Mohon tunggu...
Amak Syariffudin
Amak Syariffudin Mohon Tunggu... Jurnalis - Hanya Sekedar Opini Belaka.

Mantan Ketua PWI Jatim tahun 1974

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran dari Mudik

10 Mei 2022   09:11 Diperbarui: 10 Mei 2022   14:24 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puluhan korban terseret arus laut dan meninggal. Justru kalau ada pengelola wisata-pantai (umumnya oleh Pemerintah Daerah setempat), tetapi kondisinya banyak yang sangat tidak memadai. Biasanya yang diperhatikan cuma pantainya dan kedai-kedai makanan dan cinderamata. 

Namun sama sekali tidak  punya atau jumlahnya sangat kurang atau tidak profesionalnya para tenaga "penjaga pantai" (beach watcher) yang menjaga keamanan pengunjjung kepantai itu. Terutama pantai-pantai sepanjang Samodera Hindia, Selat Sunda, Selat Bali. Kalau pengelola wisata-pantai tak punya tenaga-tenaga atau rekayasa macam itu, jangan bertindak cuma cari duit saja, tanpa ada sedikit jaminan keselamatan wisatawannya.    

Kedua; dari evaluasi awal (8/5) dinyatakan, bahwa rekayasa buka-tutup/ganjil-genap di jalan-tol antara Jakarta-Jawa Tengah itu berhasil. Beberapa pengemudi menyatakan, bisa memperlancar arus lalulintas.  

Kalau memang benar, bisa diterapkan lagi kelak. Namun harus lebih bermanfaat, yakni harus ada jalan juga yang menggunakan arus balik. Bukan sekedar "lempar" saja kendaraan yang sedianya lewat jalan-tol, tapi justru dilempar ke jalanan biasa. Siapa tahu, kepentingan mereka itu juga sama. Mudik dan segera tiba.

Ketiga; bagi yang mudik dan berwisata. Jangan sekedar demi mendapat liburan atau bertujuan untuk bersenang-senang ataupun mudik, melupakan pengalaman tahun ini dalam menghadapi permasalahan di perjalanan dan di masa menikmati liburan itu. 

Masih bisa bersyukur bisa kalau "lolos" dari derita perjalanan atau sewaku berwisata. Tapi kalau memang mengalaminya, meskipun itu pahit, namun itulah pelajaran yang berharga. Terkecuali apabila memang senang berdesak-desakan seperti berwisata dari Jakarta ke Puncak, ketika sampai di Gadok, Bogor, bisa merasakan bagaimana bersabar sewaktu  macet.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun