Esoknya, aku berkeliling sendirian di sekitar Malioboro, belanja oleh oleh dan jalan jalan ke Taman Sari juga menyempatkan mampir ke Kraton. Tidak ada kabar darinya seharian ini. Karena mungkin memang dia sedang sibuk. Selesai berkeliling seharian, aku pun kembali ke penginapan. Berbenah barang karena sebentar lagi aku akan pulang kembali ke rumah.
Dia mengantarku hingga pintu gerbang stasiun itu. Tibalah kini waktu yang kutakutkan. Yah, perpisahan. Satu kata yang merusak makna. Satu kata yang meluluhlantahkan harap. Aku tak ingin sebentar di sampingnya. Aku tak ingin sebentar bercanda dengannya. Aku tak ingin semua berakhir begini. Ada air mata yang kutahan sedari tadi. Ada sedih yang berusaha kusembunyikan. Ada rindu yang tak mampu diucap kata. Lidah ini kelu. Bibir tertutup rapat. Â Rasa nyaman yang sempat kita cipta kini harus berakhir. Perpisahan ini sangat menyesakkan.
Aku takut mencintaimu, Kak. Karena aku takut jarak dan waktu tak berpihak pada kau dan aku. Resahku.
Malam ini tepat pukul sepuluh, stasiun kota istimewa siap menjadi saksi rasa sesal pertamaku, karena pertemuan singkat kita yang akan berakhir. Tidak ada lagi malam dingin yang menusuk tulang, tak akan ada lagi peranku sebagai pendengar yang setia.
Ingin diri ini untuk tetap singgah, tapi aku tau itu adalah suatu ketidakmungkinan yang nyata. Kini yang ada hanya kau dan aku tanpa kita. Yah, kita tercipta hanya beberapa detik dari semenjak aku menginjakkan kaki di kota dengan rasa nyaman yang istimewa ini.
Terimah kasih atas segala rindu yang telah tercipta, Kak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI