Dalam rangka memperingati Hari Perhubungan Nasional (HARUBNAS) 2024, kuliah umum dengan tema "Human Resources in Aviation: Addressing the Skills Gap" telah dilaksanakan di Gedung Serba Guna (GSG) PPI Curug pada 6 September 2024. Acara ini dibuka oleh Dr. Achmad Setiyo Prabowo, Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara, yang memberikan sambutan hangat kepada para peserta. Dihadiri Direktur PPICurug, Pejabat, Dosen dan mahasiswa serta online. Sebagai pembicara utama, Mr. Tao MA, Regional Director dari ICAO Asia Pasifik (APAC), menyampaikan wawasan penting mengenai tantangan dan strategi dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi perkembangan pesat dalam industri penerbangan.
Dalam kuliah ini, dibahas mengenai kesenjangan keterampilan yang semakin menjadi perhatian utama di industri penerbangan, khususnya bagi teknisi pesawat udara. Kesenjangan ini merujuk pada perbedaan antara keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja saat ini dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri penerbangan untuk masa depan. Sebagai salah satu elemen kunci dalam menjaga keselamatan penerbangan, teknisi pesawat udara dituntut untuk memiliki keahlian yang terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi dan peningkatan standar keselamatan.
Tantangan Kesenjangan Keterampilan
Mr. Tao MA menyoroti proyeksi permintaan tenaga kerja di sektor penerbangan di kawasan Asia Pasifik hingga tahun 2037. Berdasarkan data ICAO, wilayah APAC akan membutuhkan sekitar 296.000 teknisi pemeliharaan pesawat. Namun, kesenjangan keterampilan di industri ini masih menjadi hambatan besar, terutama karena teknologi penerbangan yang berkembang pesat dan kompleksitas regulasi yang terus meningkat.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh teknisi pesawat udara terutama PPICurug sebagai pencetak SDMÂ adalah kebutuhan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini, pesawat modern dilengkapi dengan sistem avionik yang canggih, yang memerlukan pemahaman mendalam tentang elektronik dan digitalisasi. Sementara itu, pelatihan dan pendidikan teknisi sering kali tertinggal dalam hal kurikulum yang sejalan dengan perkembangan ini. Di sisi lain, perusahaan penerbangan juga dihadapkan pada kebutuhan untuk menyediakan pelatihan berkelanjutan bagi teknisi mereka agar tetap up-to-date dengan teknologi terkini.
Strategi Mengatasi Kesenjangan
Salah satu strategi yang diusulkan oleh Mr. Tao MA adalah peningkatan kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri penerbangan untuk menyusun program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pasar. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendorong pembelajaran berkelanjutan dan sertifikasi ulang secara berkala bagi teknisi pesawat. Hal ini penting agar para teknisi dapat selalu siap untuk menghadapi perubahan yang terjadi di industri penerbangan.
Lebih lanjut, lembaga pendidikan seperti PPI Curug memiliki peran vital dalam memastikan bahwa kurikulum yang diajarkan selaras dengan standar internasional. Pembelajaran berbasis teknologi dan simulasi adalah beberapa metode yang bisa diadopsi untuk melatih teknisi dengan lebih efektif. Selain itu, pendekatan berbasis kompetensi dapat membantu meminimalkan kesenjangan keterampilan, karena pelatihan difokuskan pada keterampilan yang spesifik dan aplikatif di lapangan.
Dalam sesi panel diskusi, berbagai narasumber juga menekankan pentingnya inovasi dalam pelatihan teknisi pesawat udara. Salah satunya adalah adopsi teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) untuk membantu teknisi belajar secara praktis tanpa harus berada di lapangan. Teknologi ini tidak hanya dapat mengurangi biaya pelatihan, tetapi juga meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memberikan pengalaman simulasi yang mendekati kondisi nyata.
Persiapan untuk Masa Depan