Dalam kaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi, maka para siswa memiliki kebebasan yang luas untuk mengeksplor kurikulum yang dibutuhkan dan sesuai dengan perkembangan fisik dan mentalnya. Mereka akan memilih dan memilah kurikulum (muatan lokal) yang sesuai dengan kondisinya. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, maka proses belajar mengajar harus bervariasi sesuai dengan tingkat individualitas siswa, sehingga siswa dapat belajar tanpa disertai kebosanan, kejenuhan dan frustasi. Proses pembelajaran berdiferensiasi harus memberikan ruang yang luas kepada anak didik untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka pelajari.
Kurikulum merupakan metode menyusun kegiatan-kegiatan belajar mengajar untuk menghasilkan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kurikulum digunakan secara fleksible sesuai dengan kebutuhan guru dan karakteristik peserta didik yang memungkinkan keragaman cara untuk mencapai sasaran belajar. Bahkan dalam kurikulum semacam ini tidak tertutup kemungkinan bahwa siswa pada saat-saat tertentu merumuskan sendiri sasaran-sasaran belajarnya (Kaplan, 1977). Kurikulum dapat di diferensiasi melalui materi (content), proses, dan produk belajar yang lebih maju dan lebih majemuk.
Kurikulum pendidikan anak berbakat intelektual adalah kurikulum reguler yang dimodifikasi dan/atau diimprovisasi sesuai dengan potensi anak berbakat dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integrasi antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir holistik, kreatif, sistemik, dan sistematis, linier, dan konvergen, untuk memenuhi tuntutan masa kini, dan masa yang akan datang.
Menurut Mukti dan Sayekti (2003:37), pengajaran berdiferensiasi memiliki 4 (empat) karakteristik umum, yaitu:
- Pengajaran berfokus pada konsep dan prinsip pokok materi pelajaran.
Materi pelajaran hendaknya menunjang tercapainya tujuan instruksional, sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan siswa, terorganisir secara sistematis dan berkesinambungan, mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual, Pengajaran harus berfokus pada konsep atau pokok materi pelajaran sehingga semua siswa dapat mengeksplorasi konsepkonsep pokok bahan ajar.
- Evaluasi kesiapan dan perkembangan belajar siswa diakomodasi ke dalam kurikulum.
Kesiapan dan perkembangan belajar siswa dievaluasi untuk dijadikan dasar keputusan penentuan materi serta strategi pembelajaran yang akan diterapkan. Tidak semua siswa memerlukan satu kegiatan atau bagian tertentu dari proses pembelajaran secara sama. Guru perlu terus menerus mengevaluasi kesiapan dan minat siswa.
- Pengelompokan siswa secara fleksibel.
Siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas kemampuannya.
- Siswa menjadi penjelajah aktif (active explorer).
Target pembelajaran bukan sekadar penguasaan materi, melainkan siswa harus belajar juga bagaimana belajar (secara mandiri) untuk hal-hal lain. Ini bisa terjadi apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa telah dibiasakan untuk berpikir mandiri, berani berpendapat, dan berani bereksperimen, sehingga siswa tidak merasa terkekang dan potensi kreativitasnya dapat tumbuh dengan sempurna. Guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Â