Hal yang paling menarik dan akan selalu saya ingat adalah ketika melakukan praktik simulasi bencana gunung meletus dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar dan memanfaatkan teknologi AR Assemblr Edu dimana peserta didik bisa melihat secara langsung bagian dari gunung. Adik-adik menjadi banyak bertanya kepada saya mulai dari "Kenapa gunung bisa meletus?", "Kak kenapa kita enggak belajar pakai ini terus saja?", atau "Kenapa menggunakan bahan ini bisa menjadi seperti ini?" dan lain sebagainya.
Saya senang karena adik-adik bisa merespon dengan baik apa yang sudah saya lakukan dan saya ajarkan, itu adalah waktu terbaik saya karena adik-adik menjadi senang dalam mempelajari sesuatu. Bahkan ketika praktik simulasi itu selesai adik-adik masih bisa tertawa lebar dan semangat menciptakan sesuatu yang baru mulai dari permainan bahkan eksperimen sendiri menggunakan bahan seperti penggunaan soda kue untuk meniup balon dan lainnya.Â
Sampai pada akhirnya, waktu kami selesai dan harus kembali ke tempat awal. Saya melihat dan menyadari ada perubahan besar, adik-adik mulai menyukai membaca buku, mereka memahami perhitungan sederhana, dan mereka juga tidak tertinggal dalam adaptasi teknologi. Kami menangis terharu menghadapi perpisahan, bahkan ada adik-adik yang menginginkan kami untuk tetap tinggal bersama mereka, tapi sangat disayangkan jika tugas kami sudah selesai.
Di ruang kelas itu menjadi ada harapan agar adik-adik berkembang dengan kami, tidak peduli kelas yang besar ataupun kelas yang kecil. Semua itu bukan penghalang untuk adik-adik tumbuh dan berkembang. Terima kasih sudah menerima kami dengan lapang dada dan menyimpan harapan pada kami. Melalui program ini saya menjadi belajar banyak hal dan patut untuk di syukuri, saya berharap program ini akan berlangsung lama agar bisa memberikan kenangan manis untuk diingat selamanya.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H