Ijtihad atau sungguh-sungguh yang dimaksud disini yaitu dengan tidak menyia-nyiakan waktu sedikitpun. Mengisi waktu-waktu luang dengan hal-hal yang positif dan bisa memanajemen waktu dengan baik. Menjadi seseorang yang alim harus benar-benar berijtihad atau sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmunya Allah SWT, agar menjadi seorang alim yang benar-benar bisa dipercaya oleh masyarakat.
4. Ongkos
Sebagai seorang yang mencari ilmu sudah pastilah harus mempunyai ongkos atau uang saku yang digunakan sebagai mencari bekal. Bekal untuk mencukupi kebutuhan primer dan bekal untuk kebutuhan belajar seperti membeli kitab, membeli buku, alat tulis, dll.
5. Ada Gurunnya
Seseorang yang mencari ilmu terlebih ilmu agama harus belajar dengan seorang guru. Sebenarnya belajar otodidak itu tidak dilarang akan tetapi akan lebih baik jika seseorang yang belajar agama belajar dengan seorang guru yang sanadnya jelas sampai kepada Rosulullah SAW.
6. Lama Waktunya
Untuk disebut sebagai orang yang alim dibutuhkan waktu yang lama, belajar dengan waktu yang lama untuk menghasilkan pemahaman yang mendalam menganai ilmu agama. Ilmu agama sangatlah luas, hukum pada agama islam sangatlah fleksibel mengikuti perkembangan zaman akan tetapi, tetap dipertanggung jawabkan oleh ahli-ahli fiqih atau ulama-ulama masyhur.
      Sebelum melakukan 6 cara tersebut, pertama kali yang harus seseorang lakukan yaitu memiliki niat yang kuat dan memulainya karena Allah SWT karena "Barangsiapa yang memulai sesuatu karena Allah maka akan langgeng atau ada selamanya dan barang siapa memulai sesuatu bukan karena Allah maka akan terputus" setelah memiliki niat yang kuat baru melakukan 6  cara yang telah di katakan oleh Imam Asy-Syafi'I tersebut.
      Seorang alim biasannya terlahir dari seorang yang alim juga seperti misalnya seseorang yang terlahir dari keluarga kyai atau keluarga habaib. Mereka biasanya akan lebih mudah mempelajari ilmu agama walaupun mereka memiliki kepribadian yang kurang baik. Biasannya hal tersebut dikarenakan tirakat atau amalan yang dilakukan oleh nenek moyangnya yang manjur sampai kepada anak cucunya. Hal tersebut tidaklah membuat seseorang yang terlahir dari keluarga awam berkecil hati dan mengurungkan niatnya untuk menjadi seorang alim. Bisa saja seseorang yang berasal dari keluarga awam tersebut menjadi pencetak pertama seorang alim di keluargannya yang akan menurun kepada anak cucunya, wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H