Mohon tunggu...
amalia fitri
amalia fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya mahasiswa semester satu di Universitas Padjadjaran. Saya sangat senang ketika orang meminta bantuan kepada saya dan prinsip hidup saya adalah sebaik-baik manusia adalah bermanfaat untuk oranglain.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Catatan Hati Seorang Anak Perempuan di Pesantren

29 Desember 2023   22:38 Diperbarui: 29 Desember 2023   23:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak SD kelas 6 saya selalu memikirkan untuk kemanakah nanti saya ingin melanjutkan sekolah SMP. Dan ternyata dibenak hati saya, saya ingin sekali sekolah SMP dekat rumah saya dan sekolah itu pun memang menjadi sekolah favorit kebanyakan anak yang bersekolah disana. Teman saya pun selalu bertanya kepada saya, kemanakah saya nanti melanjutkan sekolah, saya menjawab ingin di SMP negeri 1 Parigi. 

Beberapa bulan tibalah pembagian raport SD dan saat itulah saya di beritahu oleh kedua orangtua saya bahwa saya akan di masukkan ke pesantren. Saat itu juga saya sangat syok tapi sedikit senang karena bisa jauh dari rumah dan pastinya dipesantren akan mendapat teman yang banyak dari berbagai daerah. 

Memang terasa sedih ketika saya memberitahu kepada teman dekat saya bahwa saya harus masuk pesantren. Pada saat itu sebelum saya masuk pesantren kita menghabiskan waktu untuk bermain dari pagi hari sampai malam hari.

Tibalah waktu dimana saya harus berangkat ke pondok pesantren dan harus siap berpisah dengan orangtua, teman, hp, dan masih banyak lagi. Alasan mengapa orangtua saya memasukan saya ke pesantren agar anaknya bisa sholehah, penghafal Qur'an, dan tau ilmu agama lebih dalam. Apalagi saya anak pertama, biasanya selalu ada pepatah anak pertama itu suka dijadikan percobaan. 

Tapi pikiran negatif itu tidak menjadi alasan saya mengundurkan diri untuk tidak masuk pesantren. Saya masuk pesantren memang perintah orangtua, akan tetapi saya pun ingin mencoba hal baru. Saya ikhlas jika harus di pesantrenkan. Tepat pada tanggal 7 Juli 2017 saya diantarkan oleh kedua orangtua ke Pondok Pesantren Al-Kautsar Boarding school Banjar Jawabarat.

Setelah tiga hari di pesantren saya merasakan rindu kepada orangtua, teman, dan semua keluarga yang ada disana. Di pesantren pun sebelum bisa berbaur dengan satu sama lain pastinya akan ada ta'aruf. Dimana ada kegiatan selama satu Minggu sebelum KBM di mulai yaitu kegiatan ta'aruf bersama semua santri, asatidz dan asatidzah. 

Sempat terbersit dipikiran saya ingin nekat kabur dari pesantren karena saya tidak betah karena begitu banyak peraturan yang sangat ketat seperti tidak boleh memakai kerudung di atas sikut, harus mengantri saat mengambil makan, mandi, dan masih banyak lagi peraturan yang memang saya belum bisa beradaptasi di lingkungan pesantren ini. Ternyata saya mengurungkan niat untuk bisa kabur dari pesantren. 

Saya takut sekali terkena hukuman dari asatidzah karena setelah saya melihat begitu banyak Kakak kelas terkena hukuman karena kabur dari pesantren dia langsung dipakaikan kerudung pelanggaran yang mana kerudung itu sangat besar seperti memakai mukena atau busana perlengkapan sholat untuk perempuan dan tertera tulisan "saya pelanggar peraturan". Begitu tahu apa hukumannya untuk santri yang kabur dari pondok atau pergi tanpa izin, pikiran saya seketika berubah, entah apa saya bisa mengurungkan niat saya untuk kabur dari pondok.

