Mohon tunggu...
Amalia Azahra
Amalia Azahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

tugas kuliah

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dilema Digital: Apakah Gadget Pintar Membuat Kita Semakin Cepat Pikun?

25 Juli 2024   14:15 Diperbarui: 25 Juli 2024   16:53 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Artikel ini disusun oleh Amalia Azahra, Annisa Ramadhani dan Faiza Hana Syifa. Diterbitkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Biopsikologi oleh Dosen Pengampu Ibu Puti Febrina Niko, M.Psi, Psikolog

Gawai atau gadget memang tidak pernah bisa lepas dari genggaman kita pada saat menggunakan handphone atau laptop, sehingga membuat susah lepas dari genggaman. kemudian selain berada nya aktivitas sehari-hari dalam ponsel, kita juga bisa menggunakannya untuk mencari informasi terbaru, kemudian dikala bosan atau memiliki waktu luang pastinya kita akan membuka media sosial, seperti instagram, tiktok, facebook,  atau bahkan hanya melihat-lihat galeri foto yang berada dalam ponsel pintar kita, saking ke asyikan nya sehingga tanpa disadari bahwasanya waktu pun terus berjalan dan telah membuat kita lupa dalam banyak hal, seperti lupa dalam beribadah, makan, minum, tidur, mandi, atau bahkan bersosialisai keluar rumah dengan masyarakat.

Nah, tau nggak sih? bahwa kondisi yang telah tertera diatas itu ciri-ciri terkena digital dementia lhoo! . Dalam artikel ini anda akan diberitahu apa sih itu digital dementia?, apakah anda termasuk dari orang-orang yang terkena digital dementia? . Yuk simak penjelasan berikut ini.

Digital dementia merupakan fenomena penurunan kemampuan kognitif atau kemampuan berfikir kita, yang disebabkan oleh penggunaan berlebihan teknologi digital, khususnya ponsel pintar dan multitasking digital. Istilah ini diperkenalkan oleh Manfred Spitzer untuk menggambarkan gangguan kognitif yang mirip dengan gejala Alzheimer akibat kebiasaan menggunakan teknologi secara intensif.

Singkat sejarah dari Manfred Spitzer, ia adalah seorang peneliti di bidang ilmu saraf, menciptakan istilah "digital dementia" untuk menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan teknologi digital dapat merusak jalur sinaptik di otak, yang berdampak pada penurunan memori jangka pendek dan kemampuan kognitif lainnya. Spitzer juga menekankan bahwa fenomena ini terutama memengaruhi anak-anak dan remaja, tetapi kemungkinan besar juga akan mempengaruhi kelompok usia lainnya di masa depan seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi komunikasi digital.

Tahukah anda? Digital Dementia yang baru kita ketahui dan rasakan saat ini, ternyata sudah ada penelitian dan bukti ilmiah nya loh! Yuk simak penjelasan berikut ini.

Digital Dementia ini sudah di teliti oleh Hideya Yamoto pada tahun 2018, yang mana Penelitian Hideya Yamoto berisikan tentang "Penemuan disfungsi kognitif akibat penggunaan digital"

Pada penelitian Yamoto, berfokus pada disfungsi kognitif yang terkait dengan penggunaan teknologi digital. Penelitian ini di lengkapi dengan studi kualitatifnya yang menekankan bahwasanya, dampak menatap  layar yang berlebihan dapat menganggu pada kemampuan kognitif, kemudian dapat menyoroti masalah yaitu defisit perhatian dan gangguan memori.

Seperti yang kita ketahui, saat ini perkembangan teknologi sudah semakin pesat.  Oleh sebab itu setiap orang semakin mudah dalam beraktivitas dan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Terlebih disaat kita mengalami pandemi covid-19 yang mana membuat kita telah terbiasa hidup dengan gadget. Namun dengan adanya perkembangan teknologi (internet) saat ini bukan hanya dapat membawa dampak positif saja melainkan juga membawa dampak negatif yang telah merugikan banyak orang. Sebelum membahas tentang dampak digital dementia, artikel ini akan lebih membahas kepada dampak negatif terhadap anak-anak dan remaja. Kecanduan internet dapat menimbulkan bahaya yang jauh lebih besar daripada manfaatnya.

