Di Indonesia, bahan baku utama pembuatan gula pasir adalah tebu. Kandungan sukrosanya yang tinggi dan seratnya paling rendah menjadikan tebu salah satu spesies paling penting dalam genus Saccharum.
Â
Apa yang dimaksud Tebu?
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam golongan famili Graminae, yaitu rumput-rumputan. Tebu dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis dengan kondisi tanah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah serta drainase nya optimal dan harus selalu diperhatikan karena akar tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara di dalam tanah. Tanaman tebu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom   : Plantae
Divisi       : Spermatophytas
Subdivisi   : Angiospermae
Kelas       : Monocotyledone
Ordo        : Graminales
Famili      : Graminae
Genus      : Saccharum
Species     : Saccharum officinarum L.
Morfologi Tanaman Tebu
1. Akar
Tebu termasuk ke dalam kelas monocotyledone sehingga akar tanaman tebu adalah akar serabut. Terdapat dua jenis akar tebu, yaitu akar stek dan akar tunas. Akar stek adalah akar bibit yang tidak lama hidup yang tumbuh pada cincin akar batang. Akar tunas berfungsi sebagai pengganti akar bibit.
2. Batang
Tebu memiliki batang yang beruas-ruas dari pangkal sampai pertengahan. Ruasnya panjang sedangkan pada bagian pucuk ruasnya pendek. Tinggi batang dapat berkisar antara 2 hingga 5 meter, tergantung pada jenis tebu, keadaan iklim, dan tingkat kerusakan pertumbuhan. Pada pucuk batang terdapat titik tumbuh yang sangat penting untuk pertumbuhan.
3. Daun
Daun tanaman tebu berdiri di atas buku, dengan pelepah dan helai di antaranya, dan lidah di sisi dalamnya membatasi helaian dan pelepah antaranya. Daun ini dikenal sebagai daun tidak lengkap.
4. Bunga
Bunga tebu adalah malai piramida yang panjangnya antara 70 dan 90 cm dan biasanya muncul dari bulan April hingga Mei. Bunganya terdiri dari tiga helai daun tajuk bunga. Tebu memiliki benang sari, bakal biji, dan putik dengan dua kepala terlihat. Seperti padi, buah tebu memiliki satu biji dengan panjang lembaga 1/3 panjang biji. Untuk menghasilkan jenis baru hasil persilangan yang lebih baik, biji tebu dapat ditanam di kebun percobaan.
Upaya Perbanyakan Tebu di Indonesia
Di negara berkembang yang beriklim tropis, salah satunya Indonesia, tanaman tebu menjadi tanaman penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pemerintah Indonesia menjadikan tanaman tebu sebagai salah satu dari 7 komoditas Strategi Nasional selain beras, jagung, kedelai, daging sapi, bawang merah, cabai merah, dan gula pasir.
Dalam upaya merealisasikan komoditas Strategi Nasional, pemerintah ikut serta dalam memprogramkan tanaman tebu sebagai komoditi unggulan, di mana tentu saja membutuhkan bibit tebu dalam jumlah besar dan pertumbuhan yang seragam dalam waktu singkat karena umur tanaman tebu dimulai dari penanaman sampai masa panen membutuhkan waktu sekitar 1 tahun untuk dipanen. Upaya yang dapat dilakukan untuk mendapatkan bibit tebu dengan jumlah besar dalam waktu singkat adalah melakukan metode perbanyakan bibit tebu, seperti pembiakan secara vegetatif konvensional dan vegetatif non-konvensional atau kultur jaringan.
Pembiakan Vegetatif Konvensional
Secara konvensional biasanya tebu diperbanyak dengan cara stek. Perbanyakan tebu dengan stek membutuhkan bahan tanam berupa stek batang dengan 2-3 mata tunas atau biasa disebut bibit bagal. Dalam satu hektar lahan dibutuhkan sekitar 6-8 ton bibit tebu. Tetapi, pembiakan tebu secara vegetatif konvensional membutuhkan waktu yang lama karena proses ini membutuhkan tanaman induk yang lebih banyak untuk persilangan dan ketergantungan pada musim tanam. Selain itu, perbanyakan dengan stek batang sulit untuk membentuk akar.
Pembiakan Vegetatif Non-Konvensional
Pembiakan vegetatif non-konvensional pada tebu atau metode kultur in vitro menjadi metode alternatif yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman tebu dalam menghasilkan bibit tebu dengan jumlah besar dan waktu yang singkat. Langkah-langkah dalam pembiakan vegetatif tebu secara kultur in vitro meliputi penanaman eksplan, induksi kalus, proliferasi kalus, induksi tunas adventif, induksi akar, pra-aklimatisasi, dan aklimatisasi bibit tebu. Setelah diperoleh bibit tanaman tebu yang baik dan kuat, maka sudah bisa ditanam di lahan.
Perbanyakan tanaman tebu dengan metode kultur in vitro mampu memproduksi bibit tebu secara cepat dan bebas penyakit, terutama pada varietas tebu baru yang akan dikembangkan secara massal. Bibit tebu yang diperbanyak dengan kultur in vitro memiliki anakan dan pertumbuhan produktivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan bibit tebu hasil perbanyakan dengan metode stek.Â
Sudah banyak laporan tentang hasil penelitian yang melibatkan keberhasilan regenerasi tanaman tebu secara in vitro, dan temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa produksi kalus dan keberhasilan regenerasinya tergantung dari genotipe tanaman, jenis eksplan yang digunakan, dan formulasi media yang digunakan untuk regenerasi tanaman tebu.
Efisiensi Perbanyakan Tebu
Dalam produksi bibit tanaman tebu, pembiakan vegetatif non-konvensional dengan teknik in vitro terbukti lebih efisien dibandingkan dengan metode pembiakan vegetatif secara konvensional karena menghasilkan bibit yang bebas dari patogen penyakit, dan bibit yang dihasilkan berjumlah besar dalam waktu singkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H