Hei, sadarkah kau semakin dingin malam aku semakin berjanji untuk tidak menaruh rasa padamu? Yah, aku takut. Takut bahwa rasa yang kita cipta dari pertemuan ini akan berakhir tragis. Semakin kuterhanyut dalam tatap tajam matamu, semakin  aku takut rasa nyaman ini berlalu begitu saja tanpa pasti.Batinku.
"Pergi, yuk. Disini makin dingin. Kita ke Tugu Jogja sekarang." Aku terhenyak. Dia membuyarkan lamunanku.
Pukul sepuluh malam kami menuju kota Jogja. Melihat keindahan Tugu di malam hari. Sudah hampir tengah malam, hiruk pikuk tengah kota masih terlihat jelas. Sepertinya Jogja memang tidak pernah tidur.
Tugu Jogja berada ditengah tengah persimpangan. Para wisatawan bebas berfoto di dekat Tugu asalkan tetap memperhatikan keselamatan diri sendiri karena kendaraan tetap bebas berlalu lalang. Kami pun duduk di bawah Tugu. Menyaksikan para wisatawan lain ber swafoto. Dia melanjutkan kisahnya, dan aku tetap berperan sebagai pendengar yang baik. Tiba tiba dia mengambil telepon genggamnya dan mengajak ku untuk berfoto. Kali pertama foto kita.
Aku menguap. Melirik jam di arloji. Ah, pantas saja sudah tengah malam. Mataku sudah seperti ingin terpejam. Dia pun mengerti kondisiku. Dan memutuskan untuk segera mengantarku kembali ke penginapan.
Udara malam di kota Jogja sangat dingin. Jaket yang kukenakan seperti hanya hiasan di tubuhku. Tanpa sadar aku memasukkan tanganku di saku jaketnya karena tak tahan dengan dingin malam itu. Selama perjalanan pulang kami hanya diam.Â
Mataku benar benar tak kuasa menahan kantuk. Tiba tiba kepalaku bersandar di punggungnya. Dari kaca spion sepedah motor dia yang sadar aku tertidur refleks meraih tanganku. Yah, itu adalah genggaman tangannya yang pertama kali sejak awal bertemu. Kubalas genggaman tangan itu karena aku masih sedikit tersadar, namun mataku berat sekali untuk terbuka. Jantungku berdebar. Genggaman tangan itu hangat dan lembut. Rasanya seperti tidak ingin dilepaskan.
"Besok kereta jam berapa?" aku terbangun. Dengan genggaman itu masih erat.
"Jam sepuluh malam."
"Sepertinya aku besok pagi tidak bisa menemanimu jalan jalan. Karena ada keperluan di kantor. Jadi aku hanya bisa mengantarmu ke stasiun saja. Tidak apa kan?"
"Iya tidak apa, Kak. Besok rencanaku hanya ke taman sari dan keliling malioboro saja, kok." Aku bergegas turun dari motor karena sudah tiba di penginapan. Genggaman itu kemudian  terlepas. Dia berlalu pergi. Malam ini adalah malam yang singkat, namun cukup untuk menciptakan rasa.