Mohon tunggu...
Amalia Fauzyyah Rahmah
Amalia Fauzyyah Rahmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Second Year Undergraduate Student in Communication Sciences Department

Senang dengan gaya hidup minimalis walau masih menjalani gaya hidup maksimalis. Lagu favorit saya adalah Stargazing - The Neighbourhood, love. - wave to earth, Try Hard - 5 Seconds of Summer, dan Bags - Clairo.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman Observasi Kain Tenun di Museum Sri Baduga

15 November 2023   06:40 Diperbarui: 15 November 2023   06:43 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari yang saya dapat setelah berkunjung ternyata itu membuka pengetahuan tentang Sejarah budaya Sunda. Saya merasakan koleksi-koleksi peninggalan Sejarah di Museum Sri baduga. Atmosfer yang di rasakan saat berada di sana terasa bisa meninjau seakan sedang berada di jaman dimana objek-objek itu masih digunakan. Apalagi kain tenun, itu sangat cantik dan saya baru tau proses dan alat-alat untuk membuat kain tenun itu apa saja. Pengetahuan saya tentang kain tenun meningkat.

Pelestarian budaya-budaya Sunda di jaman sekarang kurang diminati karena interest orang-orang sudah berubah. Pemerintah harus bekerja lebih keras lagi agar promosi untuk melestarikan budaya lebih diminati masyarakat. Harapannya masyarakat bisa banyak punya pengetahuan tentang peninggalan budaya Sunda dan pengembangan museum Sri Baduga lebih futuristik lagi.

Secara keseluruhan, kain tenun masih hadir hingga saat ini karena menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari warisan budaya Sunda. Karena jenisnya yang punya motif yang mencolok ini lah yang menjadi ciri khas yang unik. 

Adanya museum Sri Baduga ini untuk melestarikan kesenian dan alam serta memajukan kebudayaan di daerah Jawa Barat. Di dalam museum ini ada banyak peninggalan Sejarah seperti fosil, batu alam, uang lama, pakaian adat dan sudah pastu kain tenun sebagai pelestarian budaya. Di lantai dua ada banyak alat untuk membuat kain tenun yaitu Hindesan, Kincir, dan Cantingan. 

Melalui fasilitas edukasi di museum ini pengunjung dapat memperoleh pemahaman yang lebih mengenani warisan budaya Sunda, sehingga meningkatkan pengetahuan mereka tentang kain tenun dan Sejarah budaya Sunda secara keseluruhan. 

Meskipun pelestarian budaya Sunda ini tidak terlalu ramai dan kurang banyaknya promosi juga kurang adanya peminat karena perubahan minat, diharapkan kepada pemerintah terus mencoba untuk terus menarik minat masyarakat dan memastikan pengembangan Pembangunan museum Sri baduga menjadi lebih futuristic yang menyesuaikan jaman dan bisa menarik minat warga kedepannya untuk mejaga keberlanjutan pelestarian budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun