Belajar Bersama Anak Mengenal Pahlawan
Setelah aku lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), aku melanjutkan pendidikan ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Aku telah memiliki  pengetahuan dasar keguruan. Itulah modalku mengajar. Tiga tahun setelah lulus SPG, tahun 1987 aku  mengajar di SD Budi Mulia Bogor selama tiga tahun.  Selama  itu kami belajar banyak tentang hidup.
Aku mendampingi anak-anak untuk mengenali  Indonesia dalam berbagai kegiatan. Aku berproses bersama anak-anak  agar  memiliki pengetahuan tentang Indonesia. Aku bersama guru lain mendampingi anak-anak  mengenal  perjuangan pahlawan di museum. Kami ajak siswa kelas tiga belajar tentang perjuangan pahlawan di Museum Perjuangan Bogor.  Waktu lain, kami ajak  siswa  kelas lima mengunjungi  Museum Sejarah Nasional di Monas, Museum Dirgantara,  dan Museum Lubang Buaya di Jakarta. Anak-anak senang dan semangat belajar. Mereka belajar nyata cara menghargai perjuangan pahlawan. Â
"Pak, kapan-kapan  kita pergi lagi ke museum lagi, ya" ungkap  beberapa anak di saat istirahat pada hari berikutnya.
Ungkapan spontan itu cukup bagiku sebagai bukti bahwa mereka  antusias  belajar tentang  negeri ini. Pengalaman itu akan menjadi bagian pengalaman kebangsaan yang akan menggugah mereka mengenal  Indonesia  yang heterogen ini.
Tatapan Mata itu  Dalam Artinya
"Perjuanganku melawan penjajah lebih mudah, tidak seperti kalian nanti. Perjuangan kalian akan lebih berat karena melawan bangsa sendiri" ungkap Bung Hatta
Pernyataan di atas benar menjadi kenyataan. Krisis ekonomi 1998  faktor penting penyebab tergulingya rezim orde baru.  Saat itu,  tahun kedua aku mengajar  di salah satu sekolah swasta  di  Ciledug, Tangerang.  Puncak kerusuhan  15 Mei aku sedang mengajar. Jam 10 pagi anak-anak dan guru harus pulang.Â
Kondisi keamanan di Jakarta dan sekitarnya tidak menentu. Aku harus jalan kaki sejauh 12 kilometer dari Pondok Lestari Ciledug ke Blok M. Aku bersyukur perjalanan berikutnya dari Blok M -- Kampung Rambutan -- Cibinong  masih ada kendaraan umum.Â
Aku melihat sendiri ruko di sepanjang jalan Ciledug Raya  hingga Cipulir menjadi sasaran  massa. Terjadi  penjarahan. Tua, muda, dan anak-anak  mengangkut barang-barang.Â
Pada bagian lain, sekelompok pemuda menghancurkan rolling door, mengeluarkan motor, dan membakarnya  di tengah jalan. Aku hanya bisa ketakutan menyaksikan tindakan mereka.Â