  • Penggunaan internet berlebih dapat menyebabkan gangguan kognitif seperti berkurangnya perhatian dan rentang memori bahkan dapat mempercepat timbulnya dementia dini.
  • Kelupaan meningkat, mereka terlalu bergantung dengan telepon pintar untuk mengingat sedikit informasi, karena informasi mudah untuk diakses. Maka, mereka akan lebih mengingat fakta yang ditemukan daripada mengingat fakta itu sendiri.
  • Tidak dielakkan lagi, bahwa penggunaan internet dapat meningkatkan psikofisiologis yang dapat menghasilkan pengaruh positif. Karena dengan adanya internet remaja dapat menyelesaikan tugasnya dengan cepat. Namun, penggunaan yang terlalu berlebih dapat mengakibatkan kemajuan akademis yang buruk bagi sebagian orang. Anak - anak dan Remaja adalah populasi yang beresiko tinggi karena sangat ketergantungan padahal pematangan otak mereka sedang berlangsung. Pencegahan harus segera dilakukan.

Pasti pada penasaran kan, kira-kira kita salah satu pengidap digital dementia bukan yaa?? Yuk simak penjelasan berikut ini!

  • Gangguan Memori: Sulit mengingat informasi tanpa bantuan perangkat digital.
  • Penurunan Perhatian: Kesulitan fokus pada satu tugas untuk jangka waktu yang    lama.
  • Multitasking yang Berlebihan: Sering berpindah-pindah tugas digital, mengurangi efektivitas dan efisiensi.
  • Ketergantungan pada Teknologi: Mengandalkan ponsel atau perangkat digital untuk berbagai kebutuhan dasar, seperti mengingat jadwal atau informasi penting.
  • Isolasi Sosial: Menghabiskan lebih banyak waktu di dunia maya daripada berinteraksi langsung dengan orang lain.
  • Kelelahan Mental: Merasa lelah atau kehabisan energi setelah menggunakan perangkat digital untuk waktu yang lama.
  • Kesulitan dalam Berpikir Kritis: Menurunnya kemampuan untuk menganalisis informasi atau membuat keputusan tanpa bantuan teknologi.

Setelah kita mengetahui dampak dari Digital Dementia, pastinya kita ingin sekali mengetahui, bagaimana sih upaya pencegahan nya agar tidak terjadi Digital Dementia pada kita?

Terdapat beberapa informasi yang sedikit membantu upaya pencegahan Digital Dementia sebagai berikut.

  • Diet digital, setiap orang perlu melakukan sedikit demi sedikit mengurangi penggunaan teknologi yang berlebihan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk melawan kecanduan yaitu dengan cara berkegiatan sosial secara offline.
  • Menjaga lingkungan yang ramah dirumah bersama keluarga dengan membatasi waktu untuk bermain internet. Orang tua sangat berperan penting untuk hal ini.
  • Terapi Otak, melakukan terapi otak dengan stimulus (rangsangan) yang kognitif adalah upaya pencegahan agar tidak terjadi gangguan kelupaan sejak dini.

Jadi begitulah pembahasan seputar Digital Dementia, setelah membaca artikel ini apakah anda termasuk salah satunya?, jika benar segera di cegah yaa! , Ayo peduli dengan kesehatan mu!

REFERENSI

Rahawarin, R. (2022). Realitas Sosial dalam Ruang Virtual Media Sosial (Studi Kasus Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Pattimura Ambon). GLOBAL 

COMMUNICATION FOR ALL, 1(1). https://doi.org/10.33846/gca1105

Sandu, A., & Nistor, P. (2021). Digital Dementia. Eastern-European Journal of Medical Humanities and Bioethics, 4(1). https://doi.org/10.18662/eejmhb/4.1/22

Meilinda, N., Malinda, F., & Aisyah, S. M. (2020). Literasi Digital Pada Remaja Digital (Sosialisasi Pemanfaatan Media Sosial Bagi Pelajar Sekolah Menengah Atas). Jurnal Abdimas Mandiri, 4(1), 62--69. https://doi.org/10.36982/jam.v4i1.1047

Putri, F. A. (2021). Budaya Komunikasi Virtual Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pembelajaran Daring di UIN Walisongo Semarang). Jurnal Komunika Islamika: Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Kajian Islam, 7(2), 253. https://doi.org/10.37064/jki.v7i2.8646

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun