Mohon tunggu...
Jasmin Stg
Jasmin Stg Mohon Tunggu... Administrasi - Anak ke-1 dari delapan bersaudara. Anak dari Manat Stg. Lahir saat peristiwa gejolak politik di Indonesia. Hidup mengikuti perkembangan zaman dan terus belajar sesuai zaman.

Memaknai setiap peristiwa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lidah Berlubang Itu Pun Pelita Bagi Kami

10 Februari 2021   22:13 Diperbarui: 10 Februari 2021   22:18 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biarkan Lidahku  Tetap Ada Meskipun Tidak Berbicara Jelas.

Dua tahun terakhir masa hidupnya,  sariwan ibu kambuh. Di sisi lidah kiri terdapat bintik-bintik dan memerah.  Katanya, saat itu ia  baru selesai  menimburi cucunya.  Manimburi adalah upaya pengobatan dengan cara menyemburkan  rempah yang telah dikunyah lumat kepada seseorang yang sedang sakit. Itu salah satu kebiasaan di daerahku yang dilakukan orangtua kepada anak atau cucu.  

Minggu demi minggu, sariawan tidak sembuh. Ia mulai risau dengan bintik-bintik yang tidak menunjukkan kesembuhan. Akhirnya kami membawanya ke dokter di daerah Serbelawan, sekitar 20 kilometer dari rumah. Hasil diagnosa, sariwan terjadi karena pencernaan di lambung tidak normal.  Seluruh anggota keluarga mulai gelisah. Perasaan dan pikiran tidak menentu.

Iman kami sebagai anak-anaknya sempat dibuat bimbang. Ibuku mendengar berbagai informasi, termasuk  informasi yang tidak rasional.  Kata orang, sirih dan kapur yang digunakan saat manimburi adalah pemicunya.   

Namun, kami bertekad untuk kesembuhan ibu. Jika mungkin dalam hitungan minggu atau hari ia  bisa pulih. Secara rutin ibu menjalani pengobatan medis. Selain itu, kami juga mencoba pengobatan alternatif. Adik bungsu kami, Bonaventura, membawa ibu ke Rianiate, Pulau Samosir. Ibu juga pernah mengusahakan pengobatan alternatif di daerah Sidikalang.  

Penyakit itu tidak mau beranjak. Lidah bagian luar mulai terkikis. Secara kasat mata, lidah terkikis karena gesekan gigi geraham atas dan bawah. Saran dokter di Rumah Sakit Harapan  Pematang Siantar  gigi yang bergesekan lebih baik dicabut.  Berdasarkan anjuran anak-anaknya ia pun merelekan gigi geraham dicabut.  Puji Tuhan ada perobahan.  Ia mulai  dapat mengucapkan kata-kata  dengan jelas.  Ia juga dapat mengunyah makanan  yang lembut. Ia pun mulai beraktivitas meskipun masih di sekitar rumah.  Anak-anak merasa gembira.  

Seiring kesehatan mulai membaik, Ia kembali aktif di acara adat. Ia juga  mulai mengkonsumsi berbagai macam makanan termasuk yang berlemak.  Entahlah, mungkin karena mengonsusmsi makanan yang tidak terkontrol, lidah mulai luka. Lekukan luka mulai lebar dan dan menjorok ke dalam.  Dokter berkata ibu kami menderita kanker lidah.  Saat itu kami  benar-benar  gundah gulana.  

Dokter menyarankan agar lidah dioperasi atau dikemoterapi.  Solusi itu menyakitkan.  Pilihan yang sangat berat.  Sejak itu, ia gampang emosi. Kami memberi otoritas penuh padanya apa yang bisa kami lakukan untuk  pilihan hidupnya.

 "Biarkan saya seperti ini asal saya tetap bisa bicara dengan orang yang saya sayangi. Meskipun,  kamu tidak  mengerti jelas. Apa artinya saya hidup tanpa lidah!"

"Jika saatnya Tuhan memanggilku, biarkan aku dengan lidahku seperti ini. Aku mau tubuhku utuh kembali kepada-Nya", tegasnya dengan wajah menahan sakit.

Maknanya sangat dalam untukku. Ia berkeyakinan, ia tetap bisa menyampaikan  maksudnya  meskipun kami tidak mengerti kata-kata yang ia ucapkan. Ia mau kembali secara utuh kepada Tuhan Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun