Isu lainnya seputar Ahok adalah ketidakseimbangan antara kecanggihannya di media baru dengan kompetensi para stafnya.Jika the No 1dan No 2di Institusi sudah punya akun twitter, tidak bisa tidak, semua key person-nya harus punya akun media sosial ini juga.Tampaknya belum ada gerakan ”mentwitter- kan” pejabat tinggi Pemprov DKI. Situasi ini terbalik dengan keadaan institusi atau korporasi lainnya.
Di acara 360 Degree Communication Summit belum lama ini saya bertanya kepada para audience corporate communication perusahaanperusahaan ternama. Pertanyaannya simpel saja, apakah the number one person di perusahaan sudah punya account twitter? Mereka hanya tertawa dan menggelengkan kepala.
Dalam komunikasi 360 derajat, konsentrasi kita adalah pada semua touchpoint yang memengaruhi brand experience. Salah satu touchpoint yang sudah digarap Ahok adalah media sosial termasuk twitter dan Youtube, tetapi belum digarap secara optimal. Masih banyak touchpoint lainnya yang harus digali insightsnya terlebih dahulu sebelum diputuskan strategi komunikasi yang tepat.
Asosiasi Positif
Kritik lainnya, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Pak Rhenald Kasali, yang mengatakan bahwa apa yang dilakukan Ahok mencerminkan semangat antikorupsi.Tetapi, yang menjadi masalah adalah kurang tepat cara penyampaiannya saja. Dari sisi personal brand Ahok,kekhawatiran saya hanya satu.Jangan sampai brand Ahok yang sudah mulai cemerlang didorong turun oleh predikat setengah preman.
Membangun personal brand agar menjadi kuat harus dengan tambahan elemen asosiasi positif. Efektivitas komunikasi di media baru adalah INTERAKSI. Komunikasi dua arah. Berbicara, mendengarkan dan berdiskusi, sharing, belajar bersama dan tumbuh bersama. Sebenarnya masyarakat Jakarta di segmen internet users ini sudah sangat siap untuk itu. Mereka butuh content dan context yang tepat agar bisa engage dengan Pemprov DKI dan leader-nya. Jangan menyia-nyiakan kesempatan emas ini, Ahok.
Content kelanjutan episode berantas korupsi di PU sudah ditunggu-tunggu. Seperti sebuah sinetron, jangan terlambat dalam menyajikan episode sambungannya.Penonton bisa hilang seleranya dan malas menonton lagi.
- Tulisan saya ini juga dimuat di Harian Sindo yang terbit hari Rabu, 28 Nopember 2012.
-=-=-=-
AMALIA E MAULANA PhD
Brand Consultant & Ethnographer ETNOMARK Consulting