Mengapa kain tenun masih exist hingga sekarang? Karena kain tenun sudah menjadi warisan budaya khususnya di beberapa daerah di Jawa Barat. Kain tenun memiliki ciri khas yang mencolok berupa motif dan corak yang bermacam-macam tercipta dari benang. Lewat kain tenun, budaya dapat diwariskan agar penerus kita bisa merasakan nilai-nilai budaya lewat kain tenun.
Pada tanggal 4 november saya mengunjungi museum Sri Baduga. Di dalam museum itu banyak sekali peninggalan Sejarah berupa patung, batu, mainan dan macam-macam peninggalan budaya sunda. Di lantai dua lah saya melihat kain tenun terpajang berjejer dengan alat dan perlengkapan kain tenun berada. Di sana saya banyak melihat peninggalan Sejarah seperti baju adat, mainan, warisan peninggalan agama dan lainnya
Berdirinya museum Sri Baduga pada tahun 1974 diresmikan oleh gubernur saat itu, Aang Kunaefi. Nama museum ini diambil dari nama Raja Agung kerjaan Sunda beragama Hindu di Jawa Barat. Museum ini sudah berkali-kali diganti Namanya. Pada tahun 1980 untuk kedua kalinya museum diganti dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan lalu diubah Kembali pada tahun 1990 menjadi Museum Sri Baduga Kembali.
Museum Sri Baduga memiliki peran yang sangat penting agar menjaga dan melestarikan budaya Sunda kepada masyarakat. Mereka miliki tujuan untuk melestarikan kesempatan tinggalan budaya manusia dan alam dan misi memajukan kebudayaan daerah Jawa Barat. Koleksi utama di museum Sri Baduga yaitu batuan alam, fosil gastropoda, gambar identitas suatu etnis yaitu etnografika dan lain-lain. Disini lah kain tenun di pajang sebagai pelestarian budaya.
Di lantai dua tepatnya di bagian belakang adalah tempat kain tenun dan juga alat-alat tenun di tempatkan. Ada banyak alat untuk menenun yaitu ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) contohnya Hindesan, Kincir untuk memintal benang, Kincir dan Gulungan Benang, Canting Tulis Ceret, Canting Tembokan, Canting Klowong, Canting Isen Berceret Dua dan macam-macam alat menenun lainnya.
Hindesan adalah salah satu alat untuk menenun, berfungsi untuk memisahkan biji kapas dari kapas yang akan dipintal.
Kincir untuk memintal benang, alat ini digunakan untuk Menyusun serat kapas menjadi paralel dan teratur sehingga bisa menjadi benang yang Panjang dan benang-benang tersebut akan dijadikan menjadi sehelai kain.
Kincir dan Gulungan benang sebagai peralatan pemintal benang yang berfungsi untuk mengaitkan benang.
Canting Tulis Ceret berfungsi sebagai alat untuk melukis cairan di atas kain motif yang sudah disiapkan.
Pembuatan kain tenun sendiri melewati 4 tahap dan memerlukan waktu yang lumayan lama dimulai dari 3 hingga 12 minggu. Tahap awal itu pemintalan benang yaitu dibentangkan benang berwarna putih yang terbuat dari serat kapas sebelum lanjut ke tahap kedua. Tahap selanjutnya, pembuatan motif dengan mengikat benang tadi dengan tali dari bahan plastik. Tahap ketiga yaitu pewarnaan dengan mencelupkan benang ke dalam zat pewarna selama beberapa kali sesuai motif. Yang terakhir, penenunan, benang-benang sebelumnya disatukan untuk membentuk sehelai kain.
Di saat pertama datang ke museum Sri Baduga saya dan teman-teman di guide oleh petugas di sana. Kami diajak berkeliling sambal dijelaskan Sejarah disetiap objek. Banyak sekali objek-objek yang menarik. Ini salah satu fasilitas edukasi agar masyarakat bisa lebih mengenal warisan budaya Sunda. Saya mendapat pengalaman yang berharga setelah datang di Museum Sri Baduga saya menjadi tau banyak peninggalan warisan budaya Sunda.