target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Amin. (2009). Pembelajaran Berdiferensiasi: Alternatif Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Berbakat. Edukasi, 1, 1, 57-67.

Aston, Hotel. (2008). Pendidikan Bermutu Untuk Semua. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.

Ismail, Muh. Faisal. (2002). Kurikulum dan Model Pembelajaran Bagi Anak Kreatif dan Berbakat. Yogyakarta:IAIN Sunan Kalijaga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun