"Besar atau kecilnya sebuah ruangan bukan menjadi penghalang untuk tumbuh dan berkembang. Kehadiran kami disini turut membantu untuk membuat adik-adik berkembang," -Sky
Bukan sebuah pilihan yang salah ketika mengikuti program Kampus Mengajar. Banyak sekali pengalaman menarik yang bisa diambil dari kegiatan ini dan membuat kita merasa lebih bersyukur, serta mampu menciptakan inovasi terbaru untuk membuat adik-adik berkembang.Â
Pada awalnya saya sendiri merasa terkejut dengan apa yang saya lihat di depan mata. Mulai dari ruang kelas, adik-adik yang kurang semangat ketika belajar, dan banyak hal yang tertinggal dalam hal basic sekalipun. Hal yang paling membuat saya terkejut adalah salah satu murid dengan kekurangannya dalam hal membaca (belum lancar) ataupun dalam berhitung. Saat itu saya menjadi yakin kalau keputusan untuk mengikuti program Kampus Mengajar ini bukanlah sesuatu yang salah.
Dengan kerjasama tim, saya mulai menyusun tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya untuk diimplementasikan ke adik-adik. Tentu saya membutuhkan waktu untuk adaptasi bersama adik-adik dan mengikuti apa yang mereka mau agar mereka bisa belajar, bahkan di ruang kecil sekalipun. Belajar yang di selingi dengan permainan, belajar di selingi dengan quiz menarik, belajar di lingkungan luar sudah dilakukan untuk melihat bagaimana adik-adik mau belajar.
Di ruang kelas itu, saya bersama dengan rekan tim untuk pertama kali adalah menekankan tentang literasi  agar kebiasan itu tumbuh dalam diri. Tentu saja itu bukan sesuatu yang mudah karena anak cenderung bosan, jadi ketika memulai kegiatan literasi saya dan rekan satu tim meminta adik-adik  mencari tahu makna dan cerita tentang apa yang sudah dibacanya. Agar buku yang dibacanya menimbulkan ketertarikan pada teman lainnya untuk membaca cerita. Saya dan rekan tim lainnya juga membantu literasi intensif untuk adik yang belum terlalu lancar ketika membaca.Â
Saya dan rekan satu tim juga membuat dinding motivasi  untuk adik-adik agar mereka tidak melupakan harapan serta cita-cita yang sudah mereka mimpikan. Dan Mading mini agar bisa menambah wawasan mereka seperti baju adat, warisan budaya, makanan adat, dan lain sebagainya.
Dari ruang kelas itu juga, saya dengan rekan tim lainnya mengajarkan hal basic dalam perhitungan aritmatika. Saat itu saya menyadari jika adik-adik juga mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan, jadi  selain mengajarkan hal basic aritmatika. Saya dan rekan lainnya membuat sebuah permainan dimana nantinya adik-adik yang kalah harus menjawab soal tentang perhitungan. Hasilnya adalah perlahan tapi pasti adik-adik mengalami peningkatan dalam hal menghitung ataupun menyelesaikan persoalan yang diajukan.
Adik-adik dari tempat kami bertugas sangat menyukai pembelajaran yang bisa dilakukan secara langsung dalam artian praktik. Ketika pembelajaran kosong ataupun ketika dalam pembelajaran Teknologi Informasi, saya dan rekan satu tim bekerja sama dengan guru yang bersangkutan untuk mengajarkan tentang perkembangan teknologi sederhana seperti memanfaatkan media pembelajaran digital dengan menggunakan aplikasi Quiziz, Wordwall, Duolingo, ataupun platform digital desain seperti Canva. Adik-adik sangat menyukai pembelajaran menggunakan platform digital Canva karena bisa memacu ide kreativitas mereka.
Hal yang paling menarik dan akan selalu saya ingat adalah ketika melakukan praktik simulasi bencana gunung meletus dengan menggunakan bahan yang ada di sekitar dan memanfaatkan teknologi AR Assemblr Edu dimana peserta didik bisa melihat secara langsung bagian dari gunung. Adik-adik menjadi banyak bertanya kepada saya mulai dari "Kenapa gunung bisa meletus?", "Kak kenapa kita enggak belajar pakai ini terus saja?", atau "Kenapa menggunakan bahan ini bisa menjadi seperti ini?" dan lain sebagainya.
Saya senang karena adik-adik bisa merespon dengan baik apa yang sudah saya lakukan dan saya ajarkan, itu adalah waktu terbaik saya karena adik-adik menjadi senang dalam mempelajari sesuatu. Bahkan ketika praktik simulasi itu selesai adik-adik masih bisa tertawa lebar dan semangat menciptakan sesuatu yang baru mulai dari permainan bahkan eksperimen sendiri menggunakan bahan seperti penggunaan soda kue untuk meniup balon dan lainnya.Â
Sampai pada akhirnya, waktu kami selesai dan harus kembali ke tempat awal. Saya melihat dan menyadari ada perubahan besar, adik-adik mulai menyukai membaca buku, mereka memahami perhitungan sederhana, dan mereka juga tidak tertinggal dalam adaptasi teknologi. Kami menangis terharu menghadapi perpisahan, bahkan ada adik-adik yang menginginkan kami untuk tetap tinggal bersama mereka, tapi sangat disayangkan jika tugas kami sudah selesai.
Di ruang kelas itu menjadi ada harapan agar adik-adik berkembang dengan kami, tidak peduli kelas yang besar ataupun kelas yang kecil. Semua itu bukan penghalang untuk adik-adik tumbuh dan berkembang. Terima kasih sudah menerima kami dengan lapang dada dan menyimpan harapan pada kami. Melalui program ini saya menjadi belajar banyak hal dan patut untuk di syukuri, saya berharap program ini akan berlangsung lama agar bisa memberikan kenangan manis untuk diingat selamanya.
Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H