 Tidak terasa tinggal 1 tahun lagi saya bisa keluar dari pesantren. Pada akhirnya saya pun betah di pesantren karena teman teman saya baik kepada saya, saya mencoba menerima semuanya dengan lapang dada, menjalankan semua peraturan yang ada di pondok pesantren Karena pada dasarnya peraturan pondok juga adalah peraturan Allah. 

Hal yang paling saya takuti di pondok itu adalah jurit malam dan takut kepada panitia ekstrakurikuler yang merasa senioritas. Dan pada akhirnya saya ingin pindah dari pesantren karena Saya capek hidup di pesantren, ada saja hal yang membuat saya tidak betah lagi, sampai-sampai saya berpura-pura sakit agar saya diperbolehkan untuk pulang. 

Malam harinya saya sudah sembuh setelah saya berpura-pura sakit dari pagi sampai siang hari karena tidak ingin sekolah. Sebenarnya saya sakit hanya sedikit kecapean dan pusing, padahal jika hadapi sakit itu pastinya akan hilang. Biasanya penyakit santri itu pusing dan lambung karena jika santri tidak betah santri tidak akan makan dan selalu memikirkan bagaimana dia bisa pulang ke rumah.

Sebagian orang mungkin akan bertanya mengapa saya bisa betah di pondok pesantren yang mana tidak memegang HP, jauh dari orang tua, hidup di pondok pesantren itu tidak bisa bergaul sama seperti anak luar atau sekolah negeri. 

Tunggu dulu, Pesantren saya ini Pesantren modern yang mana bukan pesantren dulu, yang santri itu memakai sarung baik perempuan ataupun laki-laki. Saya bangga bisa menjadi alumni pondok pesantren yang awalnya saya tidak betah hidup di pondok karena alasan jauh dari orang tua dan tidak bisa memegang HP. 

Tidak terasa saatnya saya memasuki bangku SMA. Setelah 3 tahun lamanya di pondok pesantren Saya ingin bisa sekolah di luar sekolah favorit di daerah saya. Tapi Tuhan berkata lain saya harus hidup di pondok lagi selama 3 tahun. Masih sekolah yang sama dan masih lingkungan yang sama karena saat saya mondok itu ada MTS dan MA. 

Tapi saya jenuh tinggal di sana karena masih lingkungan yang sama, teman saya pun banyak sekali yang melanjutkan mondok di Al Kautsar. Konon katanya jika MTS di Al Kautsar dan melanjutkan MA di Al Kautsar itu akan mendapat potongan harga atau diskon untuk alumni MTS Al Kautsar. Orang tua saya pun akhirnya memasukkan saya ke pondok Pesantren lagi. Mungkin untuk saat ini saya bisa menerima dan dengan senang hati untuk bisa mondok lagi. 

Awal semester 1 kelas 10 pada tahun 2020 masih adanya covid 19, yang mana sekolah di luar itu kegiatan belajar mengajar secara daring. Namun, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren masih tetap berjalan dan harus menggunakan masker ke mana-mana. Satu semester itu kami tidak diperbolehkan bertemu dengan orang tua yang ingin menjenguk anaknya tapi jika ingin bertemu pun harus menjaga jarak. Orang tua tidak boleh masuk wilayah asrama putri maupun putra. 

Setelah melewati covid 19, kegiatan belajar mengajar di pondok pun sudah bisa berjalan dengan baik dan lancar juga bisa bertatap muka kembali. Hari demi hari Saya melaksanakan kegiatan yang ada di pondok ini ternyata seperti biasa saja karena sebelumnya saya pernah mondok di sini juga. 

Kelas 10 semester 1 mungkin masih baik-baik saja tapi setelah saya melewati kelas 10, sedikit demi sedikit masalah yang ada di pondok ini saya jadikan beban. Saat MTS jika saya tidak betah mungkin saya sudah menelpon kepada orangtua ingin pulang ke rumah sambil menangis. Untuk saat ini saya sudah dewasa, sudah harus bisa menahan semua rasa sakit, menahan demi membanggakan kedua orangtua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun